SHENNA. 50

26 2 0
                                    

"Biarkan aku jadi pengkhianat agar kamu dapat terbebas dari semua penderitaan ini."
-Adella Anugrah-
































































































50.
Seorang gadis berjalan pincang di tengah keramaian, banyak pasang mata yang melihatnya kasihan namun, banyak juga yang acuh dengan luka lebam di tubuhnya. Gadis itu terus berjalan sambil menenteng dua kantung belanjaan yang masih lengkap isinya.

Dia tersenyum karena semua belanjaannya aman dan tidak ada yang harus digantikan olehnya, salah satu kaki yang bengkak membiru terus menyeru agar dia istirahat sejenak. Akhirnya dia pun duduk di batas trotoar sambil memijat perlahan seluruh tubuhnya.

Disela dia duduk terdengar suara mesin motor yang berhenti di depannya, lalu terdengar lagi seseorang itu memarkirkan motornya. Shenna belum menyadari kalo seseorang itu sudah berada di hadapannya, saat Shenna hendak bangkit dia terkejut karena pemilik motor itu ialah Andini.

Andini mentap sendu karena melihat luka lebam ditubuhnya, sedangkan dia hanya tersenyum tipis.

"Kamu habis lawan preman? Sampai babak belur gini?" tanya Andini dengan nada bercanda.

Shenna tertawa kecil. "Iya nih, aku habis jadi pahlawan kesiangan," jawab Shenna berbohong.

Andini menggeleng. "Kamu jangan bohong! Sekarang kita pulang!" decak Andini yang merasa janggal.

Shenna pun terdiam lalu dibantu Andini untuk naik ke motornya, selama perjalanan pulang mereka berdua hanya diam tanpa ada yang ingin membuka suara. Sesampainya dirumah Andini kembali memapah gadis itu hingga ke ruang tamu, dan barulah dia memasukan motornya ke garasi.

Selepas itu, Andini mulai sibuk untuk mengambil kompresan juga kotak P3K untuk mengobati luka lebam yang ada di wajah juga tubuh Shenna. Sedangkan, sang empu terus saja diam tanpa ingin menatap Andini yang tengah mengobati lukanya.

Dengan telaten dia mulai membersihkan dahulu luka yang berada di tangan, kaki, dan wajah agar tidak infeksi. Kemudian, mulai meneteskan obat merah di kapas lalu mengusapnya perlahan ke tubuh Shenna, dia pun meringis melihat memar yang begitu biru.

Andini tidak habis pikir dengan orang yang telah tega memukuli gadis yang sudah dia anggap seperti saudaranya sendiri, ada masalah apa? Hingga sebrutal ini memukulinya, sungguh. Andini ingin melaporkan seseorang itu ke kantor polisi.

"Siapa yang mukulin kamu? Kasih tahu aku?!" ketus Andini yang tetap fokus mengobati memar dilukanya.

" .... "

Hening. Shenna membungkam mulutnya rapat.

"Shenna jawab! Kasih tau aku! Siapa?" pekik Andini mendesak gadis yang dihadapannya.

"K-kalo yang mukulin aku papah aku sendiri? Kamu percaya?" lirih Shenna dengan tatapan kosong.

Andini melotot tidak percaya. "P-papah kamu? Are you seriously?" Andini masih saja terpaku.

Shenna mengangguk. "Papah aku Andini, papah aku. Seorang lelaki yang orang bilang adalah cinta pertama, seorang lelaki yang seharusnya memberikan kasih sayang, dan seorang lelaki yang seharusnya memberikan pelukan bukan pukulan." rintih Shenna mulai terisak dengan tatapan hampa.

Andini pun memeluk. "Ini udah gak wajar, Shenna. Aku akan laporin papah kamu ke kantor polisi, aku juga akan bilang ke papah dan mamahku. Kamu jangan khawatir, kamu berhak mendapatkannya," bela Andini, karena ini sudah keterlaluan.

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang