SHENNA. 46

21 2 0
                                    

"Jangan pernah membenci kedua orang tuamu, karena orang tuamu tetap orang tuamu."
-Shenna Aprilia Wijaya-



















                       
46.
Shenna memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran hari ini karena hatinya sedang kalang kabut, ia pun sudah izin kepada Bu Sekar dengan beralasan tidak enak badan, sekarang dia tengah duduk terlamun di halte sekolahnya dengan tangan yang masih setia menggenggam kartu undangan pertunangan Lucas.

Ia melirik ke arloji yang terpasang manis di tangan kirinya, masih pukul 09. 00 WIB ia bingung harus kemana? Kalo menunggu di halte hingga jam pulang sekolah, keliatannya dia akan disangka anak gelandangan dan dia pun tak ingin mencoreng nama baik sekolahnya.

Shenna pun beranjak dari halte itu lalu berjalan mengikuti kakinya melangkah, tak terasa ia berada di pertokoan dan netra matanya terpaku pada salah satu toko bunga yang berada di sebrang dari posisinya sekarang. Ia tersenyum lalu mengunjungi toko bunga tersebut.

Di toko itu banyak sekali jenis bunga yang dijual, wanginya pun mempunyai ciri khas tersendiri, namun matanya tertarik akan bunga mawar yang berwarna putih. Ia mengambil setangkai lalu menghirup wanginya, sungguh wangi dan indah.

Sang penjaga toko yang tengah menyiram tersadar akan keberadaan Shenna, penjaga toko itu pun menghampiri pelanggannya yang tengah memilih bunga.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya penjaga toko bunga, sang empu membalikan badan dan mengangguk.

"Saya mau bunga mawar putih ini, tolong dibuat bucket dan diberi kartu nama 'Dari Putri mamah yang selalu menyangi mamah' ya pak."

Penjaga toko itu mengangguk dan segera membuatkan pesanan Shenna, setelah selesai ia pun membayarnya dari sisa uang tabungan yang dimilikinya. Shenna tersenyum bahagia bunga itu akan ia berikan kepada wanita yang sangat ia sayangi, ia pun cepat-cepat bergegas dengan penuh keriangan.

Sepanjang kaki melangkah Shenna tak berhenti tersenyum karena akan memberikan hadiah kepada sang mamah, rasa rindu dan ingin memeluk semakin menggebu hingga menjalar ke dalam hatinya. Pegangannya pun ia eratkan agar tidak jatuh dari pandangannya.

Akhirnya Shenna sampai di depan rumah asingnya, ia mengendap-endap memastikan kalo tidak ada papah di rumah itu, ia dapat bernafas lega karena rumah sepi dan tentunya hanya ada sang mamah di rumah itu.

Semoga aja mamah suka sama bunga ini, aku berharap banget mamah bisa ngerasain kalo aku juga rindu banget sama mamah. Maaf ya mah, Shenna belum bisa nemuin mamah, untuk sekarang biarin aku sampaiin rinduku lewat perantara bunga ini, ya mah.

Pak Toto yang tengah berkeliling di sekitar rumahnya melotot karena melihat kehadiran anak majikannya itu, Pak Toto langsung menghampiri dengan senyum ramahnya.

"Eh, Neng Shenna, Neng perlu apa? Masuk yuk," tanya Pak Toto seraya mengajak Shenna masuk, lagi dan lagi ia menggeleng.

"Tidak usah pak, ini aku mau nitip bunga ke Pak Toto, tolong kasih ke mamah ya. Tapi, jangan sampai papah tau," pesan Shenna dan diterima Pak Toto.

"Baik, Neng. Aman sama Pak Toto mah."

"Makasih ya pak, Shenna pamit."

Pak Toto menatap sayup kepergian Shenna, sebagai seorang yang telah bekerja lama dengan keluarga Wijaya, merasa sedih atas hal yang menimpa anak tuan majikannya, Pak Toto sendiri mengetahui perihal kasus 2 tahun yang lalu itu, Dia sendiri tidak percaya kalo Shenna yang melakukan hal keji tersebut. Pak Toto yakin, Shenna hanya korban dari semua ini.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang