SHENNA. 34

25 5 4
                                    

"Manusia memang munafik, selalu berkata iya walau sebenarnya tidak, menginginkan, tapi tidak menerima, dan berakhir dengan keegoisan."
-Erika Januari-















34.
Langit sore berganti dengan malam, matahari terbenam lalu muncul sang bulan serta bintang yang menghiasi langit. Seorang gadis remaja berjalan lemas di sepanjang trotoar, suara kendaraan yang begitu ramai seakan hampa 'tak ia gubris.

Malam ini menjadi saksi akan kali pertama ia di sakiti oleh kakak yang begitu ia banggakan bahkan sangat ia sayangi, kakak yang selalu hadir tanpa ia minta, kakak yang selalu menjadi tameng saat ia diganggu oleh teman sekelasnya, dan kakak yang selalu bisa membuatnya menjadi seorang adik yang sangat beruntung di dunia ini.

Sekarang hanya tinggal kenangan bahkan, sebentar lagi akan menjadi debu lalu terbang mengikuti angin yang tak ada ujungnya.

Hahahahaha! Astaga, aku seperti orang bodoh yang memberi sandaran kepada seseorang yang bahkan gak mau sandaran itu! Terima kasih kak, untuk luka yang kamu kasih. Aku bahkan gak tau, apakah aku bisa bangkit tanpa adanya kakak?

Dia duduk di dekat trotoar tatapannya kedepan melihat suasana ramai kendaraan yang sedang berlalu lalang, cukup menenangkan baginya. Kini tangannya beralih mengacak rambutnya lalu membetulkannya kembali, bisa dibilang ia terkena depresi.

Ia pun melihat arloji merah ditangannya, sudah jam 18.00 WIB pasti papah dan mamah khawatir padanya, lebih baik ia sekarang pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah ini. Dirinya memutuskan untuk kembali berjalan hingga sampai dirumahnya, mengirit ongkos juga menyehatkan badan.

30 menit kemudian, akhirnya ia sampai di rumah dan dibukakan oleh Pak Toto - satpam rumahnya. Kedua orang tuanya sudah berdiri tepat di depan pintu utama, Ami yang melihat itu seakan hidup kembali karena ada yang masih sayang dan peduli dengannya.

Wijaya yang pertama melihat putri bungsunya sudah pulang, langsung menghampiri dan memeluk putrinya. Sang empu tertohok akan perlakuan Papah yang sangat mengejutkan, namun ia tak bisa membohongi, jika ia memang membutuhkan perlakuan ini.

Sedangkan, Nadia hanya melihat sambil tersenyum hangat. Ya, dia kembali dan 'tak ingin berlama-lama untuk bersedih, bagaimana pun kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga harus tetap ia jalani, karena rumah ini memang membutuhkannya. Walau begitu, ia masih tetap ada rasa kecewa terhadap suaminya, rasa kecewa itu akan membaik kalo suaminya dapat menerima kehadiran putri sulungnya.

Mereka berdua kemudian masuk bersamaan dengan Nadia dibelakangnya, Ami tak langsung masuk kedalam kamar, sebab Papah dan Mamahnya ingin menanyakan akan keterlambatan ia pulang.

Wijaya menatap hangat Ami. "Nak, kamu kemana aja? Kenapa jam segini baru pulang?" tanyanya, namun tak langsung dijawab oleh Ami.

"Nak, Papahmu sedang bertanya. Mengapa kamu 'tak jawab? Timpal Nadia bertanya kembali.

Ami hanya diam sambil menundukan kepalanya, sungguh. Bukannya dia tidak sopan kepada kedua orang tuanya, namun mulutnya sangat lelah untuk menjawab atau menjelaskan apa yang telah terjadi kepadanya, pada malam hari ini. Untuk sekarang, ia akan membiarkan hingga suasana hatinya kembali membaik.

Wijaya dan Nadia saling menatap berakhir dengan kepasrahan dan akan memberikan waktu kepada putri sulung mereka.

"Yaudah, setelah ini kamu mandi lalu kita makan malam." ujar Nadia hangat dan hanya diangguki oleh Ami.

Ami pun beranjak dari ruang tamu lalu menaiki anak tangga, ia berhenti sejenak menetralkan emosinya. Raut wajahnya masih sama, ia akan membutuhkan waktu untuk bedamai dengan lukanya. Lebih baik sekarang, ia menyegarkan tubuh dan pikirannya.

🍂 ______________________ 🍂

Dikediaman rumah Erika, dia dan Shenna sedang menikmati makan malam bersama dengan kedua asisten rumah tangganya. Di sela makan, Shenna tidak ada nafsu makan dan beralih memainkan nasi dipiringnya.

Erika yang melihat sahabatnya hanya melamun dan tidak memakan makanannya, hanya menggeleng kepala pelan. Ini pasti ada kaitannya dengan kejadian tadi sore.

Makan malam pun selesai, rencananya Shenna ingin tidur cepat malam ini, namun ia dicegat oleh Erika sembari mencekal tangannya dan membawa dirinya menuju ruang tamu.

Shenna terlihat kesakitan. "Kenapa? Lo 'kan bisa ngomong!" tanyanya sedikit kesal, sedangkan Erika hanya terkekeh.

"Dodol dipelihara! Harusnya gua yang tanya, tadi sore kenapa ade lo pulang sambil nangis?" kini Erika membalikan pertanyaan Sahabatnya.

Shenna terdiam cukup lama, ia tengah berpikir untuk menyusun kata yang akan dijelaskannya. Erika menaikan satu alisnya, pertanda ia meminta penjelasan.

"E-em. Ade gua salah paham dan berakhir dengan perpisahan."

"JELASIN MAEMUNAH!"

"Iya, jadi ade gua itu nemuin kotak di kamar gua, kotak itu isinya beberapa barang yang dapat keluarin gua dari masalah yang selama ini buat gua menderita."

"Lalu, kenapa Ade lo nangis?"

"Gua bilang kalo, gua gak mau dia ikut campur dalam masalah gua, dan gua juga gak mau dia kenapa-kenapa, Erika. Ini terlalu beresiko, terlalu berbahaya, makannya, ... gua gak jujur dan memilih untuk menyelesaikan-nya sendiri."

"Shenna ... shenna, manusia itu memang munafik ya bahkan egois untuk dirinya sendiri, selalu memberi tempat bersandar, namun nyatanya diri sendiri butuh, selalu membuat orang lain tersenyum, nyatanya diri sendiri butuh dihibur. Iya 'kan, Shen?"

Shenna mengangguk polos, ia mencermati setiap pekataan yang dikatakan Erika. Katakan ia bodoh! Ya, dirinya bodoh! Katakan dia egois! Ya dia memang egois! Selalu berusaha baik-baik saja, namun nyatanya rapuh. Selucu ini, hingga dia tidak bisa merasakan apa itu tertawa dan bahagia!

Sekarang Erika mendekat, lalu menangkup kedua tangan sahabatnya. Menguatkan dan memberikan kehangatan untuk Shenna.

"Shen, dengerin gua ya. Gua tahu lo sayang sama adik lo, sayang sama mereka yang selalu dekat sama lo, dan gua tahu lo sosok yang kuat bahkan gua gak pernah liat lo rapuh di depan mata gua. Tapi, jangan pernah tutupin hati lo untuk seseorang yang ingin memberikan kepedulian sama lo, oke."

"Iya, Erika. Gua tau, gua emang salah. Gua hanya ingin semuanya baik-baik aja, gua mau keluar dari semua masalah ini. Bantu gua, ya rie."

"Iya dong, tenang aja. Lo punya gua, ada gua disini. Whatever happens, l will always be there for you."



















































Hallo! Aku double up ya :)
Jangan lupa tinggalkan jejak :)

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang