15 es batu

11.5K 1.5K 300
                                    

Donghyuck sudah berada diluar ruangan rektor. Ia baru menyelesaikan perselisihannya dengan Jaehyun. Donghyuck merasa lega karena satu masalah ini sudah selesai secara kepala dingin. Jaehyun yang didalam tadi memang kebanyakan membela Donghyuck.

"Mari, Pak." pamit Jaehyun yang baru saja keluar ruangan setelah Donghyuck.

Memang Jaehyun mengobrol sebentar dengan rektor dan pimpinan yang lain, makanya menyuruh Donghyuck keluar terlebih dahulu dari ruangan. Jaehyun lumayan terkejut saat mendapati Donghyuck yang masih berdiri di depan ruang rektorat. Tapi dengan cepat, Jaehyun langsung memasang senyum manis kepada adik pacarnya ini.

"Masih ada perlu, Hyuck?"

Donghyuck ragu, "Emm—mau bilang t—terimakasih?"

Jaehyun seperti melihat Doyoung sekarang karena sifat mereka benar-benar sama. Jaehyun hanya tertawa melihat tingkah adik pacarnya itu yang begitu kikuk. Ia tau Donghyuck masih marah padanya, tapi secara bersamaan dia mengakui kalau dia juga salah sudah melewati batas.

"Iya gak apa-apa. Yang penting udah kelar urusan di dalam. Sekarang urusan saya sama kamu, Hyuck." kata Jaehyun yang sudah mulai serius arah pembicaraannya.

Rasanya ini kesempatan Jaehyun bisa menjawab semua kegelisahan Donghyuck. Ia tidak ingin masalahnya tambah rumit. Apalagi Donghyuck sebagai adik Doyoung ikut masuk dalam alur Jaehyun dan Doyoung. Itu tidak benar.

Mereka mengobrol sambil jalan perlahan meninggalkan ruang rektorat agar bisa mengobrol lebih santai. Karena sekarang mereka bukan memakai mode dosen-mahasiswa.

"Gue beneran serius sama kakak lo dan gue gak bohong. Gue sadar, ini emang salah dari awal. Sayang gue terhadap Taeyong dan Doyoung itu beda. Rasa sayang gue sama Doyoung itu jauh lebih besar daripada Taeyong. Taeyong hanya sekedar nafsu. Tapi lain dengan Doyoung. Dia bukan hanya nafsu tapi dia lebih dari itu. Rasanya gue pengen ngejaga Doyoung terus. Lo harus tahu, gue lebih egois dan posesif daripada Doyoung."

Donghyuck mencari-cari kebohongan Jaehyun pada matanya. Tapi ia tidak menemukannya. Berarti dia memang tulus mengatakannya.

'Psycho juga ni orang.' batin Donghyuck.

"Jujur, gue suka cara Doyoung yang masih mau bertahan sama orang yang brengsek ini. Gue bener-bener gamau ngelepasin Doyoung. Gue sayang sama dia."

Jaehyun mengakhiri penjelasannya lalu ditutup dengan senyuman. Jaehyun menunggu respon dari adik pacarnya ini, apakah merasa sudah puas dengan jawabannya atau belum. Jaehyun benar-benar menunggu respon Donghyuck yang tidak terbaca sama sekali.

"Oke. Gue percaya sama lo. Tapi gue tetep ngawasin lo pokoknya."

Jaehyun lega. Sangat sangat lega. "Thank you, Hyuck. Lo bisa bunuh gue kalau gue ingkar janji."

Mata Donghyuck membulat, "Gak lah! Yang ada, gue yang dibunuh sama pacar lo."

Jaehyun tertawa, "Lo sama Doyoung sama aja kalau murka. Gue jadi gak berani. Tapi gue akui kalau lo lebih ekstrim murkanya. Pantes aja Doyoung ngebet banget ngenalin gue ke lo." jelas Jaehyun seakan ia mendapatkan trauma.

"Selow, Hyung. Kan kita udah iparan. Hehe" kata Donghyuck dengan berani sudah merangkul Jaehyun. Sejenak mereka melupakan bahwa kemaren mereka terlibat perselisihan. Tapi sekarang mereka tampak seperti teman.

"Ngomong-ngomong soal ipar, weekend ikut gue ya pak ke rumah? Gak mau gitu salim ke Mama sama Papa? Betah main kucing-kucingan sama Doyoung?" cerocos Donghyuck yang benar-benar buat Jaehyun tertawa. Dikasih langsung 3 pertanyaan yang membuat Jaehyun sendiri bingung harus menjawab yang mana.

Ice Cube🧊 • nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang