Aku terbangun pukul 11 karena merasakan perutku berdemo meminta diisi, maka dari itu setelah membasuh wajah dan mengikat rambutku menjadi satu aku melangkahkan kaki keluar dari kamar dan menuju dapur.
Namun saat aku melewati ruang tengah aku terlonjak kaget ketika melihat Raf tengah duduk dengan santainya sambil menonton televisi yang tengah menampilkan film The Mortal Instruments: City Of Bones yang di bintangi oleh Lily Collins dan Jamie Campbell Bower, pasti ulah Lala. Siapa lagi yang mengoleksi film bergenre romansa sebanyak sahabat plus calon kakak ipar ku itu?
Dan aku bertanya-tanya dalam hati, apa Raf berminat menonton film seperti itu? Setahuku seorang pria pasti menggemari film bergenre thriller atau action.
Aku berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di samping Raf duduk, saat itu juga ia menatapku dengan mata terbelalak, "Hei, Ara. Kau sudah bangun?" tanyanya sambil bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapanku.
Aku tersenyum kepadanya, "Seperti yang kau lihat," aku beralih menatap layar televisi dan sial saat itu justru menunjukkan adegan Clary dan Jace sedang berciuman, dengan segera aku meraih remote dan mematikannya, "Apa yang kau lakukan disini?" lanjut ku sambil menatapnya dengan kening berkerut. Tentu saja aku harus waspada, aku belum lama mengenal Raf dan sekarang ia justru berada di dalam apartment ku sedang bersantai tanpa ada Lala yang menemani. Otomatis pikiranku berkeliaran ke arah yang negatif.
"Aku hanya ingin memastikan keadaanmu baik-baik saja, Ara. Semalam aku melihatmu di club tengah mabuk, jadi aku memutuskan untuk melihat keadaanmu." jelas Raf dengan fasih.
Aku mengernyitkan dahi, berusaha mengingat-ingat memori semalam. Namun aku sama sekali tidak mengingat bagian aku melihat Raf, mungkin pria itu hanya melihatku sekilas dan sepihak. Aku beralih menatapnya kembali, "Aku baik-baik saja, Raf. Tidak perlu khawatir, lagipula aku bersama Lala dan kakakku."
Raf menghembuskan nafas lega. Kenapa dia terlihat sangat khawatir?
"Aku bersyukur dan bisa bernafas dengan lega jika kau baik-baik saja, Ara." ucapnya sambil tersenyum.
Refleks aku tertawa dengan keras mendengar perkataannya. Ada-ada saja! Jadi ia tidak bisa bernafas dengan lega sebelum memastikan aku baik-baik saja begitu? Aku menggelengkan kepala perlahan untuk menghentikan tawaku yang seperti tidak punya etika di hadapan seorang pria, persetan!
"Dimana Lala? Kenapa ia tidak menemanimu?"
"Lala dan kakakmu izin ke supermarket sebentar, bertepatan dengan aku yang baru saja datang. Lala sempat akan membangunkan mu, namun aku tahu kau pasti butuh istirahat karena efek alkohol semalam." jelasnya.
"Aku minta maaf sudah membuatmu menunggu, Raf." aku jadi malu saat menemukan tamuku duduk sendiri di ruang tengah sedangkan aku tertidur dengan nyaman di atas ranjang. Sebenarnya tuan rumah macam apa aku ini?
Raf menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dengan manis, "Tidak apa-apa, aku bisa mengerti."
Aku membalas senyumannya sambil manggut-manggut pertanda mengiyakan, "Apakah kau lapar, chef Raf?" tanyaku dengan nada menggoda untuk membuka ruang obrolan baru antara kita.
Raf terkekeh mendengar guyonan panggilanku, "Tentu saja, aku sangat lapar." jawabnya.
"Baiklah, karena perutku juga mengatakan hal yang sama," ucapku sambil berjalan menuju dapur di itu Raf yang mengekor di belakangku, "Apa yang ingin kau makan?" tanyaku tanpa menatapnya karena saat ini aku disibukkan dengan melihat-lihat bahan makanan yang tersedia di dalam lemari pendingin ataupun lemari dapur.
"Aku akan dengan senang hati memakan makanan apapun yang kau buat, ms Winston." ucapnya dengan jenaka.
Aku terkekeh pelan dan membalikkan tubuh untuk menatapnya yang ternyata sudah duduk di kursi meja makan sambil menopang dagu dengan tangan kirinya, "Sekalipun makanan itu akan aku berikan racun sebagai bumbu penyedap?" godaku lagi. Entahlah, sangat menyenangkan bersenda gurau dengan Raf.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [End]
Roman d'amourAku, Arabella Agatha Winston, hanya wanita sederhana yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit menjadi seorang editor. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan baruku di Colorado, Amerika Serikat. Insiden pada satu malam membawaku berkelana dalam...