Bab 29.

1.5K 75 1
                                    

Aku mengerjapkan mata berulang kali saat cahaya yang begitu terang mencoba menerobos retina mataku. Pandanganku yang mengabur perlahan terfokus pada satu titik, tepatnya pada cahaya lampu yang bersinar terang berada di atas ku.

"Bella.." Aku menoleh dan mendapati wajah Hansel yang tersenyum sumringah sambil mengelus rambutku dengan tangannya.

"Syukurlah. Thank's God." Aku memejamkan mata ketika Hansel mengecup kening dan pipiku. Tangannya melepaskan genggaman kami saat pintu ruang rawat terbuka dan menampilkan seorang pria paruh baya dengan jas dokternya, di belakangnya terdapat wanita muda dengan pakaian seperti seorang suster.

"Good morning, Miss. Winston." Sapa nya dengan senyum yang sangat cerah. Aku tersenyum dan menganggukkan kepala, mataku melihat Hansel yang dengan setia memperhatikan ku dengan lekat dari sudut ruangan.

Aku sungguh ingin saat ini Hansel memeluk tubuhku dan mengusap perutku.

"Perkembangan yang sangat baik, Miss. Winston." Aku menoleh menatap dokter paruh baya tersebut, "Semoga cepat sembuh."

"Thank you." Dokter paruh baya itu tersenyum padaku sebelum berjalan menghampiri Hansel. Mereka terlihat membicarakan sesuatu yang penting, di lihat dari wajah Hansel yang sangat serius.

Setelah dokter dan perawat tersebut keluar dari ruangan menyisakan aku dan priaku, Hansel berjalan mendekatiku. Tangannya menggenggam tanganku begitu erat, hangat sekali rasanya.

"Hei, my love." Bisik Hansel.

Aku menatapnya, "Baby.. Hansel, baby kita.." Rasa takut menyerang ku saat aku mengingat dengan baik setiap kilasan kejadian sebelumnya. Pelecehan, darah, suara pukulan dan tembakan yang begitu mengerikan.

Tangan Hansel menahan tanganku yang terus menerus mengusap perutku. Matanya menatapku dengan lembut, "Dia baik-baik saja, sayang. Baby kita sangat kuat," Aku tersenyum dan meneteskan air mata mendengarnya. "Dia sepertimu, Bella. Dia sangat kuat dan aku mencintai kalian." Hansel memejamkan mata, ia memelukku dengan erat sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku.

Aku membalas pelukannya. Mencoba mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Selama kejadian menegangkan itu Hansel sudah banyak berkorban, priaku yang luar biasa terus menguatkan ku. Maka sekarang akulah yang harus melakukan hal itu.

"Aku takut. Sangat takut, Bella."

"Shhh. Hansel..."

Hatiku sakit saat pria kuat seperti Hansel menangis terisak di pelukanku, dia terlihat sangat rapuh saat ini.

"Aku takut saat tahu bahwa kau tidak berada dalam jangkauan ku lagi.. Aku takut saat melihat darah itu mengalir membasahi jeans mu. Aku takut.. Tetapi aku tidak bisa apa-apa saat itu.." Ya Tuhan, aku sangat egois saat terpuruk dalam ketakutan ku sendiri. Aku tidak mengulurkan tangan untuk memeluk priaku ketika ketakutan yang sama juga melandanya. Dia begitu kuat saat itu, tanpa aku tahu bahwa ia tengah berdiri di kakinya sendiri. Melawan semua rasa takut itu sendiri.

"Hansel..."

Aku mengecup pelipisnya dan terus menerus mengusap punggungnya, tubuhnya bergetar begitu hebat dan leherku basah karena air matanya yang mengalir dengan deras. Aku tidak tahu harus menenangkannya dengan cara apa, yang bisa aku berikan hanya sebuah pelukan yang aku tahu bisa membuat perasaannya lebih baik.

Setelah Hansel membaik aku menarik tubuhnya agar sedikit menjauh. Tanganku bergerak menyeka air mata di kedua belah pipinya. Aku sangat mencintai pria ini, ayah dari bayi yang sedang ku kandung.

"Kau pahlawan kami, Daddy." Hansel memejamkan mata saat aku menyatukan kening kami, aku mengecup hidungnya yang memerah. "Thank's for everything. You're the best and we love you."

Back To You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang