Aku membaca naskah terakhir yang harus aku kerjakan untuk bulan ini. Aku bersyukur bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menumpuk karena pemulihan yang aku jalani saat itu. Semuanya sudah selesai.
Menghela nafas lega karena tidak banyak yang harus aku revisi untuk novel yang akan di terbitkan kali ini. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, pukul 11.00. Satu jam sebelum jam makan siang.
Aku mulai menari kan jari jemariku di atas keyboard, membenarkan letak kacamataku yang sedikit menurun. Sejujurnya mataku sangat lelah karena terus menerus menatap komputer dan tumpukan naskah sejak tadi malam.
Aku mendongakkan kepala ketika melihat satu cup coffe di letakkan di atas mejaku, pelakunya adalah Jasmine.
"Hello, beautiful. Kau kelihatan lelah, minumlah."
Aku mendesah lega dan mengambil coffe tersebut, "Thank's, Jasmine. Ya, aku memang sedikit lelah." Betapa beruntungnya aku memiliki orang-orang yang sangat peduli di sekitarku.
"You're welcome, baby. Kita makan siang bersama nanti, okay?" Jasmine menepuk pundak ku.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala, "Ya. Selamat melanjutkan pekerjaan, Jasmine."
Jasmine tersenyum singkat sebelum melenggang pergi dari kubikel ku. Aku meminum coffe yang diberikannya, mendesah lega ketika cairan hangat mengandung kafein itu menyentuh tenggorokan ku. Rasanya sangat melegakan.
Baru saja aku ingin kembali melanjutkan pekerjaan, sebuah notifikasi pesan terdengar dari ponselku. Aku mengambilnya dan melihat sederet pesan yang masuk. Oh astaga, aku bahkan belum membalas pesan Hansel 2 jam yang lalu. Aku terlalu sibuk dan asik dengan pekerjaan ku.
Fokus ku teralihkan kepada pesan yang berada di deret paling atas, nomor yang sama dengan nomor yang menghubungiku dua minggu yang lalu. Milik Raf.
Aku menggelengkan kepala. Memilih membuka pesan Hansel dan membacanya.
Hansel:
Sayang, aku tidak bisa menjemputmu nanti. Maafkan aku, ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan.Aku tersenyum kecil membacanya. Mengetikkan pesan balasan kepada priaku.
"Astaga." Aku menatap ponselku yang menampilkan panggilan masuk dari Hansel. Hansel pasti sangat khawatir.
Aku menerima panggilan darinya.
"Bella, astaga. Kemana saja kau, sayang? Tidak tahukah kau bahwa aku sangat khawatir?"Suara Hansel terdengar sangat panik, nafasnya memburu dengan cepat.
"Hei, aku baik-baik saja. Maafkan aku, Hansel. Aku tidak membaca pesan darimu." Aku memijat pangkal hidungku, aku merutuki kebodohanku. Seharusnya aku tidak membuat Hansel khawatir seperti ini. Hal ini pasti berdampak pada pekerjaannya.
Hansel menghela nafas, "Kau membuatku khawatir. Jangan seperti ini lagi, Bella."
Aku tersenyum kecil, "Ya, sayang. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Priaku memang benar-benar sangat protektif.
"Pegang kata-katamu, Bella." Aku menganggukkan kepala tanda mengerti, walaupun aku tahu Hansel tidak bisa melihatnya, "Maafkan aku karena tidak bisa menjemputmu hari ini. Kau tidak apa-apa dengan hal ini bukan? Perlukah aku meminta tolong pada Kenneth untuk menjemputmu? Mungkin Darren atau Lala?"
Aku terkekeh kecil mendengar perkataannya yang beruntun, terdengar sangat lucu bagiku, "Hansel, kau tidak perlu melakukan itu. Aku baik-baik saja, sayang. Fokus saja pada pekerjaanmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [End]
RomanceAku, Arabella Agatha Winston, hanya wanita sederhana yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit menjadi seorang editor. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan baruku di Colorado, Amerika Serikat. Insiden pada satu malam membawaku berkelana dalam...