💐 38

43 3 4
                                    

• Revival •

•••

Nari terlalu lelah mendapati Jinyoung sudah menunggunya di halaman rumah sakit. Ia enggan bertemu lelaki itu, ia juga bahkan sudah mengabaikan seluruh pesan serta panggilan yang lelaki itu buat ke ponselnya. Sepanjang hari, ia hanya sibuk bekerja tanpa ingin melihat ponselnya sama sekali.

Pagi tadi juga, Dokter Seunghun singgah ke area kerjanya, menyatakan agar ia menerima panggilan yang dibuat teman Dokter Seunghun itu, atau setidaknya membalas pesan-pesan yang di kirimkan padanya, Nari hanya tersenyum menanggapi. Seunghun selalu menjadi perantara Jinyoung dengannya, ini salah satu faktor yang membuatnya lelah, seperti.. kenapa Jinyoung sama sekali tidak mau langsung mendatanginya? Meski anak itu pernah beralasan bahwa ia sama sekali tidak ingin mengganggu profesionalisme Nari saat bekerja hanya lantaran ingin menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara mereka.

Nari merasa ia tidak pernah mengerti Jinyoung, meski mereka sudah bersama selama hampir enam tahun lamanya. Anak itu sama sekali seperti berada di luar jangkauannya. Terasa begitu jauh, terutama jika terjadi pertengkaran seperti yang mereka alami saat ini.

Pertengkaran yang terjadi pada hubungan mereka, selalu membuatnya seolah di bawa ke masa-masa mereka masih remaja ketika baru memulai hubungan. Meskipun Nari selalu ingin menoleransi semua yang terjadi sepanjang hubungan mereka, tetap saja terkadang ia ingin mengakhirinya, namun ia sendiri juga tidak ingin kembali pada titik hubungan mereka yang terlalu sering berpisah lalu kemudian bersama kembali.

Lelaki itu awalnya akan bersikap sangat dingin ditambah suaranya yang seolah di tenggelamkan ke dalam dasar lautan, lalu setelah beberapa jam akan berubah menerornya seperti rentenir penagih hutang. Ponselnya akan dipenuhi panggilan serta pesan, juga Seunghun akan datang memintanya merespon Jinyoung seperti yang dokter itu lakukan pagi ini lalu kemudian di jam pulang bekerja, Jinyoung sudah menunggunya di depan rumah sakit. Lelaki itu juga tidak peduli jika ketika mereka bertengkar adalah ketika jam peralihan kerjanya malam hari dan ia akan pulang ketika pagi tiba, Jinyoung akan menunggunya di depan rumah sakit seperti yang biasa lelaki itu lakukan. Lelaki itu tidak peduli walau harus menunggu di pagi buta atau menunggu ketika tengah malam.

Hari ini Nari sedang bekerja di pagi hari, otomatis ia akan menyelesaikan pekerjaannya saat sore hari. Jinyoung pasti akan menunggunya seperti biasa, dan benar adanya, sore hari ketika ia pulang bekerja, mobil Jinyoung sudah terparkir rapi diikuti Jinyoung yang keluar dari sana lalu mulai berjalan mendekatinya.

Nari mencoba mengabaikan Jinyoung, membiarkan Jinyoung yang mencoba terus bicara sambil sesekali mencoba menahan langkahnya. Ia lelah, sama sekali tidak ingin bicara pada Jinyoung untuk saat ini. Namun ia lagi-lagi dapat dihentikan dengan mudah oleh lelaki itu. Sorot mata Jinyoung tegas seperti yang ia tau.

“Apa?”

“Aku capek, Moonlight.”

Nari terdiam, ia meneguk ludahnya susah payah. Dilihatnya, Jinyoung menghela napas sesaat, diikuti membuang tatapan. Kentara sekali amarahnya yang ditekan begitu dalam.

“Aku juga kalau kamu mau tau. Aku capek. Sudah, jangan halangi—”

Jinyoung memotong ucapan Nari dengan menarik wanita itu dalam pelukannya. Semakin Nari diam, semakin Jinyoung memperkuat dekapannya pada tubuh yang lebih mungil darinya itu. Wajah Jinyoung ia letakkan tepat di antara leher dan bahu Nari, memberikan afeksi menenangkan yang bisa ia lakukan disana.

“Maaf, Moonlight. Aku tau, yang ini mungkin aku keterlaluan. Tapi aku beneran capek kita begini. Seharusnya kita bisa selesaikan masalah ini dengan kepala dingin. Maaf, Moonlight.”

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang