Sepotong Peta Untuk Masa Depan

88 2 0
                                    

Minuman kaleng berkarbonasi,
National Geographic, dan kamera full HD,
onggokan-onggokan sepi mematri
di teras convenience store
bersama lamunan dan celoteh kecil
tentang komentar soal drama yang
kita tonton malam tadi.

       (Kau lanjut terus maraton nonton Mindhunter, sedangkan aku ketiduran tepat menjelang habis musim pertama)

Di pojok sunset,
Punk dan anarki berkumandang.
Bersamaan dengan fluktuatif angka
pada papan kurs, dan pula
dinamika pada papan surf,
iklan reklame bergelantungan
menyambut para bulai pulang
dengan badan setengah telanjang
melenggang riang ke gang-gang,
ke tepian jalan, di belantara Legian.
Ah, aku menyundut kenangan.

Aku memetik di kuncup rekah bibirmu,
sepotong pesan.
Di matamu sepotong peta menuju
masa depan,
di antaranya sebongkah jalan,
dan seselebihnya pelukan-pelukan.
Sungguh, betapa daya ledak rindu
tak sanggup menggentarkan candu
akan ciummu.

Di rekatkannya kembali daya imajinasi
yang merangkai rengkuh romansa taji.
Apa-apa yang di tawarkan Bali,
telah akan kita tukar dengan pulang
ke ruas-ruas
       : Jogja Kembali.
Namun, di kaki sunset sore ini,
kita parkirkan ADV.
Dengan keemasan sinar temaram,
ia mandi, tepat sebelum sesaat nanti
kita melesat menuju jalan panjang
di penghujung memori.

(2023)

ASMARA GENESIS - DIASPORA DALAM FAJAR ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang