36

717 36 0
                                    

Happy Reading.


Direvisi : 14-10-2021   

💢💢💢


Sudah dua minggu ia tidak bersekolah, sebenarnya satu minggu saja di rumah sakit juga tidak apa. tapi yang namanya Vano dia tak suka di bantah dan juga salah satu sifat Vanila yang tidak di sukai adalah keras kepala kakaknya.

Mau tak mau Vanila menyetujui perkataan kakaknya ini, dan besok adalah hari yang di tunggu-tunggu olehnya yaitu sekolah.

Ia sangat rindu sekali dengan para sahabatnya. karena dua minggu ini sahabatnya tidak menengok keadaannya saat dirumah sakit, hanya lewat chat bahwa ia akan ke sekolah besok. Ia akan bertanya kenapa ketiga sahabat dan teman-temannya Atalla tidak menjenguknya.

Ngomong-ngomong soal Atalla sebenarnya ia sangat teramat rindu tapi rasa kecewa dan sakit hatinya, ia masih belum bisa memaafkannya. 

"Dek kamu belum tidur?" tanya Vano, yang ada di samping Vania.

"Belum ngantuk bang," jawabnya, menatap lurus ke arah rumah seberang sana.

"Ya kalo gak ngantuk juga jangan di sini Van? angin malam gak baik buat kesehatan kamu. Apalagi kamu baru saja sembuh masa nanti sakit lagi? bang Vano gak ngijinin kamu, ya. nanti besok sekolah, kalo masih di balkon," ancam Vano. Memang posisi mereka ada di balkon.

"Ih bang Vano kok gitu? ya udah aku masuk. pokoknya ntar besok aku harus sekolah titik," balas Vanila, sambil memanyunkan bibirnya beberapa senti.

"Gak mau pake koma juga dek?"

"Gak perlu, kalo udah ada titik mah." Vano mengacak rambut Vanila gemas.

"Bang Vano!" pekiknya, Vano tertawa lepas saat itu juga, ia rindu dengan moment ini, membuat adiknya kesal.

"Aish ... berantakan kan? Ini semua gara-gara bang Vano," rengek Vanila.

Vano jadi tersenyum geli melihat tingkah laku adiknya, "ya tinggal di rapihin lah dek ribet lo," tukas Vano tanpa rasa bersalah.

"Aku marah ya? Sama bang Vano," kesal Vanila.

"Ya ... marah? ... padahal nanti abang mau beliin es krim buat kamu? tapi Vaninya marah ya udah deh gak jadi," ucap Vano, menahan tawanya, ia tahu kelemahan Vanila ada di es krim, jika sudah menyebutkan es krim Vanila tak bisa marah dengannya lama-lama.

"Ish, bang Vano kok gitu? Vanila gak marah kok nih liat," Vanila memamerkan gigi putihnya lalu menerjajabkan matanya beberapa kali.

Vano tertawa lagi karena sikap adiknya.

"Udahlah dek jelek kamu kalo kayak gitu."

Vanila harus menahan rasa kesalnya pada kakaknya ini, supaya kakaknya membelikan es krim untuknya.

"Terserah kakak aja, sekarang aku ngantuk mau bobo. Bang Vano hush-hush sana keluar."

"Ya udah bang Vano keluar dulu," jawabnya setelah itu Vano langsung keluar dari kamar Vanila.


****


Keesokan paginya Vanila sudah berada di sekolah dengan wajah cerianya, di sampingnya juga ada Vano.

Sebagian dari murid sekolah ini menatap ke arah keduanya, memang pesona kakaknya Vanila ini tak dapat di ragukan, hanya melihat dua kali sudah di kagumi kaum hawa yang ada di sekolah Vanila.

"Bang Vano aku masuk dulu ya?" Pamitnya.

"Iya udah, kamu disana jangan nakal jangan deket-deket Atalla dan ataupun lelaki lainnya, bukan apa-apa bang Vano takut terjadi apa-apa sama kamu," ucapnya jadi datar.

My Perfect Boyfriend (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang