•4-Berjuang•

521 263 142
                                    

Happy Reading❤
***

Baik anak-anak. Ibu permisi ya, jangan lupa tugas yang Ibu berikan tolong dikerjakan,” ucap Bu Luna selaku guru sejarah yang memang mengajar di kelas itu.

“Iya Bu,” jawab beberapa anak dengan serentak.

“Besok pelajaran ibu. Jadi, yang tidak mengerjakan siap-siap kena hukuman. Mengerti?” tutur Bu Luna mengingatkan lagi pada murid-muridnya.

“Iya, Bu. Siap,” ucap Revan, sahabat Reynald.

“Siap, bosku!” Lanjut Justin, Justin adalah sahabat Reynald juga.

Reynald dan Radit yang melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Semua siswa-siswi yang di kelas hanya bisa menahan tawa karena kedua temannya itu tak takut sama sekali pada Bu Luna—guru yang terkenal killer di SMA Nusa Bangsa.
Bu Luna tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Ibu permisi dulu.” ujarnya lalu meninggalkan kelas.

“Guys gimana kalau nanti kita nobar? Gue lagi bosan nih di rumah terus,” jelas Tara yang sedang duduk di bangkunya itu.

Frizka, Tara, Suci, dan Elvina masih berada di kelas. Itu adalah hal biasa yang mereka lakukan waktu pulang sekolah. Biasa untuk tidak langsung pulang bersama murid lain.

“Boleh aja,” jawab Suci.

“2-in,” jawab Frizka yang sedang sibuk menatap ponselnya.

“3-in,” lanjut Elvina.

Di barisan belakang kelas XI-IPS 3 ada Reynald, Revan, Radit, dan Justin yang asyik mengobrol.

“Gimana kalau nanti kita makan bareng? Sekalian ajak Frizka sama sahabat-sahabatnya itu. Gimana?” tanya Reynald pada ketiga sahabatnya.

Justin yang tadi sibuk menatap ponsel memberhentikan aktivitasnya. “Tumben lo ngajak mereka. Ada apa lo sama Frizka?” tanya Justin dengan tatapan penuh selidik.

“Apa jangan-jangan lo jatuh cinta sama Frizka? Frizka kan cewek tercantik di sekolah ini. Banyak laki-laki yang pengen dapat dia. Tapi,  gak ada yang diterima satu pun sama tuh cewek,” jelas Radit dengan jujur sekali.

“Apaan sih! Gimana mau gak?” tanya Reynald untuk kedua kali kepada ketiga sahabatnya itu.

Mereka saling menatap satu sama lain dan mereka mengangguk memberikan jawaban.

“Gue aja yang ngomong ke mereka,” kata Radit tiba-tiba dan diangguki oleh Reynald.

Justin menepuk pundak Radit yang sekarang ada di sampingnya. “Tumben lo mau ngomong sama cewek. Jatuh cinta ke siapa nih sobat gue?”

Di sisi lain, di bagian depan kelas, Frizka dan ketiga sahabatnya masih membahas hal yang sama. “Kumpul di mana? Jam berapa?” tanya Frizka yang masih sibuk memainkan elektronik genggam di tangannya.

“Kumpul di depan sekolah aja. Jamnya, jam 7 nanti malam. Gimana?” saran Tara pada ketiga sahabatnya itu.
“Gue ngomong gak ada yang balas atau apa kek! Matanya liat handphone terus! Woi! Gue ada di sini!” gerutu Tara yang kesal dengan ketiga sahabatnya itu.

“Oke, Gue paham kok walau gak liat yang ngomong,” timpal Frizka.

“2-in,”

“3-in.”

“10-in.” Tara berdiri dari bangkunya dan berperilaku layaknya anak kecil yang kehabisan permen milik.

“Bu Tirex marah nih, Bunda,” ucap Elvina yang masih menatap layar ponselnya itu.

“Kalian ini kenapa sih, in-in mulu dari tadi. Gue ngomong gak diliat orangnya malah main hp mulu, kesel gue sumpah!” Jelas Tara dengan ekspresi kesal di wajahnya.

REYKA✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang