07

1.2K 63 3
                                    

Happy Reading.

Direvisi : 07-10-2021

💢💢💢


Lelaki itu menikmati malamnya di balkon kamarnya, ia duduk di atas ayunanan itu, dan ia memangku gitarnya, Jari besar itu memetik senar pada gitarnya sehingga menciptakan alunan yang begitu indah. ia mengingat pada sosok gadis tadi ia tolong di sekolahnya, dia yang polos, lugu, apalagi pipinya chubby yang merona itu, terlihat menggemaskan.

bibir lelaki itu membentuk lengkungan sedikit di sudut bibirnya, ia tersenyum tipis membuat kadar tampannya bertambah.

Ia merasakan asing masuk kedalam hatinya, jantungnya yang begitu berdegup kencang jika berurusan dengan gadis itu, tapi itu membuatnya senang.

Tak lama Atalla bangkit dari dudukknya menaruh gitarnya disudut balkon.
lalu tubuh ia berbalik lagi menatap ke depan, di mana disana ada seorang gadis tengah terpejam menikmati indahnya malam.

'Cantik,' batin Atalla, ia tersenyum tipis. Atalla menengok dan membalikkan badanya ketika mendengar suara wanita paruh baya yang tengah memanggilnya.
Kemudian Atalla menghampiri wanita paruh baya itu dan berhadapan dengannya.

"Apa mah?"

"Mama manggil kamu untuk makan malam bersama-sama, ada papa kamu juga yang sudah di meja makan," ujar Gracia mama Atalla.

"Iya Ma," jawab Atalla datar, tak lama Atalla dan mamanya bergegas menuju ruang meja makan.

Disisi lain. Vanila berdiri seraya kedua tangannya berpegang di pembatasan balkon. Mata Vanila terpejam rapat tengah menikmati angin malam yang menerpa di wajahnya.

Sedangkan Vano sang kakaknya Vanila memanggil sang adik yang tidak meresponsnya, lalu membuka knop pintu kamar adaiknya, di sana terlihat jelas adiknya berada di balkon tersebut.

Tak lama ia menghampiri nya. ternyata adiknya tengah menikmati angin malam dengan mata yang terpejam, tangan Vano langsung meraup wajah sang adiknya.

Vanila terkejut ketika ada yang meraup wajahnya, ia langsung membuka matanya, lalu melirik ke samping sebentar kemudian tubuhnya tegak kembali ke depan. ternyata itu ulahnya adalah sang kakak, mulut mungil Vanila berdecak kesal, "Bang Vano gak ada kerjaan apa? ngagetin Vani aja," ucap Vanila kesal.

Vano tertawa pelan. "Makanya. kalo di panggil Abang tuh langsung nyahut, lagian kenapa ada di balkon Van. gak baik angin malem ntarnya sakit,"ujar Vano. tangannya seraya mengacak rambut adiknya gemas.

Vanila menepis tangannya kakaknya di atas rambutnya, "bisa gak? Gak usah ngacak-ngacak rambut? berantakan tau." bibir mungil Vanila berdecak.

Vanila menoleh ke arah kakaknya. "Mau apa Bang Vano panggil Vani?" lanjut Vanila.

"Kamu Di Suruh mama makan malam," jawab Vano.    "Ayo," lanjutnya, tangan vanila di tarik oleh Vano, membuat Vanila meringis, lulut nya masih terasa sakit, Vano mendengar ringisan sang adik ia langsung berbalik.

"Kenapa, dek?" tanya Vano, menatap vanila dengan wajah kekawatiran.

Vanila terdiam dan mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit di lututnya, matanya mulai berkaca-kaca, itu membuat Vano semakin khawatir.

"Kenapa dek," tanya lagi Vano lembut, tangannya mengusap surai rambut panjang Vanila dengan sayang.

"Sa-kit bang, lutut Vani." adu Vanila, air matanya mulai mengalir deras di pipi tembemnya. Vano melihat vanila kesakitan langsung mengendongnya masuk ke dalam kamar adiknya dan mendudukan Vanila di bibir ranjang milik adiknya itu penuh ke hatian. kemudian Vano menaikan celana tidur Vanila sampai lutut.

My Perfect Boyfriend (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang