22 es batu

11.5K 1.4K 268
                                    

Donghyuck merasa lemas ketika ia sudah menghadapi preview BAB 2 dengan beberapa dosen penguji. Jujur, hari ini tidak berjalan dengan mulus. Ada beberapa revisi dan tambahan untuk tugas akhirnya itu. Tidak terlalu banyak mengubah, hanya saja Donghyuck malas karena ingin cepat-cepat kelar dengan tugas akhirnya ini.

Donghyuck sudah duduk malas dilorong kampusnya. Malas untuk bertemu siapa-siapa. Seperti ingin menenangkan dirinya dulu sejenak lalu kembali seperti Donghyuck seperti biasa.

"Hyuck!"

Seseorang memanggil Donghyuck dengan lantang. Dia langsung melihat kearah orang yang memanggilnya itu. Ah ternyata dosen pengujinya. Donghyuck hanya menyambut dengan anggukkan malas dan kembali dengan pikirannya.

"Kenapa Hyuck? Masih bete di uji sama saya?"

"Engga, Pak. Biasa aja."

"Kalau gitu, ngapain mukanya ditekuk gitu? Ini kamu sebel TA-nya banyak saya revisi atau masih nganggep saya perebut pacar kakak kamu?"

Iya, itu Pak Taeyong.

Sebenarnya juga dua alasan itu benar yang bikin Donghyuck semakin malas sama orang yang disebelahnya ini. Ah entahlah, mood Donghyuck memang sudah berantakan.

"Hyuck, saya sama kakak kamu udah mutusin untuk profesional disini. Jadi saya harap, kamu serius sama revisi yang saya kasih. Mau minta bantuan saya juga gak masalah. Saya bantu kamu untuk nambah-nambah teori untuk BAB 2 kamu." Taeyong yang memberanikan diri untuk menghancurkan dinding pertahanan Donghyuck.

"Ah kau tau? Kamu itu selalu menjadi mahasiswa favorit saya. Kalau di ingat lagi, dulu saya sama Doyoung sering bertengkar ngerebutin kamu supaya kamu itu masuk project." Taeyong kembali teringat dengan masa awal dia bertemu Donghyuck dan sudah menyukainya dari awal.

Taeyong merangkul mahasiswa favoritnya itu dan melihat wajah Donghyuck yang menampakkan sudah mulai menerima Taeyong disitu. "Saya ingin tugas akhir kamu juga berkesan dan bagus dimata orang. Beruntung saya dipilih jadi penguji kamu."

Donghyuck hanya menyimak dosen pengujinya ini. Dia tau, bahwa dia juga gak berhak untuk marah berlarut-larut.

Taeyong mulai melepas rangkulannya dan bersiap-siap untuk pergi. "Kalau kamu sudah tidak marah, saya bisa kasih beberapa buku yang kata saya harus ditambahkan ke dalam tugas akhir kamu. Datang saja ke meja saya. Beritahu Doyoung nanti, kalau kamu minta bantuan saya. Biar dia cemburu." katanya sambil menyengir.

Sebenarnya ini yang Donghyuck suka dari Taeyong. Sama-sama membenci Doyoung. Jadi sering kali Donghyuck sering bekerja sama dengan Taeyong untuk membuat Doyoung kesal terus menerus.

Taeyong memberi tatapan lembut pada Donghyuck "Saya benar-benar tidak sabar ngeliat hasil tugas akhir yang kamu buat." katanya sambil tersenyum.

"Bapak kan kayak gini biar bisa nyombongin ke orang-orang kalau bapak yang nguji saya. Bener kan?" ucap Donghyuck agak frontal sebenarnya.

Akhirnya, Donghyuck sudah mencair dengan Taeyong.

"Itu memang udah derita jadi mahasiswa. Makanya lanjutin aja ngebatin sampai akhir."

"Dih parah. Nanti saya gak masukin nama bapak di thanks to. Atau gak, saya kasih ukuran font 0,1 biar orang beriman aja yang bisa lihat."

"Ya udah. Saya revisi terus tugas akhir kamu sampai kamu wisuda bareng Jisung, bukan sama temen seangkatan kamu. Mau?"

Refleks Donghyuck menaikkan kedua tangannya. Tanda dia minta ampun. Gak mau ada revisi-revisi lagi.

Taeyong cukup puas bisa mengobrol dan menuntaskan permasalahannya dengan Donghyuck. Taeyong mengacak-acak rambut mahasiswanya itu dan pergi meninggalkan kursi yang ia duduk. Taeyong sudah melangkah agak jauh dari hadapan Donghyuck.

Ice Cube🧊 • nohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang