SHENNA. 21

25 4 0
                                    

"Apakah kamu masih sama? Seperti lebah yang menyukai Bunga, atau pergi seperti luka?"
-Shenna Aprillia Wijaya-





                         
21.
Pagi cerah datang Shenna terbangun dengan perasaan gelisah, Namun ia senang karena kemarin malam ia tidur bersama mamah dan adiknya, Shenna memandang lekat kedua sosok penguangatnya perkataan papahnya memanglah benar seharusnya ia tidak lahir kedunia ini. Mungkin keluarganya akan jauh lebih harmonis dan tidak ada luka yang akan menodainya, jika ia tidak ada dalam keluarganya.

Tak lama Nadia terbangun lalu cepat - cepat ia beranjak menuju kamar mandi, mamahnya yang tak sadar membangunkan putri kecilnya yang masih terlelap dalam mimpi, setelah itu ia turun untuk menyiapkan sarapan.

Shenna yang sudah selesai memakai baju seragamnya disusul Ami yang hendak menuju kamar mandi, dirinya yang sudah siap turun meninggalkan adiknya yang tengah mandi. Rasa sesaknya kembali datang saat melihat ruang keluarganya sambil mengepalkan tangannya ia duduk dimeja makan, Nadia selalu dengan senyum hangatnya lalu menghampiri putri sulungnya.

"Shenna, mamah ingin kamu bahagia dan selalu bahagia, bahkan sampai harus berpisah dengan papahmu nak. Mamah rela ... Sangat rela, demi kebahagian kamu," ucap Nadia dan digelengkan oleh Shenna dengan tatapan sendu.

"Jangan ya mah, mamah ingin Shenna bahagia kan? Relain aku ya mah, aku sudah memutuskan untuk pergi dari rumah ini, bukan karena aku nyerah mah. Tapi aku ingin belajar dewasa, dan membiarkan keharmonisan selalu datang dalam keluarga ini," ujarnya dan ia yakin mamahnya akan menolak keras permintaanya, Namun dirinya sudah bulat ia tidak ingin menjadi Hama dalam keluarganya.

"Tidak sayang! Diluar sana jauh lebih kejam dan banyak orang jahat, lagipula kamu masih sekolah. Mamah yang akan melindungi kamu, kali ini papahmu tidak akan mencacimu lagi, nak," Shenna memegang tangan mamahnya dan menatap harap kepadanya, Nadia dapat melihat sorot mata putrinya yang penuh dengan luka juga kepedihan. Mana ada seorang ibu membiarkan anaknya, hidup diluar sana tanpa kasih sayang dan pelindungan dari ibunya.

"Mah ... masih ada Ami, mamah gak sendirian. Keputusan Shenna sudah bulat, mamah ingin liat Shenna bahagia kan? Relain Shenna ya mah, aku pasti bisa hidup diluar sana," lanjutnya, Nadia menghela nafas kasar lalu menatap putrinya sangat dalam.

"Mamah ingin kamu bahagia, makadari itu mamah izinkan tetapi kasih tau mamah alamat kontrakanmu dan mamah ingin setiap minggunya, kamu kembali kerumah ini," Shenna tersenyum bahagia dan memeluk mamahnya, sekarang keluarganya akan selalu harmonis tanpa dirinya.

"Terima kasih mah, nanti malam aku akan pamit juga sama papah. Ayo mah, kita sarapan," ucapnya dan diangguki mamahnya, tak lama Ami datang dengan muka cemburutnya yang dilontarkan kepada Shenna.

"Kakak gak asik, ninggalin aku sendirian kaya anak hilang," ucapnya dan Shenna hanya terkekeh tanpa ingin meminta maaf pada adiknya.

"Habis kamu kaya kebo tau, mana tidurnya kaya cacing kepanasan," ledeknya dan semakin membuat Ami menekukan wajah manisnya.

"Iya deh, hari ini kakak yang akan antar kamu kesekolah terus nanti pulang sekolah kita jalan - jalan, mau gak?" ajaknya dan ditatap binar oleh Ami setelah itu mereka melahap sarapannya, dan moment sarapan kali ini akan menjadi terakhir untuk Shenna.

Selepasnya sarapan mereka berdua pamit kepada Nadia dan berjalan menuju sekolah dengan gembiranya, kali ini mereka akan menaiki bus Shenna menggenggam tangan adiknya erat seakan tak ingin melepasnya, Namun ia sadar kebahagian adiknya jauh lebih penting, daripada dirinya karena hakikatnya kebahagian diri sendiri dapat ia ciptakan dengan sangat indah juga penuh tawa.

Cukup lama ia melamun hingga tak sadar bus sudah ada dihadapannya, Ami yang menyadari menggoyangkan lengan kakaknya dan sang empu tersadar lalu masuk kedalam bus.

Tak butuh waktu lama mereka sampai di SMP Nusa Bangsa lalu turun dan tak lupa membayar ongkos kepada supirnya, sebelum Ami masuk kedalam sekolahnya Shenna berjongkok menyamakan posisinya dengan adiknya lalu mengelus puncuk kepalanya.

"De, kakak mau kamu belajar yang rajin, jangan melawan sama guru dan kalo ada yang jahatin kamu jangan kamu balas ya, lalu selalu hormat sama papah dan mamah ya, kalo kakak enggak ada, aku mau kamu bisa selesain masalahmu sendiri. Ya, ingat selalu pesan kakak," ujarnya dan ditatap heran oleh adiknya.

"Kakak emang mau kemana? Kok kaya mau pergi jauh gitu?" tanyanya sendu dan membuat kakaknya terkekeh.

"Enggak kemana - mana, mana bisa aku pergi jauh dari adikku yang super bawel dan cengeng," jawabnya dan kembali membuat cemberut adiknya itu.

"Udah sana masuk! Ingat ya pesan kakak."

Ami mengangguk lalu berlari kecil menuju kelasnya, meninggalkan Shenna yang sudah mengeluarkan air mata dikelopak matanya, rasanya sangat berat melebihi rasa sakit yang diberikan papahnya. Cukup, cukup dirinya yang menyimpan luka dan merasakan beribu panah menusuk dalam hatinya, ia yakin kebahagiannya sedang direncanakan oleh tuhan dan ia yakin hati papahnya akan luluh.

Selepas itu ia melanjutkan perjalanannya menuju sekolah, Namun baru 5 langkah berjalan dirinya dikejutkan oleh suara klakson mobil membuatnya menoleh untuk melihat pelakunya. Ternyata Erika yang membuat jantungnya hampir putus karena ulah temannya itu.

"oyy, jalan sendirian aja kaya anak ayam ditinggal induknya. Mana si Lucas?" tanya Erika yang membuka setengah kaca mobilnya. Sang empu memutar bola matanya malas, dan langsung masuk kedalam mobil temannya lalu duduk dikursi belakang tanpa meminta izin kepada pemiliknya.

"Ayo mba, jalan sesuai titik maps ya," ucap Shenna menirukan ojek online dengan gaya sombongnya.

"Baik mba Shenna yang jomblo akut, jangan lupa dipake Sealbelt- nya, kalo nanti mbanya ngejungkel kan gak lucu," balasnya dan disenyumkan paksa oleh Shenna, lalu mobil pun jalan menuju sekolah mereka dan sesampainya disekolah Shenna berdiri ditempat parkir melihat motor sahabat kecilnya.

Tetapi yang ia harapkan belum datang Erika yang melihatnya menepuk pundak dan mengajaknya masuk kedalam kelas karena Erika yakin bahwa Adel hari ini tidak masuk untuk menghindar dari masalah kemarin yang bertengkar dengan dirinya.

"Come on baby, jangan terpuruk terus, lo lihat yang namanya pengkhianat pasti lari dari masalahnya!" ucap Erika dan tak ditanggapi oleh sang empu. Mereka sudah sampai dikelasnya dan duduk dikursi mereka, Syabila sudah ada dikelas dan seperti biasa sedang menonton konser boyband korea favoritnya, Melihat kedua temannya sudah datang ia menghampiri dan ikut mengobrol dalam satu meja.

"Gays, gua bakal ngontrak dan gak lagi tinggal dirumah keluarga gua," ucap Shenna membuat kedua temannya membulatkan mata bersamaan.

"Are you kidding?"

"What's wrong?"

"Gua gak mau jadi hama dalam keluarga, semua perkataan papah gua benar adanya, dan kemarin Lucas tau satu fakta tentang hidup gua," jawabnya yang sudah ingin menangis kembali, kedua temannya mendekat dan saling memeluk, mengungatkan Shenna seraya mengelus punggungnya.

Shenna yang sudah membaik menampakan senyum indahnya, tak lama Lucas datang dengan gaya coolnya dan berhenti dimeja pujaan hatinya sambil memberikan kotak bekal kepada Shenna, sang empu tidak langsung menerima justru menaikan satu alisnya tanda ia tidak mengerti dengan perlakuan lelaki yang ada dihadapannya.

"Terima ya, ini masakan mamah gua dimakan jangan lupa. Satu lagi, sehabis pulang sekolah gua mau ajak lo untuk ketemu sama kedua orang tua gua," ucap Lucas dengan pecaya dirinya, tetapi kebalikannya dengan Shenna ia mematung, bukan karena ia tidak siap, Namun Lucas sudah mengetahui satu fakta tentang hidupnya.


Nah kan si Lucas udah tau, hayooo Shenna gimana hayoo?? (parah ya authornya, malah nyumpahin).

Penting tapi penting, yuk coment hehehe aku mau tau nih ... Tanggapan kalian tentang cerita Shenna:).  See you, papay 😊🍁

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang