— Buat Yulian S. Lubis
Melihat kau kini merokok, rasanya seperti melihat Norman Rockwell mendadak melukis serupa Pollock, atau bak polisi mengibadahi God Save The Queen di Never Mind the Bollocks.
Tahu dikau, buat aku hiruk pikuk jalan di Bukit Batrem sudah seperti klub jazz di tanah Harlem. Hutan-hutan di Bukit Jin tak kalah dengan taman–kebun di Constantine.
Tapi hanya sebuah kedai kecil di Bagan Besar yang meneduhkan jiwa-jiwa liar dari ambisi terik, seperti vulgar dan eksplisit yang tersemat di balik larik-larik asterisk.
Dumai adalah pulang, kemanapun aku melancong dan menancapkan tiang-tiang pancang dan atap rumah. Kita setali tiga uang, tidak peduli: kau komandan, aku penyair.
Dumai adalah kitab dengan retorika tafsir. Kita cacatan kaki pada kalimat sihir — kita tanda bintang pada catatan pinggir.
Kemudian iblis semilir melesatkan kail ke laut bathil, tapi kita tetap mengikuti jejak Khidr, seraya kutelusuri memori kembali ke Bukit Datuk tuk memetik anyelir.
: Kawan, hatiku selalu hadir.
(2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA GENESIS - DIASPORA DALAM FAJAR ROMANSA
PoetrySebuah antologi puisi yang belum rampung dan masih akan berlanjut sampai mencapai genap 50 butir sajak nantinya (sementara 44 sajak dulu). Sedang malas menulis deskripsi, mungkin akan aku sunting lagi nanti. Silahkan, semuanya - selamat menikmati! T...