Ketika aku dan Raf keluar dari toko tersebut, aku mendapati tatapan tajam Darren yang menghunus begitu dalam kepadaku, "Dari mana saya, Ara?" O-ow, jika Darren sudah memanggil namaku langsung, itu artinya dia sangat marah. Tetapi, marah karena apa?
"Melihat-lihat kemeriahan yang ada disini."
"Itu bagus," Lala menimpali, "Jadi apa saja yang sudah kau lihat?" Lala menarik tanganku menjauh dari Darren dan Raf. Aku menoleh untuk melihat mereka, dan lagi-lagi Darren sepertinya sangat tidak menyukai Raf. Apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku?
"Lala,"
"Ya, sayang?" Lala memotong ucapanku. Aku berdecak malas dan mencubit lengannya hingga ia mengaduh kesakitan.
"Dengarkan aku dulu," Lala mengangguk sambil mencebikkan bibirnya,"Apa kau melihat sesuatu yang aneh dengan Darren dan Raf?"
"Aneh?" Lala menatapku dengan kerutan di dahinya pertanda bahwa ia tidak mengerti dengan perkataan ku.
"Ya, aneh," Aku menoleh untuk menatap ke arah mereka yang masih sibuk bercakap-cakap, dan jangan lupakan tatapan tajam mereka masing-masing, "Mereka tidak seperti orang asing yang baru saja bertemu, mereka terlihat seperti orang yang bertemu kembali setelah sekian lama. Apa kau menyadari itu?"
Lala menyentuh dagu nya dengan jari telunjuk kemudian mengetuk-ngetuk nya dengan bola mata yang berotasi, dasar ratu drama satu ini, "Berbicara denganmu tidak pernah serius. Sudahlah, lupakan perkataan ku."
"Hei, tunggu," Lala menarik tanganku ketika aku mau meninggalkannya, "Jangan merajuk, cantik. Aku tidak melihat apa yang kau lihat dari kedua pria tampan itu," Aku memutar bola mata jengah, "Mereka terlihat tidak banyak berinteraksi, mungkin canggung karena baru mengenal satu sama lain. Lagipula, kau tidak usah khawatir. Tidak ada apa-apa di antara mereka. Darren, kekasihku dan Raf, calon kekasihmu. Mereka bukan penyuka sesama jenis. Ouw!" Lala meringis dan mengusap-usap pinggangnya yang menjadi sasaran cubitan maut ku. Aku kira perkataannya serius. Menyebalkan sekali!
"Menyebalkan!"
"Aku berkata serius. Kau tidak usah khawatir, tidak ada yang terjadi di antara mereka. Percaya pada kakakmu, Darren tidak mungkin mengkhianati kepercayaan mu untuk yang kedua kalinya." Raut wajah Lala sekarang berubah serius, sahabatku ini terlihat yakin dengan kata-katanya.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Darren, Raf." Panggil Lala sambil melambaikan tangan, "Kemari. Festivalnya akan segera dimulai."
Aku menatap jam di pergelangan tangan dan memang benar, beberapa menit lagi festival akan dimulai. Warga sekitar yang ada mulai menunggu dengan antusias, aku dapat melihat beberapa anak kecil yang tadi menghias pohon Natal bersamaku. Termasuk Chris, bocah kecil itu melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum cerah. Aku tersenyum dan membalas lambaian tangannya.
"Bocah kecil itu terlihat sangat menyukainya, Ara." Aku menoleh dan tersenyum membalas perkataan Raf.
"Dia sangat menggemaskan."
"Ara, lihat itu." Lala berteriak dengan heboh ketika para penunggang kuda, kereta, dan kereta luncur berpakaian kostum Natal mulai melintas di hadapan kami.
Astaga, ini sangat menakjubkan. Aku seperti melihat Santa Claus dengan pasukannya turun dari atas langit dan bersedia membagi-bagikan kado Natal untuk anak-anak. Aku bertepuk tangan ketika salah satu dari mereka yang menggunakan baju Santa Claus memberikan sebuah kado untukku. Aku mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.
Festival berlangsung dengan meriah dan disambut dengan baik oleh warga sekitar, mereka memang sudah terbiasa dengan festival Wassail Weekend tersebut. Sudah menjadi tradisi dan keharusan yang mereka lakukan ketika menjelang malam Natal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [End]
RomanceAku, Arabella Agatha Winston, hanya wanita sederhana yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit menjadi seorang editor. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan baruku di Colorado, Amerika Serikat. Insiden pada satu malam membawaku berkelana dalam...