03

1.9K 92 0
                                    

Happy Reading.

Direvisi : 06-10-2021


💢💢💢


Matahari mulai sedikit terlihat, burung-burung tengah berkicau di atas langit. Gorden yang tadinya tertutup kini sudah terbuka, didalam kamar terdapat seorang gadis cantik nan manis dengan seragam tas, sepatu serta semuanya yang ia kenakan sudah rapi. gadis itu adalah Vanila.

Vanila keluar dari kamarnya lalu kakinya  berjalan menuruni anak tangga satu-persatu menuju ruang makan. Di sana Terdapat Mama dan Kakaknya.

"Pagi mama, abang!"kata vanila.

"Pagi! " jawab mereka.

Kemudian Vanila mengecup pipi mama dan kakaknya yang sudah duduk di meja makan, setelah mengecup pipi Mama dan Kakanya lalu vanila duduk disamping kakaknya.

"Tumben lo dek, bangun pagi? malah kepagian," ledek vano

Vanila menatap kakaknya sinis "terserah aku dong! lagian abang mah. bangun pagi salah kesiangan juga salah, aku tuh selalu salah," sebal Vanila.

"Udah dong, kalian jangan ribut. ayo makan," sela Nanda, yang melihat  kedua anaknya bertengkar.

"Abangnya tuh mah, yang duluan," adu Vanila, seraya melirik kakaknya sinis.

"Aduan," ledek Vano lagi.
kakaknya memang sengaja memancing adik kecilnya agar marah.

Vano membuat adiknya kesal, marah, adalah sesuatu kesenangan untuknya. Vanila yang tengah marah bukannya terlihat garang atau galak dan semacamnya, tapi Vanila malah terlihat menggemaskan. Kapan lagi menjahili adiknya coba, pikir vano.

"Kalian makan, kalo tidak mama potong uangnya?"

Vano menatap mamanya,  "potonglah uang Vani, Mah. Biar nanti di kantin kayak gelandangan," sahutnya sembari tertawa.

"Siapa yang bilang cuma Vani? kalian berdualah yang akan mama potong uang jajannya."

"Akukan udah kerja?" Bangganya.

"Mama bisa blokirnya."

Ucapan mamanya, membuat Vano kicep.

Vano mengalah hanya diam saja.

Setelah itu, Ketiganya yang ada di meja makan mulai memakan makanannya, hening. hanya piring diatas garpu dan sendok saja yang saling bertubrukkan.

"Bang, anterin adek ya ...,"ucap Vanila. usai makanannya, seraya menampilkan jurus andalannya, puppy eyes.

"Dih, gak. berangkat aja sendiri sana," canda Vano, seraya mengulum bibirnya, menahan tawanya.

"Ya... abang mah, kok gitu sih," ujar Vanila melas, sambil mengerucut bibirnya.

Vano kakaknya Vanila, melihat adiknya seperti itu, tak bisa menahan tawa akhirnya tawanya pecah. Vanila malah cemberut mendengar tawa kakaknya.

Tawa Vano sudah mereda. "Iya, adek ku sayang. abang tadi cuma becanda," kata Vano sambil tangannya mencubit hidung yang mancung adiknya dengan gemas.

"Ih, abang mah sakit tau. dan becandanya gak lucu," ucap Vanila kesal, seraya menepis tangan kakaknya yang berada di hidungnya. Jari-jarinya mengusap hidungnya yang sudah memerah karena ulah kakaknya, masih sama dengan bibirnya yang mengerucut malah tambah beberapa senti.

"Udah Bang, jangan di jahili Vanila mulu kasian, lebih baik Bang Vano anterin Vanila ke sekolah, nanti kalo ribut mulu akan terlambat ke sekolah," ujar nanda lembut, seraya menggelengkan kepalanya melihat kedua anaknya yang selalu tidak akur.

My Perfect Boyfriend (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang