•1-Kena Tipu•

822 347 539
                                    

Happy Reading
***

“FRIZKA, BANGUN! NANTI KAMU TELAT LOH!” teriak Rani dari lantai bawah. Rani adalah Ibunya. Dasar anak kebo batin Rani. Tidak ada jawaban dari atas, Rani memutuskan untuk menuju ke kamarnya.

Rani menaiki satu per satu tangga menuju ke lantai atas. Setelah sampai di depan kamar Frizka, Rani memutar knop pintu kamar tersebut.
Di sana terlihat Frizka yang masih tidur di kasur queen size-nya yang bernuansa biru sambil memeluk guling berwarna biru bergambar kartun Doraemon dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut berwarna senada juga dengan gambar yang sama.

Memang Frizka dari kecil sangat menggemari serial kartun yang bernamakan Doraemon. Jadi tidak heran jika benda-benda di kamarnya kebanyakan bergambar kartun robot kucing berwarna biru itu.

“Frizka, bangun. Nanti telat, loh!” ucap Rani saat duduk di queen size bed milik Frizka setelah membuka jendela di kamar itu.

Frizka mengucek matanya yang masih terpejam. “Iya, Bu.” Jawab Frizka yang setengah sadar untuk bangun. “5 menit lagi, ya.”

“5 menit lagi, 5 menit lagi. Ini sudah setengah tujuh, loh!” bohong Rani pada anaknya karena menurutnya hanya itu satu-satunya cara agar Frizka bangun dari alam mimpinya.

Mendengar itu, Frizka yang tadinya enggan untuk bangun buru-buru melompat menuju kamar mandi. Rani yang melihat itu tertawa dengan tingkah laku anak perempuannya.

10 menit berlalu. Frizka telah selesai menjalankan ritual mandinya. Setelah itu, Frizka duduk di meja rias untuk memoleskan sedikit rangkaian skincare di wajahnya. Itu sudah menjadi rutinitas tersendiri baginya.
Frizka tak sengaja melihat jam dinding di atas kaca meja riasnya. Ia memastikan agar tidak terlambat untuk pergi ke sekolah. Betapa terkejutnya Frizka melihat benda tersebut menunjukan masih pukul 6 pagi. Baginya, ini terlalu awal untuk berangkat ke sekolah.

Ini pasti tadi ibu sengaja bohongi aku batin Frizka.

Frizka menuruni tangga menuju lantai bawah. Terlihat ibunya sedang sibuk memasak di dapur. 

“Ibu mah gitu. Padahal tadi Frizka lagi mimpi Jimin Oppa suapin makanan ke mulut Frizka.” Kata Frizka yang berhalu tentang idol kesukaannya. “Frizka kan sekarang LDR-an sama dia. Dia di Korea sana, aku di Indonesia.” Lanjut Frizka menjelaskan kehaluannya pada Rani, ibunya.

“Ya mau bagaimana lagi? Itu satu-satunya cara agar kamu bisa bangun. Kamu sih sudah tau ibu masak sendiri di dapur, gak ada niatan buat bantu ibu gitu?” tutur Rani yang tengah sibuk dengan kegiatan masaknya.

“Lagian halunya jangan tinggi-tinggi, anak ibu. Nanti jatuh, gak ada yang nolongin.” Ledek Rani pada Frizka membuat anaknya tersenyum kecut menatapnya.

“Iya-iya, deh. Besok aku bantu setiap hari. Janji,” ujar Frizka sambil mengulurkan jari kelingkingnya pada Rani.

Rani membalas uluran jari kelingking sang anak seraya menjawab, “Iya.”

“Nanti Frizka jatuh, yang nolongin kan pasti Jimin Oppa juga,” Frizka melanjutkan halusinasi tingkat dewanya.

“Ya sudah, terserah kamu. Sekarang bantu ibu menyiapkan makanan untuk di bawa ke meja makan,” kata Rani pada sang anak. Frizka mengangguk dan memberikan senyuman pada ibunya.

“Hmmm. Ogheyy!” seru Frizka mengacungkan dua jempol miliknya.

Rani tersenyum tulus melihat tingkah Frizka. Rani sangat sayang pada anak-anaknya. Tentu juga pada Kevin—kakak Frizka. Ia menganggap mereka berdua sama dan Rani tidak pernah pilih kasih.
Tak lama setelah Frizka membantu Rani menyiapkan makanan pagi hari ini, terlihat Georgie—ayah Frizka—juga Kevin turun dari tangga menuju meja makan.

“Pagi, Ayah!” sapa Frizka saat Georgie sudah duduk di kursi meja makan.

“Pagi juga anak ayah,” jawab Georgie dengan senang.

“Pagi Adek tersayang aku!” sapa Kevin pada Frizka. Tapi adiknya itu sama sekali tak membalasnya. Ia hanya acuh tak acuh.

“Sudah, sekarang makan dulu. Keburu telat nanti berangkatnya.” Tutur Rani.

Mereka berempat mulai memakan makanan masing-masing. Mereka makan dalam keheningan. Hanya ada suara sendok makan yang saling bersahutan.
Setelah selesai makan, Frizka memutuskan untuk pamit pada kedua orang tuanya.

“Frizka berangkat dulu ya Bu, Ayah.” Ucap Frizka sambil menghampiri kedua orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka.

“Iya. Hati-hati, ya.” Ucap Georgie pada Frizka.

“Kevin, jangan ngebut ya bawa mobilnya! Bahaya loh!” jelas Rani pada Kevin yang sedang mengambil kunci mobil di laci ruang tamu.

“Iya, Bu. Kevin paham, kok.” Jawab Kevin sambil tersenyum.
Kevin menghampiri kedua orang tuanya dan berpamitan untuk kuliah. Tak lupa, ia segera mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

“Kita berangkat dulu, ya. Dadah!” pamit Frizka sambil melambaikan tangannya.

“Assalamu’alaikum!” ucap Kevin dan Frizka berbarengan.

“Wa’alaikumussalam!” jawab Georgie dan Rani berbarengan pula.


***

HALLO semua Readers didunia💖

Gimana nih menurut kalian part 1 nya?Senang atau gak senang,Jangan lupa kalian vote ya!
Ikuti terus ya Update dari Author,jangan lupa Komen sebanyak banyaknya,share ke temen temenmu, dan jangan lupa ikutin akun WP Author:)
Kalo ada Typo komen ya"(

Jangan lupa follow IG Author😅
@xsptya._

Thank You Readers❤

REYKA✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang