SHENNA. 48

19 2 0
                                    

"Aku ingin kita mengulang kembali semua adegan yang pernah terlewati."
-Ami Nur Wijaya-





































































48.
Siang ini matahari sedang berbaik hati pada bumi, si tenaga di tata surya sedang mengekspor seluruh panasnya. Beberapa dari mereka memilih untuk mengenakan payung guna meneduhkan seluruh kulit mereka dari paparan sinar matahari, dan sisanya mengenakan jaket yang tidak terlalu tebal.

Seorang gadis berjalan begitu cepat dengan mengenakan topi berwarna hitam untuk melindungi kepalanya dari panas matahari, gadis ini sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kakaknya, ia pun sudah menyiapkan kotak makanan yang berisi nasi goreng kesukaan kakaknya.

Butuh waktu 20 menit agar dirinya sampai dirumah Erika, langkah kaki terhenti saat sudah sampai di depan gerbang rumah megah berwarna putih itu. Sang satpam pun yang menjaga langsung bertanya dan membukakan gerbang karena tahu Ami ialah teman majikannya.

Ami memencet bel beberapa kali wajahnya begitu berseri dengan tangan yang menangkup kotak makanan, tak lama keluarlah gadis dewasa yang tinggi badannya sebahu dengannya. Namun, Erika memberikan tatapan tak suka dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Kak Shenna ada, kak? Kok gak keluar juga bareng Kakak?" tanya Ami heran.

Seharusnya, Kakak pun ikut keluar namun, dia memang tidak melihat sepatu milik kakak di dekat pintu utama.

"Ya lo liatnya gimana? Punya mata, kan?" jawab Erika sewot.

"Kok kakak nyolot! Kak Shenna sudah gak tinggal disini lagi?" tanya Ami kembali sedikit emosi membuat Erika malas untuk menjawabnya.

Erika mendekat dengan kedua tangan yang mencengkram bahu Ami. "Pasang kuping lo! Dengerin gua! Kakak lo udah gak tinggal lagi sama gua!! Kakak lo juga bukan lagi sahabat gua!! Jadi jangan pernah tanyain tentang kakak lo ke gua!! Sekarang lo pergi dari rumah gua, sekarang!!" teriak Erika benar-benar murka.

Selepas itu, Erika masuk dengan menutup pintu yang sangat keras. Ami pun terdiam dengan kotak makan yang jatuh dari tangannya.

Pergi? Kakak udah gak tinggal dengan Kak Erika, lalu dimana sekarang kakak tinggal? Tidak tinggal di kolong jembatan, kan? Ya ... Tuhan, mengapa jadi begini? Aku sudah membayangkan betapa senangnya saat aku bisa berbaikan dengan kakak. Namun, sekarang ... semesta sedang melucu.

Ami pun beranjak dari rumah Erika dengan membawa kotak makan yang sudah tidak berbentuk isinya, tanpa aku sadari cairan bening keluar dari kelopak mataku.

Langkah kaki yang sudah lelah ku teruskan untuk pulang kerumah, Aku tidak menyangka niat baik ingin bertemu dengan kakak berujung dengan kepiluan.

Mengapa Kak Erika berkata, kalo dia bukan lagi sahabat kakak? Ada masalah apa lagi? Aku harus cari kemana lagi? Ya Tuhan ... kenapa ujian selalu datang ke kakak?

Tidak terasa dia sampai dirumah, Pak Toto pun langsung membukakan gerbang dengan wajah bertanya. Terlihat ada bekas jejak air mata di pipi anak majikannya, Pak Toto ingin menanyakan tapi, melihat wajah lelah Ami Pak Toto mengurungkan niatnya.

Aku masuk tanpa melepas sepatuku lalu membelokan tubuhku menuju dapur, menaruh kotak bekal yang sedari tadi melengket di kedua tanganku. Aku menunduk menahan segala sesal di dadaku.

"Kakak!! Kenapa kakak pergi? Kenapa kakak benar-benar menghilang?! Kenapa kak? Kenapa!! Apa kakak gak sayang sama aku? Atau kakak malah udah benci sama aku?? AHHHH!!!" keluh Ami berteriak.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang