🌷01

168 18 8
                                    


• Revival •

•••

“Mumu!!” panggil gadis kecil dengan rambut dua kuncir kuda yang terlihat berantakan.

Gadis kecil itu berlari ke arah sang ibu yang sedang sibuk memasak di dapur—memunggungi ruang makan, namun setelah mendengar pekikan putrinya ia membalikkan tubuh seketika.

“Ada apa, Kak? Kok lari-lari?” Tanya sang ibu, menengok pada putri kecilnya yang kini tengah menubruk dan memeluk sebelah kakinya, Ayeong tertawa melihatnya.

“Kak Iseul? Ya ampun, Pupu belum selesai ikat rambutmu!?” ucap Byounggon setengah berteriak, yang sekarang sudah berdiri di dekat keduanya.

Ayeong yang melihat ekspresi suaminya menjadi semakin tertawa, kemudian menunduk kembali pada Iseul yang masih memeluk sebelah kakinya dengan erat. Tangannya mencoba melepas dekapan sang putri dan berjongkok, menyamai tinggi si kecil.

“Kak Iseul, kenapa Pupu malah di tinggal? Kata Pupu kan ngikat rambutnya belum selesai, makanya rambut Kakak masih berantakan ini,” jelas Ayeong, tangannya terangkat pelan ke udara, menepuk pelan puncak kepala Iseul dengan wajah yang masih menampakkan bibirnya yang mencebik.

Iseul menggeleng keras, tatanan rambutnya yang berantakan berubah semakin berantakan dan berakhir sebelah ikatan rambutnya terlepas. Melihat ikat rambut yang jatuh begitu dramatis ke lantai dapur, membuat Byounggon sontak langsung merosot ke lantai dan mendekat, mengambil ikat rambut yang dengan susah payah di pasangnya beberapa menit sebelumnya.

“Nggak mau! Kak Iseul mau sama Mumu. Ikatan Pupu jelek! Kak Iseul nggak suka.”

“Eh? Kak Iseul? Pupu kan sudah usaha buat rapi-rapi ngiketnya,” protes Byounggon.

Wajah Iseul semakin memberengut, sementara Byounggon terlihat begitu nelangsa mendapati tatapan tajam dan dengusan putrinya. Membuat Ayeong mau tidak mau harus menengahi, sambil tertawa tentu saja.

“Sayang, dengerin Mumu,” Ayeong memulai interupsinya dan mengalihkan perhatian Iseul kembali padanya, “ikat rambutnya sama Pupu dulu, ya? Adek Insu kan lagi sakit, jadi Mumu sama Pupu harus bagi tugas untuk ngurus Kakak sama Adek. Kak Iseul mau, kan? Mumu masih masak untuk sarapan Kak Iseul sama Pupu, masak bubur juga buat Adek Insu. Jadi pagi ini Kak Iseul sama Pupu dulu, ya?”

“Nggak mau!? Pupu ngiketnya nggak pernah bener, Kak Iseul nggak suka!” tolak Iseul lebih keras.

“Kak, Pupu janji deh, Pupu ikat rambutnya lebih rapi lagi. Biar Mumu masak dulu, ya? Oke, Kak? Nanti sore kita beli es krim deh. Gimana?” tawar Byounggon.

Iseul lebih memilih menatap kembali mumunya setelah melirik sebal pada pupunya, Iseul menatap dengan wajah sendu dan bibir yang masih setia mencebik ke bawah, di tambah genangan air mata yang tertahan di pelupuk matanya, “tapi, Kak Iseul maunya sama Mumu,” katanya lirih, tangannya meremat lengan baju mumunya pelan.

Ayeong menoleh sebentar pada Byounggon yang masih terus menunggu respon putri mereka, ketika mencium bau masakannya yang sudah tercium wangi, tangannya dengan cekatan mematikan kompor yang berada dekat dengan kepala tanpa merubah posisinya yang berjongkok di hadapan Iseul. Baru setelahnya, ia benar-benar terfokus penuh pada Iseul.

Tangan kanan Ayeong merapikan dengan lembut rambut Iseul, menyelipkan beberapa helai rambut yang terjuntai bebas ke belakang telinga, “sayang, Kak Iseul sudah besar, kan? Mau bantu Mumu?”

Iseul mengangguk singkat.

“Sama Pupu sebentar, terus nanti kembali lagi kesini. Mumu siapin sarapan, terus Kakak bisa tidur lagi di kamar. Kak Iseul, anak pintarnya Mumu sama Pupu, sayang juga sama Pupu, kan?”

Lagi, Iseul mengangguk, namun dengan sangat pelan.

“Pupu juga sudah usaha buat Kak Iseul cantik dengan ikatan rambut. Padahal Mumu liat, ikatannya Pupu nggak jauh beda kok sama ikatan rambutnya Mumu. Hari ini libur, rambutnya Kak Iseul nggak apa-apa sedikit nggak rapi, kan Kak Iseul di rumah aja hari ini.”

Kini, mata Iseul yang menatap ke bawah beralih menatap lucu pada Ayeong. Matanya menangkap senyum menenangkan mumunya yang selalu ia suka.

“Dan Kak Iseul, harus nurut juga sama Pupu. Nggak boleh terus-menerus mau nurut sama Pupu kalau Pupu kasih hadiah. Itu namanya pamrih, sayang. Kak Iseul harus nurut sama Pupu juga walaupun Pupu nggak ngasih sesuatu. Oke?”

Pandangan mata Iseul melunak, lalu perlahan menoleh pada pupunya yang berjongkok di samping dirinya. Senyuman lebar pupunya dengan kedua lesung pipi yang dalam akhirnya meluluhkan hati anak perempuan berusia 5 tahun itu. Dan secara spontan, meloncat pada pupunya sambil merentangkan kedua tangan dan berakhir memeluk erat leher pupunya.

“Maafin Kak Iseul, Pupu. Kak Iseul janji, bakal nurut sama Pupu kalaupun Pupu nggak usah janjiin Kak Iseul apa-apa. Kak Iseul bakal tetap nurut sama Pupu. Maaf ya, Pupu,” sesal Iseul, membisikkan perkataan panjangnya tepat di telinga kanan Byounggon sambil memeluk dengan erat.

Byounggon tertawa, mengusap lembut punggung putrinya, “iya, sayang. Jadi, Kak Iseul mau kan rambutnya Pupu yang ikatin?”

Iseul mengangguk dalam pelukannya.
Tanpa melepaskan pelukan sang putri, Byounggon berdiri membawa serta putrinya dalam gendongan, membiarkan Iseul melesakkan kepalanya di bahu lebar miliknya.

Ayeong otomatis berdiri, ikut mengusap punggung Iseul yang tidak berbalik lagi padanya.

“Aku ke kamar dulu,” kata Byounggon, mengucap tanpa suara yang di angguki Ayeong.

“Es krimnya jadi nggak nanti sore?”

“Nggak jadi, Kak Iseul kan mau nurut sama Pupu tanpa hadiah.”

“Loh, padahal Pupu memang mau beliin buat Kak Iseul loh.”

“Jangan, kasian Adek Insu. Nanti Adek Insu mau es krimnya. Kan Adek Insu lagi sakit.”

“Oke, baiklah putrinya Pupu yang paling cantik.”

Ayeong tersenyum melihat keduanya yang sudah pergi menjauh dan mulai hilang di belokan menuju kamar mereka. Dan ia kembali lagi pada kesibukannya yang sempat tertunda.

-----------💐

-----------💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? 😂

Jadi tulisannya bakal singkat-singkat seperti ini aja 😂

Lanjut atau berhenti? 😂

Thanks for reading this book 🙆

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang