🌻 26

43 6 2
                                    


• Revival •

•••

Mulanya Haneul tidak bisa membiarkan suami dan putrinya pergi berbelanja barang kebutuhan rumah hanya berdua. Itu mulanya, namun dengan segala bujuk rayu sejuta jurus milik Seunghun sejak kemarin, pada akhirnya Haneul luluh juga.

Haneul tentu saja masih berpikir itu adalah keputusan yang sulit untuk dilakukan suami dan putrinya tanpa ada dirinya, mengingat ini bukanlah berbelanja barang sesuka hati mereka melainkan berbelanja untuk kebutuhan bulanan keluarga mereka.

Bukan Haneul tidak ingin ikut, tidak, bahkan ia yang biasanya selalu pergi berbelanja kebutuhan rumah ketika suaminya tidak bisa menemani. Tapi hari ini Seunghun sedang mendapat libur dan suaminya itu tidak bisa bersabar menunggu hari minggu untuk berbelanja, padahal hari minggu nanti suaminya itu juga mendapat libur dari rumah sakit.

Desahan napas disertai rasa khawatir tidak bisa ditampik oleh istri Seunghun bahkan sampai di depan pintu rumah mereka ketika wanita itu hendak pergi bekerja pagi ini.

“Sayang, aku khawatir. Kamu nggak usah belanja bulanan, ya. Kamu belanja yang kamu mau aja, yang Micha mau aja. Nggak usah belanja bulanan. Banyak barangnya, sayang. Nggak cuman sekedar mie instan, tapi ini kebutuhan sebulan. Ya?”

Seunghun justru tertawa lebar bersama Micha yang berada di gendongannya. Tawanya benar-benar lebar, terus mengharap kepercayaan istrinya di ujung kesempatan sebelum istrinya itu benar-benar pergi bekerja.

“Nggak apa-apa. Kami bakal seneng-seneng, nggak repot. Ya? Kamu percaya, ya?”

Lagi-lagi Haneul menghela napas. Ia tau suaminya itu keras kepala dan akan terus memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya, termasuk kali ini.

“Aku bakal terus laporan sama kamu, sayang. Micha nggak kenapa-napa, pasti. Anak kita ini paling cantik, paling pinter. Micha pasti nurut, nggak bakal rewel. Ya, kan, Nak?” Seunghun menutupnya dengan sengaja bertanya pada putrinya yang sibuk memainkan tali bajunya sendiri, lalu mencium pipi gembil itu tanpa peduli bahwa putrinya tidak memahami apa yang ia katakan.

“Hm, yaudah. Aku tau kalo kamu nggak bakal dengerin aku. Aku cuman takut kalo kamu repot, Kak. Makanya.”

Nah, istrinya sudah memanggilnya dengan 'Kak', pasti wanitanya itu benar-benar sudah merasa berbeda untuk apa yang akan ia lakukan bersama putri cantiknya.

Jadilah Seunghun melepas sebelah tangannya, membiarkan Micha hanya ditahan oleh satu tangannya sementara satu tangannya yang terlepas ia arahkan pada puncak kepala Haneul. Tangannya ia tepuk pelan beberapa kali disana kemudian mengusapnya lembut, memberikan ketenangan atas ucapannya yang bisa Haneul pegang.

“Nggak, sayang. Aku nggak repot. Ini juga sebenarnya buat ngebiasain aku karena aku nggak bisa terus-terusan bikin kamu yang selalu repot. Aku juga pengen jadi bapak-bapak yang bisa handle anaknya walaupun tanpa ibunya. Kamu bahkan bisa buat kerjain banyak hal sambil jagain Micha. Jadi aku juga harus bisa gitu. Maaf juga, seharusnya kita bisa belanja bertiga bulan ini karena beberapa bulan belakangan kamu perginya cuman berdua sama Micha. Tapi, kali ini aku yang jalanin tugas kamu. Oke?”

Dan setelah mendengar itu, akhirnya Haneul harus merelakan rasa khawatirnya di atas ucapan yang suaminya katakan. Ia hanya perlu mempercayai itu mulai saat ini. Benar, bukan?

Ketika hari beranjak siang, barulah Seunghun dan Micha pergi ke supermarket yang biasa menjadi tempat mereka membeli segala kebutuhannya di rumah.

Micha tentu antusias. Batita itu tidak berhenti bertepuk tangan tanda gembira sambil terus menggerakkan kepalanya ke setiap arah yang membuatnya senang hari ini. Terutama pada candaan ayahnya yang terus membuatnya tertawa walau kedua tangan ayahnya itu masih fokus menjalankan setir.

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang