Bab 19.

1.5K 106 1
                                    

Penghujung bulan Maret, musim dingin masih terasa namun bunga-bunga sudah bermekaran dengan indah menunjukkan bahwa musim semi sudah datang.

Aku menatap jalanan Colorado yang begitu ramai oleh para pengemudi maupun para pejalan kaki dari balik jendela mobil, pertama kali aku kembali ke Colorado setelah kurang lebih 1 bulan menetap di Alaska karena serangkaian pemulihan yang harus aku lalui. Dan sudah 3 bulan lamanya aku tidak bekerja, rasanya aku ingin pingsan jika memikirkan pekerjaanku yang menumpuk.

Aku menoleh ke samping ketika merasakan genggaman di tanganku mengerat, pria yang aku cintai tengah tersenyum manis sambil mengelus tanganku menggunakan ibu jarinya. Aku masih belum tahu kemana sebenarnya Hansel akan membawaku.

Aku salut dengan kegigihan Hansel selama ini. Ia selalu ada di sisiku selama masa pemulihan ku berlangsung, menemani hari-hari ku dan selalu berusaha menebus kesalahannya. Aku rasa, aku tidak akan kecewa sudah memberikan kesempatan kedua untuknya.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatianku, aku melepaskan genggaman tangan Hansel dan merogoh tas untuk mengambil ponsel. Nama Lala tertera di layar ponselku, astaga aku lupa mengabarinya.

Aku menatap Hansel dan mengernyitkan dahi, "Aku harus menyiapkan telinga." Hansel terkekeh dan mengelus pahaku.

"Hai, Lal--"

"Arabella Agatha Winston!! Dasar adik ipar nakal! Kenapa kau tidak mengabari ku jika kau sudah sampai di Colorado?!" Aku menjauhkan ponsel untuk menghalau rasa ngilu di telingaku. Suara Lala sangat kencang sekali.

"Lala, aku minta maaf. Aku lelah jadi aku tidak sempat mengabari mu semalam. Maafkan aku." Aku memang tidak berbohong. Sekitar pukul 11 malam aku dan Hansel sampai di Colorado, begitu sampai di apartement Hansel aku langsung menuju alam mimpi begitu saja.

Aku bisa mendengar Lala menghembuskan nafas, "Baiklah, aku memaafkan mu. Dimana kau semalam? Apartement Hansel." Ok, dia yang bertanya tetapi dia yang menjawab juga.

"Ya, kau sudah menjawabnya."

"Kapan kau akan pulang?"

"Aku ti--"

"Ah baiklah. Mantan kekasih mu itu sudah meminta izin padaku untuk memonopoli kau selama beberapa hari. Menyebalkan sekali! Kau harus tahu bahwa aku juga merindukanmu. Bukan hanya dia! Baiklah, nikmati waktumu bersama mantan kekasih mu yang sexy itu, Ara. Bye, semoga harimu menyenangkan!"

Aku mengerjapkan mata ketika Lala mematikan panggilan secara sepihak. Aku bingung. Lala dan segala keajaibannya. Aku hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkekeh pelan.

Aku tersentak kaget ketika merasakan benda kenyal dan juga basah melumat bibirku, menggigitnya perlahan dan menelusup kan lidahnya ke dalam mulutku. Tentu saja itu ulah Hansel.

Aku mendesah ketika tangannya mengelus paha dalam ku dengan sensual. Mengecup bibirku mesra sebelum melepaskannya, "Apa yang Lala katakan?"

Aku hanya bisa menatapnya bingung, mendapat serangan bertubi-tubi seperti itu membuat cara bekerja otakku menjadi lambat. Hansel tertawa dan kembali mencium bibirku.

Aku baru sadar ketika Hansel kembali menjalankan mobilnya ketika traffic light sudah berubah menjadi lampu hijau. Aku mengernyitkan dahi ketika melihat papan penunjuk jalan, "Hansel.."

"Ya, sayang?"

"Denver?"

Hansel tersenyum dan mengangguk. Aku baru sadar jika sekarang kami berada di Denver, ibu kota serta kota terbesar di negara bagian Colorado, Amerika Serikat. Dan untuk apa Hansel mengajakku kesini?

Back To You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang