•27-Kenyataan yang pahit•

223 161 23
                                    

"Terkadang diam lebih bijak dalam menyikapi keadaan daripada bersikeras memaksa orang lain untuk sekedar memahami."

~Enninasya~

Quotes untuk hari ini 🤗

Sebelum kalian baca cerita ku, Alangkah baik nya tekan tanda 🌟 dulu. 1 vote dari kalian sangat berharga bagi Author🙏

Thank You yg udah vote😚Bacanya pelan-pelan yah guys😍 nikmati momen yang ada wkwk.

Happy Reading❤

***

Pesta ulang tahun dilaksanakan. Hanya pesta barbeku kecil yang dihadiri sahabat-sahabat dan kedua orang tua Frizka maupun Reynald. Tidak juga menyewa tempat. Pesta ini dilakukan di halaman rumah Frizka.

Tempat ini sedikit disulap menjadi lebih indah dari biasanya. Lampu gantung dengan warna remang-remang menambah kehangatan suasana. Tak lupa juga peralatan barbeku yang sudah disiapkan dengan minuman pelengkap. Itu semua tertata rapi di meja berbahan kayu yang dikelilingi oleh kursi minimalis.

Berbeda dengan para anak muda yang menikmati waktu bersama di halaman, para orang tua memilih duduk bersama di ruang tamu sembari membahas anak mereka.

“Reynald gak pernah bawa teman cewek ke rumah. Tapi saya dan suami belakangan ini sering denger cerita tentang Frizka dari Reynald.” Ucap Lani dengan senyuman.

Rani terkekeh. “Reynald juga pernah main ke sini. Baik ya anaknya. Sopan juga.” Pujinya pada ibu dari kekasih anaknya itu.

Lani dan Rani yang baru pertama kali bertemu, terlihat seperti kawan lama yang sangat akrab. Mereka membicarakan cukup banyak hal mulai dari tentang keluarga masing-masing, anak-anak mereka dan sesepele kehidupan sehari-hari.

Itu berlainan dengan para suami. Georigie dan Felixian sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga akhirnya Georgie berdiri dan memberi Rani perintah untuk mengikutinya ke dapur.

“Maaf saya tinggal dulu, Pak, Bu.” Pamit Rani yang diangguki Felixian dan sang istri.

Lani yang baru ditinggalkan oleh lawan bicaranya, menatap sang suami cukup tajam. “Papa kenapa, sih? Kenapa gak ngomong dari tadi?” tanyanya bingung. “Kalau Rey lihat kelakuan Papa, dia pasti kecewa.” Sambungnya dengan omelan pada Felixian yang dengan santai menikmati kopinya.

“Pah!” Lani sedikit berteriak. “Kalau Papa diam saja, keadaan jadi canggung, Pa.” Lani kembali mengomel. Kali ini lebih serius. “Coba Papa bicara kaya Mama. Ngobrol sama ayahnya Frizka kan bisa. Sedikitnya, kita juga ada hutang budi, Pa. Reynald berhasil selamat juga karena Frizka mengorbankan dirinya untuk Rey.”

Felixian mengangguk. “Iya. Mama juga keasyikan ngobrol sampe gak sadar kalau ada sesuatu yang mereka tutupi, kan?” tanyanya membuat Lani bingung. Ia kemudian menjelaskan maksudnya.

Di waktu yang bersamaan di dapur, Rani yang baru saja menyusul Georgie, melihat suaminya itu menatap taman belakang dari jendela dapur. “Ayah ini kenapa?” tanya Rani. “Tiba-tiba pergi di depan tamu itu gak baik, Yah.”

Georgie berbalik. Ia menatap sang istri. “Ibu lupa tentang Frizka?” tanyanya yang mengabaikan pertanyaan Rani. “Frizka gak bisa hamil, Bu. Apa bisa keluarga mereka menerima Frizka dengan keadaannya yang seperti itu?”

REYKA✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang