🏵️ 04

97 12 4
                                    


• Revival •

•••

Matahari sudah meninggi sampai cahayanya menelusup pada celah tirai yang masih tertutup cukup rapat ke kamar yang di tempati oleh Hyunsuk, bersama Sojin, serta putra mereka Hanjae, karena ketiganya benar-benar mengacuhkan sang mentari di pagi menjelang siang ini.

Tidak ada sedikitpun dari ketiganya menggeliat terusik akan cahaya yang masuk melalui sela-sela jendela kamar. Ketiganya masih sibuk di alam bawah sadar, tidur dengan mengabaikan hari sembari mengeratkan pelukan, terutama pada si kecil Hanjae yang berada di tengah kedua orangtuanya.

Apalagi hari ini adalah hari libur, jadi menurut pada keyakinan Hyunsuk dan Sojin, 'untuk apa bangun pagi jika bisa bangun saat pagi lagi?’

Yah, keyakinan yang cukup buruk.

Mari kita lihat, seberapa lama ketiganya bertahan untuk bergelung nyaman di atas tempat tidur bersama si kecil.

Kemudian ketiganya tersentak saat bunyi bel rumah mereka berbunyi bersamaan dengan suara dering ponsel Hyunsuk yang tergeletak di atas nakas. Hampir-hampir telinga Hyunsuk rasanya tuli karena teriakan keras ponselnya sendiri.

Hanjae menggeliat tak nyaman dan merengek di bawah dekapan tangan Sojin. “Sst, ini Amma sayang.”

Sojin mengangkat wajah, memandang mengikuti arah suaminya yang sudah menghentikan teriakan dering ponsel itu dan beranjak keluar dari kamar mereka sambil setengah sadar, sementara Hanjae masih cukup merengek dan merapat pada tubuhnya.

“Halo? Apa-apaan heh, nelpon gue pagi-pagi?!

Lo belum bangun? Gila, kebo memang lo. Udah siang ini.

Hyunsuk duduk di sofa, kepalanya cukup pusing, ia juga sudah tidak mengindahkan penampilannya yang masih acak-acakan, “ada apaan sih? Anak gue juga jadi kebangun ya, gila!”

Buka pintu lo. Gue mau gebuk lo sekarang juga.

“Mati aja lo sana. Pulang sana. Ngapain lo ke rumah gue pagi-pagi buta!”

Sinting lo! Buka pintu nggak lo, sebelum gue teriak-teriak terus makin ganggu tidur Hanjae.” Hyunsuk menjauhkan ponsel dari telinganya, matanya menyipit melihat layar ponselnya dan memang benar tertera nama Guanlin disana.

“Apa sih bacot? Lo beneran depan rumah gue?” sekali lagi Hyunsuk bertanya, sampai-sampai Guanlin mendecak begitu keras di seberang sana.

Buka nggak lo? Buka! Lo pikir gue bercanda?

Akhirnya Hyunsuk pasrah. Setengah sadar dia berjalan keluar rumah dan benar saja, sebuah mobil berada di depan pagar rumahnya. Hyunsuk berlari pelan, membuka pagar rumahnya lebar lalu mendekat kearah Guanlin dan istri kembar bongsornya itu yang berada di samping mobil dekat dengan bel intercom rumahnya.

“Tadi itu namanya lo ada di depan pagar rumah gue. Bukan depan pintu rumah gue, goblok!”

“Heh, tu mulut ya. Anak gue bisa jantungan dengar ocehan kotor lo.”

Guanlin diam sejenak, memperhatikan teman di hadapannya ini yang masih saja dengan mata setengah terbuka.

”Gila! Kebo lo nggak hilang. Sekarang si Hanjae lo bikin kebo juga? Istri lo juga kebo. Dasar keluarga kebo.”

Hyunsuk hanya berdeham tanpa ingin menanggapi berlebih. Ia lalu berjalan lebih dulu, membuka pintunya lebar, membiarkan pasangan bersama seorang bayi di dalam gendongan istri Guanlin itu masuk ke dalam rumahnya.

Sementara Guanlin dan istri beserta anaknya di biarkan Hyunsuk, ia memilih masuk kembali ke kamar, mencoba membangunkan istrinya.

“Kak, bangun. Ada Guanlin.”

Sojin sedikit kesulitan membuka mata, jujur, matanya masih sangat berat untuk terbuka. “Guanlin? Ada apa?” tanyanya dengan suara serak.

Hyunsuk menggeleng, “nggak tau.”

Keduanya terdiam, saling memandang dengan kedipan mata tidak bertenaga sampai tiba-tiba, “Nikahan Sanha!” keduanya berteriak spontan.

“Ya Tuhan, Appa. Kenapa bisa sampe lupa, sih? Ini jam berapa?” kali ini Sojin benar-benar panik.

Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pernikahan teman keduanya. Tapi selancang itu mereka berdua bahkan terbuai untuk tidur sampai matahari tinggi seperti sekarang. Dan sekarang, putra mereka sudah menangis karena terkejut akibat teriakan kedua orang tuanya.

“Aku mandi dulu, Kak. Kamu tenangin Hanjae, habis itu kamu mandi sama Hanjae.”

“Yaudah, cepat mandi. Sambil ngurus Hanjae aku urusin baju-baju kita. Ya Tuhan.”

Sedangkan di luar, Guanlin menggelengkan kepala dan tertawa geli. Dia juga sengaja tadi, tidak memberitahu Hyunsuk kenapa mereka datang ke rumah Hyunsuk hari ini. Dan ternyata, benar dugaan Guanlin, mereka lupa dan sedang kelabakan di sana.

“Seharusnya kasih tau Hyunsuk, biar mereka nggak panik gitu, Ayah,” istri Guanlin berbisik pelan di sampingnya.
Guanlin hanya menggeleng, lalu memainkan jarinya mengusap pipi putrinya yang gembil tengah terlelap nyenyak di gendongan sang istri. “Biarin. Nggak apa-apa. Kamu kan tau sendiri Hyunsuk gimana. Lagipula sudah aku kasih tau semalam, responnya dia bakal ingat. Sekarang, liat? Kita nonton aja mereka lagi perang sama waktu di sana, hehe.”

“Ih, Ayah!”

-----------💐

Thanks for reading this book 🙆Have a nice day ❤️❤️❤️❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks for reading this book 🙆
Have a nice day ❤️❤️❤️❤️❤️

[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang