SHENNA. 42

20 2 0
                                    

"Setiap keputusan yang kamu ambil, jangan melibatkan pada emosi. Agar kamu tidak menyesal."
-Ami Nur Wijaya-



















  




                       
42.
Suara mobil berhenti begitu nyaring terdengar, Tuhan masih menyelamatkan nyawanya, padahal hanya beberapa inci dari posisi berdirinya ia akan tertabrak oleh mobil tersebut. Jalanan disiang hari begitu sepi karena berada jauh dari jalan raya, tak ada orang yang akan melihat atau mengingat kejadian ini.

Shenna membuka matanya secara perlahan, dia memeriksa seluruh tubuhnya tak ada yang lecet atau pun ia sekarang adalah roh gentayangan, tidak. Ia masih hidup.

Seseorang turun dari balik mobil berwarna hitam itu bersama dengan seorang anak remaja yang usianya sepantaran dengan adiknya. Shenna hanya terdiam sambil memandang seseorang itu dengan pandangan hampa, sedangkan anak remaja yang bersama seseorang itu terus memandang dengan tatapan tak asing terhadapnya.

"Kamu gapapa, nak? Ada yang luka? Saya antar ke rumah sakit, ya?" ucap seseorang itu dengan rasa khawatir.

Om ini begitu baik, jelas aku gapapa. Rasanya sangat perih, mengapa papah gak bisa sehangat ini sama aku? Kapan waktu itu tiba? Aku sangat menunggu.

"Gapapa, Om. Tidak ada yang terluka karena Om juga tidak menabrak saya," tutur Shenna sopan agar Om yang ada dihadapannya ini, tidak terus merasa bersalah padanya.

"Alhamdulillah, kenalkan nama Om. Erlangga Sanjaya dan disebelah Om, putri bungsu Om," ujar Erlangga memperkenalkan diri dan dibalas dengan Shenna.

"Nama saya, Shenna Aprillia Wijaya. Putri Om namanya siapa?" tanya Shenna karena anak remaja itu terus diam, namun tak berhenti memandanginya.

Erlangga pun memajukan Putrinya yang berada dibelakang punggungnya, agar berkenalan dengan Shenna. Sang empu terkejut, karena ternyata anak remaja itu ialah seorang yang pernah ia tolong saat ingin menyebrang jalan, pada waktu itu.

"Kamu kan? Yang waktu itu pernah aku bantu nyebrang jalan?" Shenna senang karena bisa bertemu kembali dengan Faras.

"Iya, aku Faras. Aku juga senang bisa ketemu lagi sama kakak," seru Faras tidak canggung seperti kali pertama mereka bertemu.

Erlangga tersenyum. "Jadi kalian berdua sudah saling mengenal, Kalo gitu Shenna ikut kami ke Cafe Om, yuk," ajak Erlangga dan diangguki mereka berdua.

Mereka bertiga masuk kedalam mobil, sepanjang jalan Faras terus mengobrol bersama Shenna. Padahal, mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu, namun sekarang sudah seperti mengenal lama.

Sesampainya di Cafe Shenna turun bersama Faras lalu dipeganglah tangannya agar segera masuk tanpa merasa tak enak hati. 'Cafe Familly Sanjaya' tempat makan sekaligus tempat berkumpulnya anak-anak remaja seusia Shenna, tempatnya yang strategis serta dekat dengan pusat Jakarta, ditambah lagi ruangan yang unik khas rumah nenek.

Shenna kagum pada saat ia menginjakan kakinya masuk ke dalam Cafe tersebut, ia langsung disambut oleh wanita paruh baya yang seumuran dengan mamahnya. Wanita paruh baya itu tersenyum hangat pada Shenna, membuatnya membalas dengan senyum manisnya.

"Halo, tante. Nama saya, Shenna saya diajak oleh Om Erlangga dan Faras," ucapnya memperkenalkan diri lalu menyalami wanita paruh baya itu dengan sopan.

"Halo, Shenna. Nama, Tante Ros senang bisa bertemu denganmu, duduk dulu ya. Kita bicara hangat," kata Ros mengajak Shenna juga keluarganya.

Shenna dan keluarga Faras duduk dimeja paling depan, Erlangga sudah menceritakan kejadian tadi siang kepada istrinya. Ros menatap Shenna pilu, mengapa gadis secantik Shenna bisa keluyuran dengan membawa koper dan masih menggunakan seragam sekolahnya? Hal ini yang membuatnya ingin bertanya, sebab dirinya juga mempunyai anak seumuran dengan Shenna.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang