Bab 8.

1.5K 107 2
                                    

Aku mengerang lirih seraya memijat pelipis ku yang terasa berdenyut nyeri, aku mencoba membuka mata dan mendorong rasa sakit yang semakin terasa seiring mataku terbuka. Aku terlonjak duduk dan menutup mulutku dengan kedua telapak tangan, oh astaga alkohol sialan!

Aku mengedarkan pandangan untuk mencari di mana letak toilet, setelah melihat pintu yang aku yakini sebagai toilet dengan tergesa-gesa aku turun dari atas ranjang dan berlari menuju pintu tersebut. Aku bernafas lega ketika berhasil memasuki ruangan tersebut, aku langsung berlari menuju kloset dan membukanya. Memuntahkan semua isi perutku, hanya ada cairan bening yang aku yakini alkohol yang semalam aku teguk habis-habisan. Oh Tuhan, aku tidak akan pernah mau menyentuh minuman laknat itu lagi.

Aku terus memuntahkan cairan tersebut seraya memijat pangkal hidung, tubuhku benar-benar lemas sekarang. Apalagi aku belum memasukkan makanan apapun dari kemarin sore.

Aku menopang tubuhku menggunakan lutut dengan tangan yang menekan kloset dengan erat saat cairan bening itu terus menerus keluar tiada henti di tambah lagi dengan hantaman di kepalaku yang terasa sebentar lagi akan pecah.

Aku menekan flash ketika mual yang aku rasakan sudah tidak separah beberapa menit terakhir, namun masih ada saja muntah yang keluar dari mulutku. Energi ku benar-benar terkuras habis, ketika aku mengeluarkan cairan yang menjadi penopang kekuatan tubuhku satu-satunya. Dan perutku sekarang terasa sangat lapar.

Aku tersentak kaget ketika merasakan pijatan lembut di belakang leherku, dengan refleks aku memutar kepala ke belakang dan saat itu juga nafasku tersendat dengan degup jantung yang menggila, "Oh Tuhan." aku terjatuh duduk di atas lantai marmer dengan tiba-tiba sehingga membuat punggungku membentur kloset.

Oh, rasanya duniaku berputar saat itu juga. Apalagi ketika aku melihat tatapan khawatir dari manik pria yang saat ini berjongkok di hadapanku sambil menyentuh pipiku, "Are you okay, Bella?"

Aku menggelengkan kepala dengan perlahan, sungguh aku tidak percaya semua ini! Suaranya, harum tubuhnya, sentuhannya, raut wajahnya, semua itu bisa aku lihat dengan jelas saat ini. Bagaimana bisa aku berada disini dengannya? Apakah semalam aku tidak bertemu dengan Christian Grey? Edward Cullen? Romeo Montague?

Sepertinya tidak! Jutsru aku bertemu dengan Hansel Cedric Dayton! Aku bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan terhadapnya semalam. Aku memang sempat mengira bahwa itu adalah Hansel, namun aku mendoktrin diriku sendiri bahwa yang bersamaku semalam adalah tokoh-tokoh pria dari film romansa yang sering Lala saksikan.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Entah aku harus berhambur ke dalam dekapan hangatnya atau menampar pipinya habis-habisan? Aku sungguh di buat terpaku dengan keadaan yang ada.

"Hei." aku mengerjapkan mata dan tersadar dari segala kerumitan yang terus menerus berputar memenuhi kepalaku ketika merasakan tangannya membelai rambutku dengan lembut. Apa-apaan? Beberapa minggu yang lalu saat pertemuan tidak di sengaja kita di rumah sakit ia terus mendorongku menjauh, namun sekarang ia berperilaku lembut yang membuat hatiku menghangat.

Aku menggelengkan kepala sambil menatap iris coklat terangnya, "Aku baik-baik saja." jawabku.

Perlahan aku melihat Hansel bangkit berdiri dan meraih kedua telapak tanganku guna membantuku berdiri, aku mengeratkan pegangan pada tangannya ketika kepalaku terasa berputar. Aku membenci alkohol sialan itu!

"Apa kau yakin baik-baik saja?" tanyanya lagi.

Aku hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepala, perlahan aku melepaskan genggaman tangannya di tanganku. Aku ingin merasakan kehangatan itu terus melingkupi kedua tanganku, namun saat ini aku tidak bisa! Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan!

Back To You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang