SHENNA. 18

24 6 0
                                    

"Perasaan memang tidak bisa dipaksakan, tetapi apa salahnya untuk mencoba, agar kata paksa menjadi kata ingin,"
-Me-    



18.
Sepanjang koridor Lucas dengan percaya dirinya menggandeng tangan Shenna, ketiga temannya menatap kagum pada Lucas karena aksi nekatnya yang mampu meluluhkan Ego Shenna yang sangat keras. Sesampainya dikelas Shenna melepas kasar genggaman itu lalu duduk dikursinya sedangkan Lelaki yang mengajaknya pergi sekolah bersama hanya tersenyum tipis. Ketiga temannya mendekat dan saling tatap menatap sang empu malas menanggapi dan menyibukan dirinya mendengarkan lagu dari earphone yang terpasang di Hanphone miliknya.

"Yailah Shen, sok banget lo. Dah lah buka hati lo aja," sahut Adel dan diangguki oleh kedua temannya, Namun mereka seperti berbicara kepada tembok jelas - jelas Shenna tidak mendengar, karena telinganya tersumpal earphone mereka pun beranjak dan duduk dikursi masing - masing.

Bel masuk pun berbunyi lalu Bu Ika pun datang dengan membawa sebuah gitar, para murid pun berbinar melihatnya dan mereka yakin bahwa akan ada kelas musik di pelajaran Bahasa Indonesia kali ini. Shenna melepaskan earphonenya dan fokus kepada pelajarannya.

"Pagi anak - anak, baik langsung aja ya ibu bawa gitar ini untuk musikalisasi puisi dimana nanti akan ada kelompok masing - masing 2 orang berpasangan, dan ibu sudah tentukan. Berhubung Lucas murid baru makan ibu mempasangkannya dengan Shenna, jadi ibu mohon kalian kerja sama ya untuk yang lain sudah ibu tentukan dan ibu akan kasih waktu 3 hari," Shenna mematung mendengar bahwa dirinya dipasangkan oleh Lucas, sungguh ia tidak ingin rasa sukanya pada Lucas bertambah besar. Sedangkan Lucas jelas sangat senang karena ini kesempatannya untuk lebih jauh mengenal Shenna, ketiga temannya Bersorak gembira mendengar pengumuman tersebut. Setelah itu Bu Ika memulai pelajarannya, Namun Shenna tidak memperhatikan pikirannya terus saja pada kelompok musikalisasi puisi tersebut ia pun beranjak dari kursinya tetapi dijegat oleh Syabilla dengan wajah bertanya, Shenna menepis cekalan itu dan berjalan menuju meja Bu Ika.

"Bu ... Saya izin ke toilet ya," ucapnya dan diangguki oleh Bu Ika, Shenna berjalan dengan gontai sambil menatap keatas dan memenjamkan matanya tetapi karena hal itu ia menabrak seseorang dan membuat buku yang ia bawa berjatuhan, Shenna yang sadar langsung membantu dan memberikan kepada siswa yang ia tabrak. Ia tercengang karena Deana - senior Shenna yang tak sengaja ia tabrak.

"Eh ... Kak Deana, maaf ya aku tadi gak fokus. Kakak gapapa?" tanyanya sambil mengecek seluruh badan Deana, seniornya itu hanya tersenyum lalu menghentikan aktifitas Shenna yang berlebihan baginya.

"Aku gapapa, kamu Shenna kan? Siswi berprestasi dibidang Geografi?" Shenna mengangguk lalu menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalannya kepada Deana, seniornya itu membalas dengan senang hati.

"Yaudah kak, aku mau kerooftop, maaf sekali lagi," ucapnya sopan, Namun dicegat oleh Deana.

"Aku ikut ya," Shenna mengangguk senang mereka pun pergi bersama menuju rooftop, tempat paling sunyi yang dapat menenangkan pikiran seseorang dengan alam terbuka semakin membuat seseorang berlama - lama ditempat tersebut. Shenna menghepaskan tubuhnya begitu saja di kursi yang ada dirooftop dengan tatapan yang terus saja keatas, Deana yang simpatik memegang bahu Shenna membuat sang empu menatap kakak seniornya itu.

"Kamu kayanya lagi ada masalah, Cerita aja sama aku," ucap Deana dan ditatap harap oleh Shenna.

"Aku tau kita baru ketemu tadi, tapi sebagai senior yang baik gak salah kan? kalo jadi tempat bersandar bagi adik kelasnya," lanjutnya dan diangguki Shenna.

"Aku bingung kak sama perasaan aku, disatu sisi aku suka sama dia tapi disisi lain aku trauma karena sikap papahku yang keras. Aku harus gimana ya kak?" ucapnya, Deana memegang erat tangan Shenna sambil menatap sayup membuat dirinya tersentuh.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang