🏵️ 08

99 11 2
                                    


• Revival •

•••

Ada beberapa peraturan yang selama ini digunakan Hyunsuk selama bekerja. Pertama, tidak ingin diganggu. Kedua, tidak ingin diganggu. Ketiga, tidak ingin diganggu. Dan seluruh parade peraturan Hyunsuk adalah tidak ingin diganggu selama ia bekerja.

Itu dulu, sewaktu ia masih bujangan dan belum memiliki tanggung jawab yang ia emban. Sekarang—tidak, sejak ia memiliki anak, peraturan itu sudah berubah dengan sendirinya. Semua peraturan itu boleh dilanggar asalkan karena putranya.

Seperti saat ini, ditengah pekerjaannya dan seluruh kerabat pemrograman yang mendidihkan kepalanya mendadak putranya datang ke ruangan kerjanya yang memang selalu ia biarkan pintu itu sedikit terbuka.

Hyunsuk merentangkan tangannya ke depan, menyambut putranya yang berjalan mendekat kearahnya, “Kenapa jagoannya, Appa? Hanjae mau apa? Kok kebangun?”

Wajah putranya sangat menekuk dengan bibir yang dibuat maju sengaja, kepalanya menggeleng kencang dan mendengus keras setelahnya.

“Kenapa, Nak?”

Lagi-lagi Hanjae menggeleng, seolah-olah ayahnya itu dapat membaca isi pikirannya jika ia hanya menggeleng sanksi tanpa membuka suara.

Hyunsuk kemudian melepaskan kacamata yang selalu membantunya dalam bekerja, meletakkannya ke atas meja lalu menarik tubuh putranya semakin naik di atas pangkuannya dengan punggungnya ia sandarkan penuh ke kursi.

“Appa nggak tau Hanjae maunya apa kalau nggak ngomong. Hanjae bisa kasih tau Appa, kenapa Hanjae malam-malam gini kebangun?”

Dan putranya kekeuh untuk diam. Membuat Hyunsuk diam-diam tersenyum geli, melihat bibir putranya yang semakin maju dan semakin menekuk wajahnya.

“Hanjae kenapa?” tanyanya lagi, dan akhirnya bisa mendapati Hanjae menengok kearahnya setelah beberapa saat namun membuatnya mengangkat kedua alisnya tinggi saat menyadari raut itu berubah seketika, dari yang sebelumnya cemberut kini menjadi raut yang sendu lengkap dengan kedua mata jernih itu berkaca-kaca.

“Hanjae nggak mau sekolah. Hanjae mau di rumah aja kayak biasa sama Amma sama Appa. Pokoknya Hanjae nggak mau sekolah!” Putranya lalu memeluk tubuhnya erat sambil menangis.

Hyunsuk sedikit bingung tentu saja. Ia tidak tau jika anaknya itu tidak ingin bersekolah sementara hari-hari sebelumnya saat istrinya mengatakan dengan antusias, putranya itu terlihat biasa saja, tidak seperti sekarang.

“Amma tau nggak kalau Hanjae nggak mau sekolah?”

“Ng—nggak tau. Hanjae nggak mau kasih—tau Amma,” ucapannya terputus-putus kala bunyi sesenggukannya menguar.

“Kenapa nggak mau kasih tau?”

“Soalnya—soalnya Amma senang Hanjae sekolah. Amma bilang—Hanjae bisa belajar lebih banyak lagi yang Hanjae suka. Tapi—tapi Hanjae nggak mau. Sekolah itu pasti nggak nyaman.”

Hyunsuk terkekeh kecil mendengarnya. Tangannya mencoba melonggarkan dekapan erat putranya sehingga ia bisa menatap wajah itu walau sulit karena putranya terus menunduk dengan sesenggukannya yang kentara sekali. Tangannya mengusap jejak air mata di bawah kedua mata Hanjae.

“Hanjae, dengarkan Appa.”

Akhirnya ia menerima umpan balik Hanjae. Ia tersenyum singkat sebelum melanjutkan, dengan tangan putranya yang ia biarkan masih berada di lehernya.

“Amma bener. Di sekolah, Hanjae bisa belajar lebih banyak lagi yang Hanjae suka. Hanjae bisa tambah teman juga. Terus Hanjae punya ibu dan bapak guru yang baik-baik nanti. Apalagi besok hari pertama Hanjae sekolah, pasti rame banget. Awalnya, pasti nggak nyaman, Nak. Nanti, sewaktu Hanjae sudah terbiasa, rasanya nyaman-nyaman aja. Jadi, gimana? Hanjae bisa kan? Eh—bukan besok, tapi hari ini Hanjae sekolahnya." Hyunsuk melanjutkannya sambil mengalihkan jemarinya menunjuk pada jam dinding, menyadari bahwa hari telah berganti.

“Tuh, ini sudah jam dua. Harinya sudah ganti. Jam tujuh nanti, Hanjae sekolah. Yeay!”

Namun wajah Hanjae menampakkan ekspresi tidak senang, masih cukup tidak percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya.

“Hanjae nggak suka kalau ada yang ganggu Hanjae.”

Hyunsuk sekali lagi menarik putranya ke dalam pelukan. Ia mengecup puncak kepala Hanjae sebelum akhirnya semakin mempererat pelukannya, menyamankan Hanjae dengan menggoyang pelan tubuhnya ke kiri dan ke kanan kemudian membuat satu tangannya menepuk punggung putranya serta satu tangan lainnya mengusap rambutnya.

“Appa dan Amma selalu ada di sisi Hanjae. Hanjae, anak pintar dan anak baiknya Appa dan Amma, Hanjae pasti tau apa yang harus Hanjae lakukan kalau memang ada yang ganggu Hanjae. Kalau Hanjae sudah nggak bisa ngatasinnya, Appa dan Amma yang akan bantu ngatasin untuk Hanjae. Jadi, Hanjae nggak perlu khawatir ya, Nak. Appa dan Amma sayang sekali sama Hanjae. Appa dan Amma mau Hanjae dapat pelajaran yang lebih beragam lagi di sekolah, mau Hanjae punya banyak teman lagi di sekolah, dan mau Hanjae senang untuk itu. Kalau memang Hanjae nggak siap, Appa bakal bilang Amma nanti, terus kita bisa cari waktu yang pas kapan Hanjae mau sekolahnya. Atau kalau Hanjae mau ke sekolah yang lain, Appa dan Amma coba cari sekolah lain yang bisa buat Hanjae nyaman. Tapi—dicoba dulu, ya, Nak. Hanjae mau, kan?”

Suara tangisan Hanjae mulai mereda setelah mendengar semua ucapan ayahnya. Tangannya yang mula menggenggam erat bagian baju Hyunsuk, perlahan mengendor seiring tangisnya yang memelan. Lalu anak itu memberi jarak kembali dengan ayahnya, sedikit ragu, tapi ia yang memulai untuk menatapi ayahnya yang menunggu responnya.

“Hanjae, sebenarnya mau sekolah. Hanjae cuman takut nggak kebiasa aja nanti.”
Hyunsuk tersenyum dan menggeleng, “Coba dulu, Nak. Jadi, Hanjae tau gimananya nanti. Oke?”

Entahlah, apa yang ia lakukan ini sudah benar atau belum. Namun yang Hyunsuk tau, membujuk putranya memang sedikit lebih sulit. Bahkan meski ia menjanjikan hal-hal yang disukai putranya, putranya seringkali menolak. Mungkin putranya masih akan ragu dengan kehidupan sekolahnya. Hanya saja, selama Hanjae terbuka dengannya dan Sojin mengenai sekolahnya nanti, sebenarnya tidak akan masalah.

Ia juga yakin, Hanjae bisa melaluinya dengan baik dan menjalani kehidupan sekolah yang menyenangkan. Terlepas dari Hanjae yang terbiasa belajar di rumah hanya bersama ibu dan ayahnya.

Hyunsuk mulai menepuk-nepuk pelan tubuh Hanjae, membenarkan posisinya agar lebih nyaman untuk tidur karena anak itu terlihat mengantuk sambil mengucak lambat matanya. Saat putranya benar-benar sudah tertidur di atas tubuhnya, tiba-tiba Sojin masuk ke ruangannya dengan senyuman, menatap padanya penuh arti.

Setelah Sojin mendekat, wanita itu kemudian berlutut sehingga wajahnya sejajar dengan putranya yang tidur di pangkuan si suami, mengusap tubuh putranya yang sudah sangat terlelap.

“Sudah lama bangunnya, Kak? Jangan bilang...” Hyunsuk tidak ingin menjawab dengan spekulasi di otaknya, jadi ia membiarkan ucapannya menggantung sehingga memberikan istrinya ruang untuk menjawab.

“Iya,” angguknya mengerti, “dari aku ngerasa Hanjae nggak ada di pelukanku, aku langsung bangun terus liat ruang kerja kamu pintunya kebuka penuh. Aku pikir Hanjae pasti punya alasan kenapa dia datangin kamu daripada bangunin aku, jadi aku tunggu di luar. Ternyata Hanjae seragu itu buat sekolah,” sambungnya sambil berdiri kembali dan menatap lurus pada Hyunsuk.

“Terima kasih, ya. Sudah kasih pengertian buat Hanjae. Aku yakin, Hanjae jadi siap sekolah karena itu,” dan Sojin mengecup singkat bibir Hyunsuk sebagai penutup.

“Iya, itu sudah kewajiban aku juga buat kasih pengertian ke Hanjae. Yaudah, sekarang kita tidur, yuk. Biar pagi ini kita lebih semangat lagi buat antar Hanjae ke sekolah.”

Sojin mendengung bingung, alisnya terangkat, “Kerjaan kamu sudah selesai?”

“Belum, sih. Tapi nggak masalah. Masih ada waktu kok buat nyelesaikannya. Yang penting kita istirahat dulu. Karena kita juga harus siap buat ngantarin Hanjae pertama kali sekolah. Ayo,” Hyunsuk segera berdiri perlahan dari kursinya agar tidur putranya tidak terusik, kemudian menarik tangan Sojin untuk mengikutinya kembali ke kamar.

-----------💐

Thanks for still reading this book 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks for still reading this book 😂

Have a lovely day 😆❤️💐

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang