Aku bisa melihat Darren yang baru saja keluar dari dalam mobil, berjabat tangan ala pria dengan teman-temannya dan melemparkan senyum kepada para wanita yang berpakaian kurang bahan.
Apa yang Darren lakukan disana? Apakah ia akan balapan? Dan dimana orang yang berbicara dengannya di panggilan tadi? Hansel?
Dan sebenarnya apa yang aku harapkan?
Lama aku berdiam dalam posisi seperti ini dan terus memantau keadaan sirkuit di seberang sana, sampai dimana suara sorakan serta tepuk tangan membuatku mengernyitkan dahi. Satu kata yang dapat indera pendengaran ku tangkap yaitu 'Golden'. Aku memicingkan mata untuk melihat siapa orang yang berada di dalam mobil berwarna hitam metalic itu, aku tidak tahu itu mobil jenis apa. Tetapi perlu aku akui mobilnya terlihat berbeda dari mobil lain yang ada disitu, terlihat lebih berkilau dan mendominasi.
Mobil itu berhenti tepat di hadapan Darren. Seorang pria memakai jaket kulit berwarna hitam keluar dari mobil itu dan langsung berpelukan dengan Darren, aku tidak bisa melihat wajah pria itu karena tubuhnya yang membelakangi ku. Siapa sebenarnya pria itu? Mengapa keadaan sirkuit jadi begitu riuh seolah-olah sedang menyambut kedatangannya? Dan kenapa ia terlihat begitu akrab dengan Darr-.
Ya Tuhan.. Apa maksudnya.. Bagaimana bisa.. Ada apa ini..
Duniaku berhenti untuk sesaat ketika pria itu membalikkan tubuhnya, aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Sangat jelas!
Ternyata benar? Darren dan Hansel? Pria yang berbicara dengan Darren di panggilan adalah Hansel? Lalu apa hubungan Hansel dengan sirkuit ini? Apakah mungkin jika Hansel sama seperti Darren? Hobi dan sirkuit?
Begitu banyak pertanyaan yang bermunculan dalam kepalaku, namun aku tak menemukan satupun jawaban. Ini begitu membuatku frustasi.
Sosok pria yang sangat aku cintai namun berhasil menorehkan luka begitu dalam. Sosok yang mendorongku menjauh. Juga sosok yang selama beberapa bulan terakhir ini berusaha aku lupakan.
Dia disana. Berdiri di hadapanku dengan jarak puluhan meter yang memisahkan kita. Tersenyum dengan lebar seolah tidak mempunyai beban apapun dalam hidupnya. Dan kenyataan yang lebih menyakitkan lagi, Darren ada disana. Berada dekat dalam jangkauan Hansel. Seseorang yang begitu aku percayai dan seseorang yang begitu aku andalkan. Apa ada hal lain yang Darren sembunyikan lagi dariku? Sungguh, aku tidak akan sanggup.
Aku mencengkram tali tas yang aku gunakan, sekedar menghalau rasa sakit yang menusuk dadaku dengan begitu telak. Rasanya sakit sekali, sangat sakit.
Dengan berlinangan air mata aku berlari menghampiri mereka, berkali-kali aku menghapus air mata namun berkali-kali juga air mata itu menetes. Sialan, aku tidak mau terlihat lemah. Tetapi apa yang bisa aku lakukan untuk mengurangi rasa sakit ini? Apa yang harus aku lakukan?
"Darren." Aku bisa melihat keterkejutan di dalam manik Darren. Aku beralih menatap Hansel sambil menggelengkan kepala pelan.
"Bella..." Sialan, aku benci kenyataan saat namaku keluar dari mulutnya aku masih merasakan debaran menyenangkan itu. Sama seperti awal pertemuan kami.
Aku beralih menatap Darren, "Kebohongan apa lagi ini, Darren?" Darren menggelengkan kepalanya dan berusaha meraih tanganku, aku menjauh dan menatapnya dengan kecewa, "Apa lagi? Apa lagi, Darren?"
"Aku bisa jelaskan semuanya, Ara. Aku mohon." Jelaskan? Berapa kali akan ada penjelasan dari bibirnya? Seterusnya?
"Pembohong! Aku kecewa padamu, Darren. Sangat!" Aku membalikkan tubuh dan menatap Hansel dengan tatapan tajam, "Dan kau," Aku memukul dadanya dengan keras, melampiaskan kekecewaan yang begitu mendalam, "Kau adalah bajingan paling brengsek di bumi ini." Aku menatap Hansel saat mengatakan itu. Menekankan bahwa memang ia bajingan sialan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [End]
RomanceAku, Arabella Agatha Winston, hanya wanita sederhana yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit menjadi seorang editor. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan baruku di Colorado, Amerika Serikat. Insiden pada satu malam membawaku berkelana dalam...