💮 22

56 7 5
                                    


• Revival •

“Jadi anter revisinya?”

Areum menoleh, Yonghee sudah berjalan mendekatinya yang sedang duduk di sofa depan televisi. Suaminya sudah rapi dengan pakaian rumah yang santai dan dengan rambut yang dibiarkan setengah basah.

Areum berdeham, ia tersenyum kemudian sembari Yonghee mengambil spasi kosong disampingnya.

“Ku antar, ya?”

“Nggak usah, Kak. Kakak istirahat aja di rumah. Pasti capek, kan?”

“Sedikit. Tapi—nggak masalah. Ku antar, ya?” tawarnya sekali lagi.

Areum semakin melebarkan senyumnya, sedikit memberikan kesan menggoda yang justru terlihat lucu bagi Yonghee, “maksa, nih?”

Yonghee mengangguk.

“Yaudah.”

Jadilah mereka sekarang sudah sampai di gedung redaksi tempat Areum bekerja. Yonghee hanya pernah beberapa kali kemari untuk mengantarkan Areum, tapi dia tidak pernah mau di ajak masuk sebelumnya. Hari ini, berbeda, ia menerima ajakan Areum untuk masuk ke dalam untuk pertama kalinya.

“Oh, Areum? Ayo, duduk.”

Seperti biasa, yang menyambut Areum adalah ketua tim editorialnya. Wanita bernama Soojung itu tersenyum meski tampilannya terlihat cukup berantakan, terlihat sekali bahwa tampilan itu dikarenakan pekerjaannya, terlebih saat ini adalah bulan buku untuk perusahaan penerbitan mereka.

“Terima kasih, seperti biasa,” ungkap Soojung, sembari menerima beberapa amplop coklat dan sebuah flashdisk dari Areum, kemudian menyodorkan kembali pada Areum beberapa amplop coklat serta flashdisk dengan bentuk yang sama pada Areum, “ini naskah edit ke dua dan ke tiga. Ada tiga naskah untuk edit ke dua dan satu naskah di edit ke tiga. Beberapa naskah edit ke satu masih di periksa, jadi mungkin saat kamu nyelesaikan ini, baru aku kasih lagi ke kamu naskah lainnya.”

Areum mengangguk mendengarnya, “kalau begitu, saya permisi, Bu.”

Soojung mengangguk kecil segera setelah Areum berdiri dari hadapannya dengan mendekap amplop coklat yang ia berikan. Tapi saat Areum berbalik, Soojung menghentikannya lagi saat mengingat sesuatu dan membuat Areum kembali menoleh pada wanita tersebut.

“Penulis naskah edit ke tiga itu, ada nunggu kamu di ruang santai. Katanya dia mau konsultasi langsung sama editornya. Temui dia sebentar, ya.”

Sekali lagi Areum mengangguk, “baik, kalau begitu saya permisi, Bu.”

“Sudah?” tanya Yonghee, saat istrinya keluar dari ruangan ketua timnya.

“Sudah, tapi aku nemuin penulisku dulu sebentar. Katanya dia mau konsultasi langsung sama aku. Ayo, Kak.”

“Hm? Aku ikut juga?”

“Iya, ikut aja. Habis itu kita langsung pulang. Penulisnya ada di ruang santai, kok. Jadi nggak masalah kalau Kakak ikut.”

Pertemuan Areum dengan penulisnya hanya sebentar, hanya memperbaiki beberapa bagian yang sedikit kurang. Sehingga sekarang, mereka sudah dalam perjalanan pulang.

“Mau ke suatu tempat? Kita kencan?” tawar Yonghee, sesekali menoleh namun tetap mempertahankan fokusnya pada jalanan di depan.

Areum membulatkan mata mendengar tawaran yang diajukan Yonghee. Kencan? Sudah lama ia tidak mendapat ajakan berupa kencan dari lelaki tersebut. Tapi wajah Yonghee juga terlihat lelah, sebenarnya, ia ingin menolak.

“Jangan ditolak, ya?”

Hm? Areum menoleh cepat. Suaminya itu, apakah diam-diam punya indera ke enam?

Dan Yonghee terkekeh pelan menyadari istrinya yang sama sekali tidak menjawab. Ia semakin tertawa saat melirik istrinya itu masih membulatkan mata menatapnya.

“Kok kaget gitu?”

“Sudah lama nggak di ajak kencan, jadi aku kaget, Kak.”

Yonghee terkekeh sekali lagi, tidak lupa melirik pada Areum, “yaudah, mau kemana, Dek?”

Wajah Areum sontak memerah, bukan hanya wajah, telinganya pun ikut memerah mendengarnya.

Sembari mengatur rona merah serta rasa malunya, Areum mencoba berpikir kemana mereka harus pergi. Yang pasti, tempat yang dituju harus nyaman untuk mereka berdua, kalau bisa, sekaligus menjadi tempat Yonghee beristirahat.

“Perpustakaan kota?”

“Hm?” Yonghee menoleh cepat, setelah itu ia tertawa, “jangan, kita ke tempat terbuka aja hari ini.”

Sekarang, Areum yang bingung. Tempat terbuka? Nyaman? Sekaligus tempat istirahat?

Yonghee lagi-lagi tertawa, secara tidak langsung, ia menghentikan acara berpikir Areum untuk mencari tempat yang harus mereka kunjungi hari ini. Areum menatap bingung kearah Yonghee.

“Ke festival bunga sakura, mau?”

Areum mengulum bibir, berpikir sebentar, “boleh, di sungai Han aja.”

Tapi Yonghee menggeleng untuk itu.

“Hm? Jadi mau kemana, Kak? Jangan jauh-jauh, besok Kakak masih kerja.”

“Aku pengen yang jauh untuk hari ini. Kita ke Jinhae. Nginap sehari disana. Gimana?”

Mulanya, Areum masih berpikir untuk itu. Jinhae cukup jauh dari Seoul dan sekarang Yonghee menawarinya kesana, bahkan menginap. Berarti, suaminya itu memilih tidak bekerja untuk besok.

“Jangan terlalu berpikir panjang. Kita mau senang-senang. Liat bunga cantik. Aku mau liat sama kamu,” sela Yonghee, karena Areum kembali berpikir terlalu lama tentang keputusannya.

“Kakak sudah rencanain ini?”

“Nggak,” katanya, yang langsung meningkatkan rasa terkejut Areum.

“Jadi dadakan? Berarti kita pulang dulu buat ambil baju, ya.”

“Nggak usah. Kita bisa beli aja. Aku bener-bener mikirnya mendadak tadi pas di kantor kamu dan malas pulang juga. Kita langsung kesana, ya?”

Intensitas terkejut Areum semakin meningkat. Oke. Sebenarnya ini adalah hal baik, tapi apa tidak apa-apa? Mereka pergi cukup jauh dan itu berhasil membuat Areum menghela napas. Sungguh, ia tidak ingin Yonghee lelah.

Yonghee juga sadar, istrinya terlalu pemikir tentang banyak hal, termasuk hal-hal seperti ini. Mereka padahal jarang liburan. Ingin Yonghee, Areum akan selalu menerima dengan senang hati. Tapi wanitanya itu terlalu pemikir, dan yang terlalu dipikirkan wanitanya itu adalah kondisinya.

Jadi Yonghee melepas sebelah tangannya dari kemudi, pelan-pelan menggenggam tangan Areum dan menyelipkan jari tangannya diantara jari tangan Areum.

“Aku mau kamu jangan terlalu berpikir berlebihan tentang aku. Kebahagiaan mu prioritas ku, Dek. Dan aku sama sekali nggak akan pernah capek untuk itu. Aku tau kamu khawatir. Aku juga tau, kamu ajak ke perpustakaan kota supaya aku bisa istirahat disana. Kita ke Jinhae juga istirahat, sekalian liat festival bunga, meski agak jauh. Tapi nggak masalah. Aku sama sekali nggak capek. Kamu harus percaya sama aku, ya.”

-----------💐

Huehuehuehueeee 😭Lama banget nggak up, semoga nggak tenggelam tenggelam amat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huehuehuehueeee 😭
Lama banget nggak up, semoga nggak tenggelam tenggelam amat

Saya terlalu ngebucin Doom at Your Service. GILAK! SAYA BUCIN BANGET SAMA KAPAL CHARGER 😭

Dan, selain alasan itu, ada beberapa hal juga yang terjadi irl, yang bikin bayangan saya tentang buku ini hancur, makanya saya memutuskan untuk rehat menulis ini
Maafkeun 😔🙏

Dan, selain alasan itu, ada beberapa hal juga yang terjadi irl, yang bikin bayangan saya tentang buku ini hancur, makanya saya memutuskan untuk rehat menulis iniMaafkeun 😔🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih untuk yang selalu membaca tulisan saya. Good morning, have a great day 😆

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang