15

961 49 0
                                    

Happy Reading.

Direvisi : 10-10-2021

💢💢💢


Malam ini Vanila sangat bahagia sekali karena tadi siang ia quality time bersama teman-temannya. "Kamu serius banget dek? liat bintangnya," ucap Vano, sudah berada di samping adiknya.

Lamunan Vanila buyar ketika mendengar suara Vano, lalu Vanila menoleh ke samping. "bang Vano. ngagetin Vani aja!" Vano terkekeh pelan karena membuat sang adik kesal.

"Lagian kamu, udah malem gini  masih di luar? gak baik tau," ucap Vano, yang masih berdiri di samping adiknya.

Bibir mungil Vanila berdecak. "Apa sih, aku ada di balkon loh, bukan diluar beneran?" balas Vanila kesal, lalu Vanila mengerucut bibirnya.

"Sama aja, sama - sama luar dek,"ujar Vano, seraya tangannya mengacak pucuk rambut adiknya.

Vanila mencabik bibirnya kesal

"Terserah bang Vano aja," balas Vanila, "oh yah bang, tumben ke sini ya? Vani tau sih kalo bang Vano kesini pasti ada apa-apanya," matanya menyipit ke arah kakaknya.

Vano bergeming.

Vani berdecak, "bang. kok diem aja? jawab dong," ucap Vanila lagi, Vanila kesel sama kakaknya yang masih diam saja.

Vano berdehem kerongkongannya tiba-tiba kering, ia bingung ingin bicara dari mana dulu pada adiknya.

"Kenapa sih bang?"tanya Vanila penasaran, karena kakaknya tak kunjung bicara sedari tadi.

"Dek, abang mau ngomong." ucap Vano, yang tadi sempat terbungkam kini telah bersuara.

"Iya bang, ngomong aja kenapa sih!" seru Vanila, Vanila menunggu kakaknya berbicara dan sepertinya kakaknya ingin bicara hal penting, pikir Vanila.

Vano memejamkan matanya lalu tak lama ia membuka matanya dan menghela nafas pelan. "Dek, abang mau kembali lagi ke new york Perusahaan di sana ada masalah... jadi abang harus ke sana dan sebenernya abang di sini karena minta ijin ke opa dan opa terus oma-Opa mengizinkan abang tapi gak lama-lama," ucap Vano lembut. Tangan kanannya memegang pembatas balkon yang berada di kamar Vanila badannya menghadap pada Vanila.

Vanila hanya diam matanya berkaca-kaca, ia tak tahu harus bagaimana. sebenarnya Vanila ingin kakaknya selalu di sini, tapi ia pun tak boleh egois.

Sedangkan sisi dari Vano, Lelaki itu juga tak tega meninggalkan adiknya dan mamanya disini, ia ingin lebih lama tinggal disini, tapi di sana dirinya di butuhkan, ia juga takut Vanila tak ada yang mengawasi, ia sangat menyangi adiknya. ia tak peduli dengan ucapan orang lain bahwa dirinya over protektif asalkan adiknya terlindungi, selama ada dirinya Vanila sang adiknya tak akan ada orang yang menyakitinya.

Vano mempunyai dua nenek dan dua kaleknya, mommynya- daddy di New york itu pihak dari suami Nanda.

Sedangkan di badung ibunya Nanda dan ayahnya Nanda.

"Dek," ucapnya lagi, tanya keduanya menangkup pipi Vanila, "abang harus ke sana secepatnya, kata opa disana ada masalah. gak papa ya? abang ke sana,"ucapnya lagi lembut, tangan keduanya tetap sama sedang menangkup wajah adiknya, kedua jempol bergerak menghapus lelehan air mata adiknya yang terjatuh.

Vanila menghadap pada kakaknya "Kapan?" tanya Vanila, menatap manik mata kakaknya.

Vano menunduk kepalanya "Besok," jawabnya singkat, Vanila menangis Vano langsung memeluk adiknya.

"Jangan nangis terus, nanti wajah kamu jadi jelek," bisik kakaknya, kakaknya ingin mencairkan suasana yang sempat melow.

Vanila langsung melepaskan pelukannya dengan kakaknya lalu mencubit pinggang sang kakaknya dengan keras.

My Perfect Boyfriend (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang