"Bakat itu tidak begitu berarti apa-apa. Namun, pengalaman yang diperoleh melalui kerendahan hati dengan kerja keras, berarti segalanya"
~Patrick Suskind~Quotes untuk hari ini🤗
Sebelum kalian baca cerita ku, Alangkah baik nya tekan tanda 🌟 dulu. 1 vote dari kalian sangat berharga bagi Author🙏
Thank You yg udah vote😚
Happy Reading❤
***
“Ini langsung masuk atau gimana?” tanya Suci saat mereka tiba di tempat selanjutnya.
“Masuk saja, yuk!” ajak Tara yang diangguki ketiga lainnya.
Mereka berempat masuk ke warung makan sesuai petunjuk yang mereka pecahkan tadi. Warung coto makassar. Mereka tak lupa untuk mencari sang pemilik warung saat tiba di dalam.
“Dari SMA Nusa Bangsa, ya?” tanya seorang pria yang diduga karyawan dari rumah makan tersebut.
“Iya, Mas.” Jawab Tara, sopan.
Pegawai tersebut mengangguk. Ia pergi namun tak lama kembali dengan selembar kertas. “Di isi, ya. Sesuai kolomnya.” Ia memberikan kertas tersebut pada Frizka.
Seperti tadi, mereka mengisi lembaran kertas tersebut dengan nama lengkap, kelas juga tanda tangan masing-masing.
“Ini sudah selesai, Mas.” Kata Elvina mengembalikan selembar kertas tersebut pada pegawai.Pegawai itu mengambilnya dengan senyuman kecil. “Kalian tunggu sebentar, ya. Saya ambil dulu makanannya.” Ujarnya kemudian pergi. Tak terlalu lama menunggu, ia kembali dengan sebungkus plastik berisi Coto Makassar. “Ini. Silakan dibawa,”
Suci menerima bungkusan itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih. “Kita pamit, Mas. Terima kasih,” ujarnya sebelum mereka meninggalkan tempat tersebut.
> = <
Beberapa murid mulai berdatangan dengan bawaan masing-masing sesuai dengan teka-teki yang mereka dapat. Begitu pula dengan Frizka dan kelompoknya. Mereka langsung kembali ke sekolah selepas tempat terakhir dikunjungi. Kini mereka duduk di lapangan sesuai kelompok.
Tio dan Dafa terlihat menaiki panggung saat lapangan mulai penuh. “Apa sudah datang semua?” tanya Dafa dengan menyisir pandangan seisi lapangan. “Yang sudah menemukan jawaban untuk kelompoknya, silakan taruh di meja hasil temuannya oleh perwakilan.” Titahnya dengan pengeras suara.
Frizka berdiri dari tempatnya duduk. “Gue yang ke sana. Siapa tahu Rey juga ke sana.” Ujarnya dengan cengengesan.
Yang lain mendengus. “Ya sudah. Sana pergi!” usir Elvina bercanda.
Frizka terkekeh. “Jangan rindu ya. Gue sebentar saja perginya,” ujarnya yang mendapat sorakan. Ia kemudian pergi dengan bungkusan hasil dari tebakan kelompoknya menuju tempat yang panitia sebutkan. Dekat pagar sekolah.
Setibanya Frizka di tempat pengumpulan, tempat tersebut sudah dipenuhi oleh perwakilan kelompok lain dengan barang temuan masing-masing. Para perwakilan itu terlihat berebut ingin menyimpan lebih dulu.
Saat Frizka mulai menelusup pada keramaian, tiba-tiba saja ada yang menarik tubuhnya dan menyeret ke luar sekolah. “TOLONG!” jerit Frizka yang melemah sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYKA✓ (TAMAT)
Teen FictionBEBERAPA PART DIHAPUS SUDAH REVISI ≪•◦ ❈ ◦•≫ Terkadang, menyembunyikan sesuatu termasuk perkara yang susah. Banyak yang harus ditanggung di balik semua hal tersembunyi itu. Mencintai dalam diam merupakan salah satu cara terindah. Namun, sesuatu yan...