Pembuka

71 3 2
                                    

「Kaleidoskop


[1]

Efek rumah kaca menyisir hujan di bulan desember. Seumpama sebelah mataku mortal, sesebelahnya natal di quarter life crisis. '25 to life' bagi 25 tahun hidupmu di book of genesis. Cinta adalah buah-buah pengandaian nan reformis, ya? O, haleluya!

Matamu segelas coklat yang kuseduh setiap brunch. Hangat tatapanmu matahari yang membakar jiwaku. Aku tercampak di bintik hitam waktu, dan daripada itu, di sumbu-sumbu, sukmamu dan sukmaku beradu. Mereka saling menemukan maksud, dan bercampuran di ruang rindu.

Desember 2022, ialah 2022 paling 2022. Dipulangkannya ragu ke dalam rak-rak waktu, sekilas bak teronggok di kolong jemu. Oh baby-ku, segelas coklat itu mengingatkanku biru. Laut yang bergejolak mendebarkan hatiku. Apakah senyum boleh menyimpan lugu? Seperti saat kau tersipu, tersundut sapa rayu yang melagu.

Ingatkah kau di Bali Buda, kerap kita takar budi baik tuk dicelup ke semangkuk susu. Di Ubud kita istirahatkan waktu, dan apa-apa yang tercecer di sepanjang Sayan, kita kutip di baris do'a yang berbuku-buku. Ingatkah kau setiap kejadian, seperti kitab, yang kita abadikan pada segala foto dan video.

Kau dengan gaunmu, slay. Cukup dengan sunting gambar vintage, dan kau goddes diiringi tembang Lana Del Rey. Oh, bjork-esque ber-diminuendo di taman-taman senjaku. Kau bernyanyi menghiasi jingga yang berkelebat tak tentu, kala kita duduk menikmati dekorasi alam dari balik meja kecil di tepian pantai. Kita menghargai santai.

Oh baby-ku, kau menyelamatkanku dari miskinnya selera jazz di gerai Starbucks sore itu. Kadang masih ku tersenyum mengenangnya. Hanya di Yogya Kembali, di lautan bintang ku mencelupkan  diri. Kaulah Kanna yang meredam niat-niat loba, dan bagai Kenji pada volume 22, di '20th Century Boys'–nya Naoki Urasawa, aku menyerahkan segala. Kepada tabik, bertahanlah Kanna, terkadang cinta tak dinyana.

Ketika kau takluk diperaduan pada dekap dan hangat kenangan, cinta paling klasik jugalah ibadah berkeluarga yang ortodoks. Maka kuuntai kata di proposal bak perupa memahakarya di renaisans, dan dengan sihir Galileo, kureka-reka medan magnet cinta di semesta kosmik yang gila. Oh Shazia, kau Evelyn-ku. Kau: 'Everything, Everywhere.. All At Once'. Seketika cinta bersemi di segelas coklat tiap setiap kita brunch.

Lalu di sinilah aku, di Lempuyangan, duduk menanti kau datang, sambil menulis dan mendengarkan musik grunge. Eureka!

[2]
Memelukmu, jalan pulang ke hangat waktu. Aku yang menggigil di kangen yang membeku, kembali hidup kala dekap menyelamatkan aku dari kejamnya hari-hari tanpa dirimu.

Oh kekasihku.
Kita asmara yang tak lekang oleh waktu.

(2023)

Fin

🎉 Kamu telah selesai membaca ASMARA GENESIS - DIASPORA DALAM FAJAR ROMANSA 🎉
ASMARA GENESIS - DIASPORA DALAM FAJAR ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang