SHENNA. 47

21 2 0
                                    

"Terkadang, memang harus sembunyi di kegelapan, karena terang tak selalu hangat seperti matahari."
-Shenna Aprillia Wijaya-













                         

























47.
Gadis kecil meringkuk di balik tangga dengan tangan mungil nan putih yang masih saja memeluk sebuah kotak kado di dadanya. Kado itu ingin ia berikan kepada papah yang tengah berulang tahun, namun ketakutannya sudah lebih dulu menghantui isi kepalanya.

Matanya tidak pernah teralihkan dari pandangan yang membuat dia ingin bergabung ke dalam kehangatan itu, disana ada mamah, papah, juga adik perempuannya yang tengah menyanyikan lagu ulang tahun.

Mereka tidak menyadari jika tidak ada dirinya di tengah hari bahagia sang papah, tapi mereka tetap terlihat bahagia dan hal itu membuat sakit hati gadis kecil ini. Lama memandang, tak terasa cairan bening membasahi pipi gembulnya.

Dia kembali menatap kotak kado yang berbungkus kertas emas itu, kado itu ia beli menggunakan uang hasil tabungannya. Selama 1 bulan uang jajan yang diberikan sang mamah selalu ia simpan tanpa ingin di jajani, dan usahanya berbuah hasil yang mansi. Ia dapat membeli sebuah jam tangan yang diidamkan oleh sang papah.

"Papah, apa papah mau nelima kado dali aku? Shenna halap, iya. Kadonya khusus buat papah," monolognya sambil menggenggam erat kotak kado tersebut.

Akhirnya, ia memberanikan diri untuk mendekat ke arah ruang makan itu, tatapannya sangat sayup diiringi gemetar di tangannya. Tinggal 3 langkah lagi, ia sudah berada dekat dengan keluarganya.

Nadia yang baru menyadari kalo putri sulungnya tidak ada di keramain ini, ia terlalu sibuk mengurusi acara ulang tahun suaminya. Baru saja ia ingin mencari Putrinya, Shenna sedang berdiri dengan tatapan sayup.

Dia tahu jika Shenna tidak berani untuk datang ke ruang tamu, apalagi sekedar ingin mengucapkan 'selamat ulang tahun' ke papahnya. Putrinya itu lebih memilih mengasingkan dirinya. Perasaan Nadia sebagai seorang ibu pasti sakit melihat satu anaknya di asingkan seperti itu.

"Shenna kok disini? Ayo, gabung sama mamah, papah, dan adikmu," ucap Nadia dengan tatapan hangat.

Shenna yang menundukan kepalanya langsung menggeleng, ia tidak berani menatap wajah tegas papahnya.

"Jangan takut, nak. Ayo sini! Katanya mau kasih kado buat papah?" ajak Nadia kembali seraya memegang tangan mungil Shenna.

Karena bujukan mamahnya Shenna pun luluh dan maju mendekati papahnya yang sudah berubah ekspresi itu. Shenna pun sama halnya sekarang wajahnya berubah pucat disertai keringat dingin yang mengalir di pelipisnya.

Lalu dimana Ami? Ami masih terlalu kecil untuk memahami kondisi yang sangat dingin ini, Ami yang masih lugu hanya memakan kuenya sambil sesekali mencoret mukanya sendiri dengan cream kue cokelat yang begitu manis.

"Apa? Jangan diam saja! Kamu punya mulut kan? Jangan berlagak bisu seperti itu!!" sentak Wijaya yang mulai malas melihat anak pertamanya yang hanya diam.

Tubuh Shenna semakin bergetar. "A-aku m-mau k-kasih k-kado i-ini b-buat p-papah." jawab Shenna sembari memberi kotak kado berwarna emas tersebut.

Wijaya mengambil kotak itu secara kasar dari tangan mungil Shenna, lalu membukanya tanpa perasaan hingga ia melihat jam tangan yang memang ia idamkan di balik kotak itu.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang