🌻02

89 14 1
                                    

• Revival •

•••

Suara tepuk tangan yang cukup heboh terdengar seiring Seunghun yang berjalan semakin dekat kearah dapur. Senyumnya mengembang lebar, melihat pemandangan pagi yang begitu tentram setelah bangun dari tidur nyenyaknya.

Kakinya berjalan semakin mendekat dengan kedua tangan melesak ke dalam masing-masing saku piyamanya.

“Pagi, sayang,” sapa Seunghun, menundukkan wajahnya pada wajah putri cantiknya yang duduk di kursi bayi di depan meja bar yang membatasi antara dapur dan ruang makan.

“Paca!” pekik Micha, sedikit kegelian rupanya ketika sang ayah mendusel ke wajahnya yang gembil.

Haneul menengok pada suaminya yang sibuk menciumi seluruh area wajah anaknya, “pagi, Paca,” Haneul ikut menyapa.

Seunghun menghentikan kegiatannya, senyumnya masih tak hilang, tubuhnya ia tegakkan kembali sambil menyahut sapaan sang istri, “pagi, Maca.”

Seraya Seunghun menggeser kursi Micha ke arah meja makan dan mendudukkan diri di kursi meja makan, Haneul kembali pada makanan Micha yang sedang ia masak.

Panggilan putri mereka sebenarnya memang sedikit lucu. Paca dan Maca. Yang merupakan sebuah ketidaksengajaan bagi mereka berdua yang mulanya mengajarkan panggilan 'Papa dan Mama' lalu berakhir menjadi 'Paca dan Maca', dimana awal Micha mulai belajar bicara mereka menunjukkan diri mereka seperti 'ini papanya Micha' atau 'ini mamanya Micha' yang sepertinya ditanggapi oleh rangsangan Micha yang baru berumur setahun lebih saat itu dengan menyingkatnya menjadi satu, lalu berakhir memiliki panggilan yang menurut mereka justru terdengar sangat spesial.

Paca dan Maca.

“Anak Paca makin gembul, anak siapa, sih? Anak siapa? Aduh, lucu banget anak Paca.”

Terdengar kekehan geli putrinya di belakang sana dengan sahutan-sahutan lucu tak sampai khas batita. Haneul tertawa sambil mengaduk bubur buatannya.

Hanya butuh beberapa menit, bubur milik Micha sudah siap. Sedangkan makanan dirinya dan Seunghun sudah siap sedia sedari tadi di meja makan, sehingga ia hanya perlu menyajikan bubur milik Micha.

Haneul duduk di hadapan Seunghun, meletakkan semangkuk bubur yang masih panas milik Micha ke atas meja.

“Seneng banget ya, yang bisa istirahat penuh habis jaga dua hari,” goda Haneul pada Seunghun yang asyik bermain dengan putri mereka.

“Hehe, iya nih. Aku capek banget, untung dapat istirahat penuh. Yah, walaupun cuman satu hari.”

Haneul menyahut sambil mengaduk-aduk bubur Micha agar lebih cepat dingin dan bisa disuapkan pada putrinya, “bersyukur, sayang. Lagipula, jadwal kamu kan sudah mulai tersusun dengan baik. Ketimbang waktu masih semester awal dulu, jadwalnya kaya kereta api yang nggak ada putusnya.”

“Iya sih, tapi masih nggak serapi spesialis.”

Haneul mencubit bibir Seunghun yang di buat maju beberapa senti dengan sengaja, “sebentar lagi sudah selesai PPDS-nya, jangan gitu. Lagian Paca mau jadi dokter sebenarnya buat apa? Sudah tau kan kalau dokter itu memang harus memprioritaskan pasiennya, walaupun waktu istirahat berkurang atau bahkan kadang nggak sempat buat istirahat.”

Tangan Haneul terlepas seraya kepala Seunghun yang mengangguk menanggapi pernyataan istrinya, “iya, sayang. Maaf, aku ngeluh terus.”

“Kan kamu sudah punya bayangan nanti, kalo sudah jadi spesialis, sesekali mau bawa Micha selama kerja. Nggak mau liat tatapan bangga anaknya?”

Tanpa ingin membantah perkataan Haneul, Seunghun mengangguk mengiyakan, sangat setuju dengan pernyataan yang istrinya katakan.

“Yaudah, nggak boleh banyak ngeluh.”

“Tapi kalau nggak ngeluh, bukan residen namanya.”

“Kapan sih kamu nggak ngeluh, sayang? Waktu intern juga ngeluh, terus jadi residen ngeluh. Kapan sih nggak ngeluhnya? Waktu koass? Kayanya nggak bakal mungkin waktu koass nggak ngeluh.”

Seunghun tertawa, “tau aja sayangnya aku.”

Haneul menarik nafas dan menahannya sesaat, lalu menghembuskannya keras. Mulutnya tidak ingin mengomel lebih jauh mengenai suaminya yang tiada henti dari acara mengeluh, jadi ia mengambil mangkuk lauk Seunghun yang masih kosong dan menyendok sup tahu pedas kegemaran Seunghun dalam beberapa sendok.

“Nanti kita jemput Areum dulu ya, baru ke rumah Ayeong,” ucap Haneul masih menyendok sup ke dalam mangkuk lalu menyodorkannya ke hadapan Seunghun.

“Oh iya, Insu sakit ya? Ya ampun, hampir aja aku lupa.”

“Padahal baru semalam aku kasih tau kamu, loh.”

“Maaf sayang, aku terlalu semangat istirahat. Hehe,” kemudian pandangannya beralih pada Micha yang duduk tenang memainkan tangan-tangan gembulnya, membuat sedikit lelucon dengan wajahnya yang langsung berhasil membuat Micha tertawa geli.

-----------💐

Masih mabuk 'cinema cinema cinema' 😵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Masih mabuk 'cinema cinema cinema' 😵

Nggak—sebenarnya mabuk semua lagunya 🤧

Apalagi perform young? Duh 😭

Tampilan Yonghee begitu, GIMANA SAYA NGGAK TEREAK TEREAK DI RUMAH 😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Yonghee begitu, GIMANA SAYA NGGAK TEREAK TEREAK DI RUMAH 😭😭😭

SUMPAH, YONGHEE DEWASA BANGET DI SITU. ASTAGA. PENGEN CULIK 😭😭😭

Okay, thanks for reading this book. Stay healthy and always happy. Have a good day 🙆

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang