Bab 7.

1.5K 131 0
                                        

Aku mendesah lesu saat melihat pantulan wajahku di depan cermin, astaga! Apa yang Lala lakukan pada bibirku?

"Lala, warna bibirku terlalu mencolok dan ini tebal sekali." protes ku pada Lala yang masih sibuk mengutak-atik rambutku. Aku benci jika sudah menyangkut dengan rambut, rambutku tidak seindah rambut Lala. Lala memiliki rambut coklat bergelombang sedangkan aku memiliki rambut pirang yang sangat susah di atur. Terkadang jika aku bangun tidur, rambutku terlihat seperti sarang burung yang mekar. Oh God!

Lala mendorong kepalaku pelan, "Kau terlihat cantik, Ara."

Aku menggeleng tegas, "Tidak! Aku terlihat seperti Angelina Jolie dalam film Maleficent. Dia terlihat cantik kalau aku justru akan membuat orang-orang yang melihatku lari ketakutan." gerutu ku.

Aku melihat Lala memutar bola matanya jengah, "Baiklah, terserah kau saja," aku mengambil tissue yang Lala sodorkan dan mulai menghapus lipstick yang melekat di bibirku.

"Selesai." teriak Lala ketika sudah selesai berkutat dengan rambutku. Aku menatapnya lewat pantulan cermin. Tangan Lala memang ajaib, rambutku terlihat cantik malam ini. Di biarkan tergerai sampai menutupi setengah punggungku dan ujung rambutku terlihat bergelombang dengan indah.

"Terimakasih. Rambutku terlihat sangat indah." ujar ku sambil memoleskan lipstick berwarna pink di bibirku.

"Sama-sama, adik ipar. Ayo berdiri," Lala meraih tanganku dan mengajak aku berdiri dari tempat duduk, memutar tubuhku menghadap cermin sehingga aku bisa dengan jelas melihat sosok Arabella yang sangat cantik malam ini, "Kau terlihat sangat cantik. Persis seperti Anna saat hendak pergi kerumah orang tua Mr. Grey." aku memutar bola mata jengah dengan ucapan Lala. Lagi-lagi tentang film submissive and dominant itu. Aku memang menyukai filmnya juga, tetapi jika terus menerus di sangkut-paut kan dengan kehidupan nyata aku bosan mendengarnya.

Aku memilih tidak mengindahkan ucapan Lala, mataku fokus meneliti penampilanku malam ini. Dress berwarna biru pastel tidak memiliki lengan dengan panjang di atas lutut membalut tubuh ramping ku dengan sempurna, kakiku di balut dengan flatshoes berwarna hitam dengan pita berwarna pink yang melingkar di atasnya. Penampilanku terlalu manis jika untuk pergi ke club. Sangat berbanding terbalik dengan Lala yang terlihat seperti wanita liar. Lala mengenakan dress berwarna hitam ketat jauh di atas lutut dan memamerkan belahan dadanya yang siap tumpah ruah, make up yang Lala kenakan juga sangat menampilkan kesan berani. Berbeda denganku yang hanya mengenakan make up tipis, terlihat seperti gadis innocent.

Oh padahal aku sudah tidak menyandang status 'gadis' lagi. Persetan!

"Baiklah, ayo kita pergi. Kakakmu sudah mengirim pesan, dia mengatakan sudah menunggu di bawah." aku tersentak kaget oleh suara Lala yang keras. Aku melihat Lala merapihkan rambutnya dan mengecap bibirnya beberapa kali untuk memastikan bibir yang terbalut lipstick berwarna merah darah itu tidak cacat sedikitpun. Aku iri dengan Lala, dia terlihat sangat cantik dan dewasa dengan penampilannya.

Aku terlonjak kaget ketika Lala mencubit pipiku keras, "Jangan melamun begitu, sayang. Kau sangat cantik malam ini, jadi jangan iri denganku," ejeknya seraya menaikturunkan kedua alisnya. Aku mengerjapkan mata berulang-ulang, bagaimana dia bisa tahu isi pikiranku?

"Ayo, kita harus bersenang-senang malam ini." Lala bertepuk tangan dengan riang. Tingkahnya sudah seperti anak berusia 5 tahun yang di berikan mainan baru.

Aku terkekeh dan mengambil tas kemudian menyampirkan nya di atas pundak, "Baiklah, aku siap." sorakku turut antusias.

Lala tertawa dan mengambil tanganku untuk ia genggam, kami bersama-sama keluar dari apartemen dan berjalan sambil bersenda gurau menuju lift. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat sekaligus calon kakak ipar seperti Lala, ia adalah tipe wanita yang penyayang dan humoris. Aku sering di buat tertawa hingga sakit perut oleh gurauannya.

Back To You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang