SHENNA. 33

20 4 6
                                    

"Nyatanya, kesendirian adalah hal yang paling menyenangkan daripada dalam keramaian yang hanya dianggap semu."
-Shenna Aprillia Wijaya-








33.
Tubuhnya menegang seakan hawa di ruang ini dingin seketika, bagaimana adiknya tahu tentang kotak itu? Bukan! Pertanyaan yang tepat, bagaimana kotak itu ditemukan oleh adiknya?!

Aku harus bilang apa? Ini bukan waktu yang tepat bahkan aku pun belum nemuin satu bukti tentang diriku yang tak bersalah, haruskah aku berbohong?

"Kakak jawab! Kenapa diam aja?" desak Ami memaksa Kakaknya untuk menjelaskan perihal kotak tersebut.

"E-emm. K-kamu nemuin kotak itu dimana?" tanyanya mengulurkan waktu, Shenna gugup bukan kepalang bahkan pelipisnya sudah dipenuhi keringat dingin.

Ami pun geram karena kakaknya justru berbasa basi, apa sesulit itu untuk menjawab pertanyaannya? Apa aku yang notabenya seorang adik kandung! Tidak boleh mengetahui tentang kesedihan, kegembiraan, bahkan hal yang mengancam saudarinya sendiri, apa tidak boleh?!

Sedangkan Shenna hanya diam dengan raut wajah ketakutan, ia terus memegang erat tangannya yang sudah basah oleh keringat. Rasanya ia ingin lenyap saja dari muka bumi ini.

Tiba-tiba Ami mendekat sambil mencekram kedua lengannya, sang empu terkejut. Ia yakin adiknya sedang diselimuti kemarahan, terlihat dari sorot matanya yang begitu sinis.

"Kakak kenapa sih? Kenapa gak pernah mau jujur sama aku? Aku ini adik kakak, adik kandung! Bukan orang lain, bukan kak!"

"Ini terlalu berat, kakak gak mau nambah beban kamu. Aku gak mau kamu terlibat dalam urusan yang gak ada sangkut pautnya sama kamu. This is a problem and l have to solve."

Setelah Shenna mengatakan kata terakhir, cengkraman adiknya perlahan lepas dengan sorot mata yang kini kosong.

Aku tertohok dengan kata terakhir yang dilontarkan Kakak, tidak ada sangkut paut denganku! Itu berarti kakak 'tak membutuhkan diriku, jadi untuk apa aku datang kesini sampe berbohong kepada papah. Ah, rasanya sangat melelahkan.

Ami berdiri dari tempat duduknya tanpa menoleh kepada Shenna ia hanya menatap kedepan sambil menahan sesak tangis di dadanya.

"Aku kira kita adalah saudara, ternyata hanya sebatas nama. Aku pikir kehadiranku kesini dapat membantu kakak untuk keluar dari masalah yang sedang kakak hadapi. Salah! Semuanya salah! Aku pamit."

Tentu, Shenna tidak tinggal diam ia mencegah kepergian adiknya. Ami sudah salah paham akan perkataannya, bukan. Bukan ini maksud dari apa yang ia katakan.

Ia pun memegang tangan adiknya. "De, bukan itu maksud kakak. Jangan salah paham dulu. Dengerin aku!"

Ami melepas cekalan tangan Shenna dengan begitu kasar, dirinya sudah muak. Semua yang dikatakan kakaknya hanyalah kebohongan, benar apa kata papahnya. Shenna hanya beban keluarga dan tak dapat dipercaya.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang