🌷🏵️ 28

38 7 0
                                    

• Revival •

•••

Hanjae terpaksa dititipkan pada keluarga Byounggon hari ini lantaran kedua orang tua anak itu yang mendadak harus bekerja, yang mau tidak mau membuat mereka terpaksa menitipkan putra mereka sementara waktu.

Sojin sebenarnya ingin menitipkan Hanjae pada Areum, namun ia langsung ingat ketika wanita itu mengatakan bahwa satu minggu ini ia akan sangat sibuk lantaran naskah yang perlu di edit sangat banyak sehingga membuatnya tidak bisa bermain dengan anak-anak.

Jadilah Sojin mencari solusi lain.
Ingin menitipkan pada Haneul, tidak mungkin. Wanita itu juga bekerja, bahkan Micha juga selalu dititipkan pada orang tua Haneul ketika ia bekerja.

Satu-satunya yang tersisa adalah Ayeong, istri Byounggon. Ayeong sebenarnya juga bekerja, hanya saja pekerjaannya selalu memungkinkannya sambil menjaga kedua putra-putrinya. Sehingga Ayeong menjadi pilihan Sojin untuk menitipkan Hanjae di hari ini.

Ia hanya harus bekerja setengah hari untuk mengisi salah satu penyiar radio yang tidak bisa hadir mengisi acara pagi ini. Sementara Hyunsuk sedang mengerjakan proyek aplikasi di salah satu pengembang permainan dan mengharuskan suaminya itu untuk datang ke kantor selama proyek tersebut berjalan.

“Maaf, Ayeong. Aku titip Hanjae setengah hari aja. Aku bakal pulang secepatnya setelah pekerjaannya selesai.”

Ayeong tersenyum, menyambut Hanjae yang berjalan menghampirinya, “iya, aku ngerti kok. Mau nitip seharian juga nggak masalah padahal. Hanjae bisa main sama Iseul-Insu.”

“Terima kasih banyak. Kalau gitu, aku pamit pergi,” kemudian Sojin mendekat dan berjongkok dihadapan Hanjae yang sudah berdiri di depan Ayeong, tangannya terulur mengusap puncak kepala dan pipi putranya, “Hanjae harus nurut sama Mumu, ya, sayang. Jadi anak yang pinter. Nggak boleh jailin Iseul sama Adek Insu, ya. Amma kerjanya sebentar aja.”

“Hm.”

“Kok cemberut, gitu? Nggak mau sayang Amma dulu?”

Meski wajahnya memang cemberut mendapati dirinya yang harus di tinggal pergi bekerja di hari minggu seperti ini, tetap saja Hanjae memajukan tubuh bagian atasnya dan mengecup beberapa bagian wajah Sojin yang sudah menjadi kebiasaannya.

Setelah Sojin pergi keluar dari toko bunga, Ayeong membawa Hanjae untuk masuk ke dalam dimana Iseul dan Insu tengah bermain. Kedua anaknya tertawa senang melihat kedatangan Hanjae, terutama Insu yang langsung menariknya untuk bermain bersama.

“Kakak, Adek, main sama Kak Hanjae, ya. Nggak boleh berantem atau berebut mainan, mainnya bareng. Kalau lapar, panggil Mumu. Mumu mau kerjain bunga pesanan sebentar di depan. Oke?”

Iseul dan Insu serentak mengangguk antusias sambil meneriakkan persetujuannya. Sementara Hanjae masih dengan wajah yang sedikit muram.

“Kak Hanjae, ayo semangat!” Ayeong mencoba merubah suasana hati anak laki-laki tersebut meski sepertinya sedikit mustahil untuk langsung berhasil. Hanya saja, setidaknya anak itu mau bermain dengan kedua putra-putrinya sambil menunggu orang tuanya pulang bekerja.

Karena pekerjaan sudah menunggu, Ayeong terpaksa meninggalkan ketiga anak tersebut untuk bermain sendiri. Jadilah ia segera bergegas, sehingga pekerjaannya bisa cepat selesai kemudian bisa menemani ketiga anak itu bermain.

Ayeong sudah mengerjakan buket terakhir ketika suara tangisan pecah dari dalam. Ia segera melepas pekerjaannya yang tersisa sedikit dan mendapati putrinya yang tengah menangis keras.

“Kak, kenapa?”

“Kak Hanjae—Kak Hanjae bilang nggak mau main. Katanya main cuman buat anak kecil. Jadi—jadi mainan Kakak di lempar sama Kak Hanjae. Kak Hanjae jahat!!”

Ayeong buru-buru menarik Iseul ke pelukannya, mencoba menenangkan putrinya yang masih terus menangis. Ia terkekeh halus sambil mengusap punggung Iseul, sementara ia melirik pada Insu yang terlihat terdiam kaku menatapi kakak perempuannya yang menangis dan Hanjae yang terlihat kusut namun kentara merasa bersalahnya.

Diam-diam putra dari pasangan Hyunsuk dan Sojin itu beranjak mendekat, membuat Ayeong semakin tersenyum lebar.

“Sudah, ya, Kak. Ini, Kak Hanjaenya mau minta maaf. Mau main lagi sama Kak Iseul. Iya, kan, Kak Hanjae?”

Hanjae mengangguk mengiyakan ucapan Ayeong. Cukup waktu yang lama agar Iseul bisa lebih tenang, lalu mulai melonggarkan pelukan pada Mumunya. Matanya masih berair dan wajah memerah, Ayeong tentu tersenyum melihat itu, ia juga menengok pada Insu yang mengambil duduk sambil mengerat bajunya sedari tadi. Juga memandangi Hanjae yang masih lurus menatap pada Iseul, menunggu Iseul untuk meresponnya.

“Kak Hanjae?”

Hanjae mengangkat wajah, “ya?”

“Kak Hanjae mau main lagi sama Kak Iseul? Atau ada yang mau Kak Hanjae lakuin?”

Anak laki-laki itu terlihat berpikir dan mengalihkan pandangan, kemudian berucap, “Hanjae mau gambar. Hanjae lagi nggak mau main. Mau gambar sama Iseul, sama Insu juga. Tapi Iseul dari tadi ngajak main terus, Hanjae sudah bosan main.”

“Kak Iseul, gimana?” Ayeong menangkup wajah putrinya dengan kedua tangan, menatap penuh wajah putrinya, “Kak Iseul mau ikut gambar bareng Kak Hanjae, nggak?”

Putrinya itu justru mencebikkan bibirnya. Ia tidak menjawab Ayeong, namun justru membalikkan tubuh sehingga kini ia duduk berhadapan dengan Hanjae yang sudah menunggunya.

“Kenapa Kak Hanjae nggak bilang kalau mau gambar? Kak Iseul kan jadi marah karena Kak Hanjae bilang nggak mau main, bilang main cuman buat anak kecil, terus buang mainan Kak Iseul. Kak Hanjae seharusnya bilang.”

Ayeong terkekeh mendengar ucapan putrinya yang di tutup dengan pipinya yang menggembung sengaja.

“Yaudah, Kak Iseul, Adek Insu, sama Kak Hanjae tunggu di sini sebentar. Biar Mumu siapin alat gambarnya, ya.”

Setelah memastikan ketiga anak itu tenang dan memulai kegiatan baru mereka, barulah Ayeong beranjak dari sana. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda sebelum pengantar barang datang menjemput buket-buket bunga yang di pesan.
Tangannya baru saja menata beberapa tangkai bunga saat bunyi lonceng pintu tokonya terdengar.

“Selamat datang—loh, Pupu?”

Byounggon yang datang tersenyum lebar sambil berjalan mendekat.

“Kok sudah pulang? Rapatnya nggak jadi, ya?”

Lelaki itu mengangguk sambil memperhatikan apa yang telah dikerjakan istrinya, “iya, tiba-tiba batal soalnya orang pentingnya nggak dateng-dateng. Nggak taunya malah ditunda padahal sudah nunggu dua jam. Yaudah, aku pulang aja.”

Ayeong mengangguk mendengarkan, “Pupu mau istirahat disini dulu? Habis buket ini selesai terus di jemput pengantar, aku bisa tutup tokonya terus kita pulang.”

“Iya, aku tunggu. Aku ke dalam dulu kalau gitu.”

“Oh iya, ada Hanjae di dalam. Tapi mereka lagi gambar, jadi kalau Pupu mau tidur nggak bakal keganggu.”

Byounggon mengangguk kecil dan tersenyum tipis, mengacak pelan rambut Ayeong lalu berjalan menuju ke dalam ruangan lain dimana anak-anak berada.
-----------💐

Halo, apa kabar? Sudah sangat lama 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, apa kabar? Sudah sangat lama 😂

Draft baru yang saya buat filenya rusak dan itu sakit sekali rasanya 😭💔

Terima kasih sudah membaca, sehat selalu 🙆

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang