Rentak 106

79 4 0
                                    

[1]
Bagai bulan empat belas. Dan kau duduk selepas memetik stroberi di Bedugul. Di tepi danau, di tepi kolam air payau. Aku ingat 3 1/2 tahun yang lampau. Koto piliang dia bukan, bodi khaniago dia entah. Lalu kau membelaiku dengan suara lemah, dan seketika saja kita seatap rumah. Berlagu, berlagak, berdansa. Seperti bunyi bongo, seperti bunyi kendang. Kita nge-Bing ketika calypso, mambo dan chacha lamat berkumandang.

[2]
O, di Seminyak, di pojok panggung, di dalam bar, kau memetik bas mengiringi Bbmin7, ke Fmin7, dan ke Ebmin7 — cakap sepanjang 2 bar berulang-ulang. Kau menatapku nakal, aku terhipnotis ruang di titik pedal. Aduhai lihat, baby. Lentik jemarimu groovy. Kau telanjangi segenap baris yang Paul Denman tulis. Seperti seiris senyum yang tampak bak garis di cakrawala, kau sunset di golden hour yang mempesona.

Lalu kitapun pulang ke kamar nomor 106, membunyikan rentak hingga matahari jauh terbenam.

(2022)

ASMARA GENESIS - DIASPORA DALAM FAJAR ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang