Happy Reading.
Direvisi : 18-10-2021
💢💢💢
Di jam terakhir di kelas Vanila, sekarang tengah free class. Karena sekarang semua guru sedang rapat, entahlah rapat tentang apa, mereka tidak memperdulikan itu semua.Keadaan kelas IPA I jangan di tanya lagi sudah seperti pasar, di dalam kelas juga ada yang main catur, main game dan lainnya.
Vanila menelusupkan kepalanya di lipatan tangannya.
Sebenarnya ia ingin makan bersama ketiga sahabatnya dan juga ketiga sahabat Atalla. Akan tetapi Atalla malah memilih meja makan yang lainnya, katanya dia ingin berdua saja tanpa di ganggu sama siapapun, Vanila? Hanya mengikuti apa kata Atalla.
Dan sekarang juga Vanila ingin bercengkerama, bercanda gurau bersama ketiga sahabatnya, tetapi Vanila menangkap raut ketiganya seperti aneh, dan ia juga heran tidak biasanya ketiganya diam dan masing masing seperti saat ini.
"Eh kalian, kenapa diam aja. tumben?" Vanila menginterupsi, melihat ketiga sahabatnya secara bergantian.
"Oh, hmmz... gak kenapa-napa ko Van," kikuk Fika, seraya menggaruk pelipis yang tidak gatal.
"Masa sih? Tapi kok aku ngeliat kalian berbeda? Kayak gak biasa suasana seperti ini, ada apa?" heran Vanila.
"Eng-- enggak kok, perasaan lo aja kali Van," gugup Mila.
Vanila hanya mengangguk saja walaupun masih ragu.
"Oh iya, kalian kok gak pernah jenguk aku sih pas aku di rumah sakit, aku selalu nungguin kalian buat dateng. Apakah kalian marah sama aku ya? Atau aku berbuat salah sama kalian ... kalo iya aku minta maaf tapi ... jangan jauhin aku," lirih Vanila dengan air mata mengalir dari matanya membasahi pipi tembemnya.
Ketiganya membatu, ada rasa sesak di hatinya. ada rasa bersalah pada Vanila. Padahal ini semua bukan salah Vanila, gadis polos ini tidak tahu apa-apa, tentang kakaknya Vanila yaitu Vano, melarang untuk bertemu dengan Vanila hanya karena tidak menjalani perintah Vano untuk menjaga Vanila.
Apa segitunya Vano tak membiarkan Vanila dengan seorang laki - laki, sehingga selalu memperingati Vanila saja. Seharusnya Vano lebih berpikir dewasa gak semua laki - laki itu sama brengsek, seharusnya Vano sebagai laki - laki mewakilinya dan merasakan di posisi itu.
Atalla menjabat sebagai pacarnya Vanila adalah lelaki yang bukan salah satu Vano pikirkan. brengsek! Dan mau memanfaatkan saja.
Seharusnya Vano bersyukur kalo adiknya mendapatkan Atalla. Apakah Vano tidak memikirkan sejauh itu?
Ketiganya Melihat Vanila menagis tak tega. "Eh, van ... jangan nangis lo gak salah apa-apa kok," jawab Viola, sambil mengusap bahu Vanila yang bergetar.
"Tapi kenapa kalian jauhin aku hiks," air mata Vanila langsung deras.
"Adu Van... jangan nangis dong," Mila membujuk Vanila supaya berhenti menangis. "Lo gak malu apa diliatin sama semua orang ada di sana? nanti mereka nyangkanya kita ngapa-ngapain lo," Vanila tetap saja menangis.
"Iya Van ... udah ya nangisnya?" ucap Fika menenangkan Vanila.
"Gimana aku hiks... hiks aku... gak nangis ... kalian ngejahuin aku," paraunya.
Ketiganya membisu lidahnya kelu saat ingin mengucapkan kata-kata.
"Kan kalian ngajauhin aku..."
"Kita sebenarnya gak mau ngejahuin lo kalo bakan karna bang Vano,"
"Bang Vano!" kaget Vanila.
Viola sepontan menutup mulutnya, karna keceplosan. Sedangkan Keduanya mendelik mengarah ke Viola.
![](https://img.wattpad.com/cover/235475685-288-k397154.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boyfriend (✔)
Teen FictionVanila Kusuma Barta namanya, gadis manja, cengeng, polos, lugu, dan segala kekurangan melekat di dirinya Atalla Richard Megantara ia adalah lelaki perawakan tinggi, tubuh atletis,wajah yang tampan dan mampu memikat semua kaum hawa di sekolahnya ma...