💮 16

87 12 15
                                    


• Revival •

Jika sudah seperti saat ini, Yonghee merasa pergelangan tangan serta bagian perutnya kembali terluka dan banyak lagi luka-luka lain yang turut mendera tubuhnya. Perasaan sakit itu masih ada, belum terobati meski Yonghee selalu mengatakan bahwa keadaannya cukup baik.

Maka dari itu, jika boleh jujur, Yonghee lebih menyukai bertugas ketika malam hari karena memang ia yang tidak bisa selalu terlelap dalam. Hanya beberapa kali, lebih sering ia menderita karena sakit tak kasat mata itu datang.

Areum sungguh sangat merasa tersakiti melihat keadaan suaminya. Berat memang dan itu sudah pasti sulit untuk Yonghee serta Areum. Bagi Areum, bukan sulit yang menyusahkan, tapi sulit untuk selalu melihat orang yang kita kasihi selalu merasa sakit yang amat sangat tiap kali bangkit tiba-tiba di tengah tidurnya yang tidak pernah lelap.

Seperti biasa, Areum akan membiarkan Yonghee meringkuk di satu kursi yang terletak langsung menghadap balkon luar. Yonghee tidak pernah membiarkan dirinya mendekat di saat keadaan suaminya seperti itu, Yonghee selalu memintanya untuk kembali tidur meski nyatanya tidak bisa. Jadi Areum hanya akan duduk di pinggir ranjang mereka, sedikit jauh agar Yonghee tidak mendapatinya secara langsung.

Di sana, Yonghee meringkuk dalam tekukan kedua kakinya yang hampir menghimpit dada. Bersamaan dengan sebelah tangan mengepal kuat dan sebelah lainnya mencengkram bagian perutnya yang terasa terbakar seperti luka yang terbuka lebar, dan juga desisan menahan sakit yang hanya dia yang bisa merasa.

Areum tahu, suaminya mencoba menahan rintihan sekuat mungkin agar ia tidak begitu mendengar bahwa laki-laki itu mengerang kesakitan dalam fantasinya. Namun justru, itu semakin menyiksanya.

Areum juga tahu, di sana, dalam ringkukan duduknya, tangisan Yonghee sudah mengalir dan bulir-bulir tanda pesakitan itu meluruh membuat jalur sungai di pipi tirus yang dingin.

Tangan Areum membekap mulutnya sendiri. Bagaimana bisa suaminya selalu menahan semuanya sendiri dan merasakan semuanya hanya untuk dirinya sendiri? Keadaan Yonghee yang selalu terbiasa menyimpan itu tidak pernah bisa terobati sampai kini.

Dan Areum selalu berakhir tertidur tidak pada tempatnya. Ia selalu berakhir tertidur di pinggir tempat tidur dengan kaki yang setengah menjuntai ketika tanpa sadar mulai lelah menunggu suaminya tenang.

Yonghee selalu merasa bersalah tiap kali mendapati istrinya berakhir tertidur seperti itu tiap kali rasa sakitnya kambuh.

Ia perlahan mengangkat tubuh Areum, meletakkan tubuh mungil itu di tempatnya lalu mulai merangkak naik di sampingnya.

“Maafin aku, Dek,” bisik Yonghee begitu pelan.

Jemari Yonghee menyisir untaian rambut istrinya yang begitu halus, menyisir perlahan dan ia sedikit mengangkat tubuhnya untuk mendekatkan wajahnya pada Areum. Bubuhan kecupan ringan ia sampaikan di dahi Areum yang sedikit tertutupi oleh poninya.

Dan jam sudah hampir pagi ketika ia melirik jam dinding di kamarnya. Yonghee tidak menyadari itu, ia terlalu sibuk untuk terus memperhatikan istrinya yang tertidur. Hanya tersisa sekitar tiga jam sebelum benar-benar pagi, pikirnya.

Helaan nafas Yonghee terdengar untuk yang kesekian kalinya. Ia sudah tidur menyamping saat ini, sehingga memudahkannya menatapi Areum yang tengah tertidur di sampingnya.

Ia merasa begitu beruntung bisa bersama Areum. Tapi perasaan mengenai betapa sialnya bagi Areum yang berakhir bersama dengannya membuat hatinya perih. Benar jika ia merasa beruntung, namun, bukankah Areum yang terasa sangat sial karena hidup dengannya?
Meski Areum selalu mengatakan bahwa ia bahagia bersama Yonghee, tetap saja, pikiran jika Areum berakhir sial hidup dengannya membuat Yonghee merasa bersalah.

Seharusnya, Areum bisa bersama dengan laki-laki yang lebih baik ketimbang dirinya, memiliki kehidupan yang lebih baik lagi ketimbang bersamanya dan mungkin saja--sudah memiliki anak-anak yang lucu dalam kehidupannya.

Yonghee merasa ia menahan segalanya untuk Areum. Dan itu egois.

Yonghee juga paham bahwa ia tidak pernah benar-benar menyentuh Areum. Ia memang menyentuh, namun cenderung sentuhan ringan tanpa bermaksud lebih yang mungkin saja selalu diinginkan wanitanya.

Ia tidak bisa melakukan itu.

Banyak sekali ketakutan yang belum bisa ia atasi dan itu benar-benar berimbas besar pada Areum.

Dimana kadangkala Areum bercerita mengenai kehidupan keluarga sahabat-sahabatnya yang terkadang saat akhir pekan akan pergi berlibur, menghabiskan waktu bersama untuk berkegiatan yang menyenangkan, bahkan saat salah satu anak mereka sakit. Rasanya Areum begitu bersemangat saat menceritakan semua hal itu.

Yonghee benar-benar merasa buruk terhadap kehidupan Areum bersamanya. Terasa seperti penghalang.

Tanpa ia sadari, ia terisak pelan. Perasaan bersalah yang membuncah itu membuatnya emosional.

Wajah Areum yang hanya berjarak beberapa sentimeter di depan wajahnya, membuat perasaan Yonghee semakin berantakan.

Perlahan, wajah Yonghee mendekat pada Areum yang terlelap, mengikis jarak di antara keduanya sampai deru nafas masing-masing dapat terdengar.

Dan ketika berada tepat di depan wajah Areum, sentuhan lembut antara hidungnya dan hidung Areum menjadi pembuka, semakin mendekat dan bibirnya berakhir di atas bilah bibir Areum yang terkatup.
Mata Yonghee yang terbuka, sedikit membulat ketika mendapati kelopak mata Areum yang mulai membuka perlahan--menatap langsung kedua netranya.

Tangan Areum mulai naik, menggelung di punggung Yonghee seiring matanya yang mulai memejam kembali untuk menikmati sensasi yang tengah Yonghee berikan padanya.

Seolah diberi tanda setuju, Yonghee ikut memejamkan matanya. Memeluk pinggang Areum dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya yang lain mulai menumpu beban tubuhnya yang perlahan bangkit demi memposisikan dirinya sedikit di atas tubuh Areum untuk mendominasi apa yang telah ia mulai.

Tangan Areum pun berpindah, dari yang semula berada di punggung Yonghee kini melingkar di leher sang suami.

Permainanpun di mulai, tanpa hasrat berlebihan yang di penuhi nafsu, keduanya justru terbuai dalam kelembutan dan manisnya sentuhan.
Kecupan tanpa tuntutan itu berakhir dengan baik. Mengecup pelan dengan cukup lama sampai akhirnya menjadi terbuka untuk menjelajah bagian dalam mulut masing-masing.

Areum dibuat pusing dengan itu semua. Hanya perasaan bahagia yang membuncah diantara cumbuan pertiga malam dirinya dengan Yonghee. Hanya bahagia, tidak lebih dan tidak menuntut apapun.

Keduanya mencoba menyalurkan perasaan masing-masing yang sudah lama hanya bisa  dipendam selama tiga tahun ini.

Seringan kapas sentuhan yang Yonghee berikan, membuatnya tanpa sadar menginginkan hal yang lebih. Melepas segala ketakutan yang memenjarakan hidupnya hanya dengan menyentuh Areum. Ia ingin memberanikan dirinya, sama seperti Areum yang dengan berani terus melangkah dengannya meski banyak sekali rasa sakit yang di derita.

Ia hanya ingin Areum juga bahagia bersamanya, bukan hanya dipenuhi rasa sedih yang menggelayuti. Ia ingin Areum tidak hanya membual mengenai kebahagiaan sahabat-sahabatnya, ia ingin Areum membual mengenai kebahagiannya bersama dirinya.

Malam ini, ia ingin memberikan semua yang dapat membahagiakan Areumnya. Nikmat duniawi tak terbantahkan yang akan membawa keduanya sama-sama menggapai bahagia berkabut putih yang menyenangkan. Yonghee ingin memberikan itu semua pada Areumnya.

Wajah Yonghee mulai terangkat, memutus cumbuan menenangkannya yang sudah berpindah ke leher Areum dan meninggalkan jejak di sana. Matanya menatap sayu pada Areum, meniti dengan pelan seluruh wajah Areum yang sudah memerah dan fokusnya jatuh pada bilah bibir Areum yang basah juga sedikit membengkak akibat ulahnya.

Senyum tipis terangkai, sebelah tangannya yang bertengger pada pinggang Areum pun naik demi menyisir lembut rambut Areum yang cukup berantakan dan menyisihkannya ke sisi wajah sang istri.

“Kamu cantik, Dek.”

Areum tersenyum untuk itu. Kedua tangannya di tempatkan ke kedua sisi wajah Yonghee yang hanya berjarak begitu tipis di depan wajahnya, senyuman manis menjadi balasannya.

“I love you so much more. Thank you for everything, Dek.”

I love you so much more too, Kak. Happy anniversary.”

Raut Yonghee terlihat cukup terkejut mendengar itu, ia bahkan mengulang ucapan Areum dengan nada tanya, “anniversary?

Areum mengangguk, ia sedikit membenarkan kedua tangannya yang melingkari leher Yonghee, “thirth anniversary. Kakak lupa?”

“Astaga. Maaf.”

No need sorry, Kak. So, I'm in the mood for the special gift. Can you give me?

Yonghee mengangguk untuk itu meski tidak begitu memahami maksud dari hadiah spesial yang diinginkan Areumnya. Namun Areum mengecup dengan cepat bibir suaminya ity yang berjarak begitu tipis di depan wajahnya dengan senyuman.

Dan demi malam yang mulai terasa panas, wajah Yonghee turun kembali. Ia mulai mengerti dengan apa yang diinginkan Areum.

Yonghee menghapus jaraknya dengan Areum sambil mencuri nafas yang terbatas disela bibir keduanya yang kembali menyatu. Menghabiskan sisa petiga malam bersama, mengarungi puncak perasaan yang begitu memabukkan. Siapa sangka, mungkin saja Tuhan akan menyisipkan kebahagiaan lain sebagai hasilnya.

----------💐

🖼️ aareumin.cha

liked by yyongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

liked by yyongi.cha and 10 others

aareumin.cha Happy thirth anniversary, Kak @yyongi.cha

I love you so much more, too. That means I'm not just here for the pretty parts. I'm here no matter what.

📷by @sseung.hn

view all comments

sseung.hn Astaga, nggak nyangka gue sudah tiga tahun aja kalian. Perasaan kayak baru kemaren gue nggak sengaja fotoin ini. Terharu gue 😭

hwgjin Atas gue alay, sumpah. Btw, happy anniversary, hee, reum 🎉

a.yeong_ Wah, happy anniversary ya. Waktu memang berlalu dengan cepat. Bahagia selalu untuk kalian, ya 😊

hskyeul Wah, areum, yonghee. Selamat ya sudah 3 tahun ternyata. Seneng banget 😭 ayo kita rayain

bygone Selamat tiga tahun, yonghee, areum 👍

sjinyoo Ya Tuhan, nggak nyangka sudah tiga tahun, reum. Ayok kita jalan lagi mama, sama papa juga, katanya Hanjae 😆

hanriry Areum gue 😭 nangis banget ih. Ingat banget juga sama foto ini, sama momen kalian. Ayok rame-rame rayain yuk

im.svk Selamat bro. Hayuuk dah, kita acaraan 🙌

yyongi.cha I love you so much more, Dek ♥️

----------💐

Panas dingin nulis part ini 🥵🥶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Panas dingin nulis part ini 🥵🥶

Sebenarnya ini sudah lama selesai dan tinggal di perbaiki dikit-dikit aja. Cuman, irl bener-bener hectic banget 😭

Dan, saya juga nggak nulis yang detail banget tentang situasi yang kayak di part ini meskipun buku ini saya masukkan ke kategori dewasa. Karena ranah dewasa yang saya maksud untuk buku ini bukan untuk itu, melainkan karena masalah-masalah yang ada mungkin bakal sedikit rumit di dalamnya. Terutama ini tentang kehidupan rumah tangga 🤧

Padahal saya pengennya nggak kasih konflik berlebih, tapi tangan ini gatal banget pengen yang agak serius gitu 😔

Terima kasih yang sudah membaca buku ini. Benar-benar sangat berterima kasih, terima kasih juga atas komentar yang sudah diberikan sejauh ini 😭♥️

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang