Bab 1.

4.7K 210 1
                                    

"Oh Tuhan, Lala! Kecilkan volumenya." teriakku dengan keras.

Demi Tuhan! Sudah selama lima menit terakhir aku mengingatkan Lala Kester yang notabennya adalah sahabatku, justru yang aku dapatkan suara Beyonce dengan lagu Single Ladies semakin menggelegar di dalam apartemen sederhana ini.

Aku bahkan takut rumah yang baru saja aku tempati selama hampir dua bulan terakhir ini runtuh begitu saja. Belum lagi gerutuan dari para tetangga, ayolah apartemen kami bukan apartemen kedap suara. Terkadang aku berteriak sedikit saja langsung mendapatkan damprat tembok dari tetangga sebelah kami yang sangat cerewet.

"Lala please. God, aku masih mengantuk Lala." entah sudah berapa kali aku berteriak seperti ini, Lala memang sangat sulit di beritahu. Apalagi yang bersangkutan dengan kesenangannya, wanita itu lebih keras kepala dari padaku.

Maka yang bisa aku lakukan adalah menutup kepala terutama telingaku dengan bantal, yang aku butuhkan saat ini hanya tidur.

Tumpukkan naskah sialan itu membuat aku lembur hingga pukul satu malam dan sekarang baru pukul lima. Masih ada waktu dua jam untuk pergi ke kantor.

Tetapi wanita dengan rambut pirang yang tinggal denganku itu merusak semuanya, jika aku bisa Lala sudah aku lemparkan ke gunung Pikes Peak. Masa bodoh!

Sangat sulit mencoba tidur dengan pulas di bawah suara Beyonce yang mengalun dengan sangat keras, astaga sadarkah ia bahwa itu pasti mengganggu para tetangga lain? My God, Lala!

Baru beberapa menit aku mencoba terlelap kembali, namun suara ketukan pintu membuat aku terlonjak kaget. Bukan, itu bukan ketukan. Tapi dobrakan, apa lagi yang wanita berusia 27 tahun itu lakukan?

"Come on, Ara. Wake up, apakah kau tidak bekerja hari ini?" sayup-sayup aku masih bisa mendengar suara teriakan Lala di tengah beat lagu yang masih mengalun. See? Wanita itu memang ajaib, ada saja ulahnya mengganggu mimpi indah ku.

Aku memilih untuk tidak menanggapi ucapannya, biarkan saja! Aku hanya butuh istirahat!

Sepertinya Lala sudah pergi dari depan pintu kamarku, lagu yang mengalun pun volumenya sudah di turunkan. Oke baguslah, sepertinya wanita itu lelah sendiri.

"Hell! Lala!" asumsi ku sangat meleset sempurna.

"Ayo bangun ratu tidur." ternyata disinilah Lala berada. Menindih ku dengan tubuh rampingnya seraya memukul-mukul kepalaku dengan bantal.

Astaga, kenapa aku mempunyai sahabat yang sangat cerewet? Lebih baik Lala tinggal dengan tetangga kita yang cerewet itu saja, aku yakin mereka akan cocok.

"Jangan menggangguku Lala, aku masih butuh tidur." aku merengek dengan nada penuh permohonan.

Berharap bahwa Lala akan luluh melihat muka memelas ku, jika tidak mungkin wanita yang gila menggambar ini akan terus menggangguku hingga nanti. Tuhan, aku hanya punya waktu satu jam lagi untuk tidur.

"Ayolah Ara, waktunya bangun. Aku sudah menyiapkan makanan, temani aku makan." astaga, justru sekarang Lala balas merengek. Wanita ini memang bisa menjadi manja dan keras kepala dalam waktu bersamaan.

"Lala, please. Yang aku butuhkan sekarang hanya tidur, aku lembur semalam dan aku sangat mengantuk sekarang. Makanlah sendiri okay? Lagipula mengapa kau menjadi manja seperti ini?" ujar ku sedikit teredam oleh bantal, semoga saja Lala mendengarnya.

Hening sejenak.

"Baiklah, maafkan aku kalau begitu," astaga, Lala. Tiga puluh menit waktu tidurku terbuang, "Aku akan berangkat ke butik sebentar lagi, aku juga sudah menyiapkan makanan untukmu. Panaskan saja nanti, have a nice dream sleeping head." Lala menarik bantalku dan mendaratkan sebuah kecupan ringan di pipi kananku. Ini baru Lala yang ku inginkan.

Back To You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang