"Good morning, Ara."
Aku menoleh dan mendapati Lala berdiri di belakangku, ia tersenyum dan mengecup pipi kiri ku.
"Hei, good morning." balasku.
"Apa yang sedang kau masak?" tanyanya.
"Seperti biasa, Ayam Fajitas. Persediaan bahan makanan yang ada terbatas, aku belum sempat membelinya di supermarket." ujar ku.
"Aku bisa membelinya hari ini, lagipula hari ini aku tidak pergi ke butik."
Aku membalikkan tubuh dan aku baru menyadari jika memang pakaian yang Lala pakai hanya sebuah piyama satin, sama sekali tidak menggambarkan bahwa ia siap pergi ke butik, "Kenapa? Ada masalah?" tanyaku seraya kembali membalikkan tubuh untuk berkutat pada masakan yang sudah hampir matang.
"Tidak ada masalah apapun, Ara. Hanya saja tidak ada yang harus aku kerjakan di butik, aku akan melanjutkan design yang aku buat disini saja."
Aku menganggukkan kepala untuk merespon ucapan Lala, "Baiklah, kalau begitu kau bisa membantuku membeli persediaan bahan makanan dan beberapa keperluan yang lainnya."
"Tentu saja." balas Lala.
Aku menyajikan Ayam Fajitas dan membawanya ke meja makan, Lala bersorak senang melihat makanan kesukaannya. Sahabatku ini memang tidak pernah bosan dengan makanan kesukaannya, padahal hampir setiap hari kita memakan menu yang sama. Jangan salah, walaupun aku dan Lala asli orang Amerika namun sarapan pagi kita tidak pernah memakan roti dan semacamnya. Pasti selalu makanan berat yang menjadi asupan pagi kita. Beruntung aku dan Lala masih bisa menjaga badan yang ideal menurut kaum Hawa.
"Makanlah." kataku seraya mengambil tangan Lala dan menggenggamnya kemudian berdoa untuk makan pagi kita.
Lala makan dalam porsi yang besar sehingga membuat aku mengernyitkan dahi melihatnya, "Lala, kemana makanan yang selama ini kau makan? Kenapa tubuhmu tetap saja bagus sedangkan makanan yang kau makan seperti orang yang tidak pernah makan selama berbulan-bulan."
Lala menatapku dan tersenyum dengan mulut penuhnya, "Itu rahasia setiap wanita, sayang." matanya mengerling jahil ke arahku.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya, "Whatever."
"Ara, hari ini kau tidak lembur bukan?" tanya Lala.
Aku menengadahkan pandangan guna menatap wajah Lala, kemudian menggelengkan kepalaku, "Tidak, hari ini aku hanya akan merevisi beberapa bagian lagi sebelum di serahkan ke bagian penerbitan. Ada apa?"
Lala tersenyum menatapku, "Sebenarnya aku dan Darren mempunyai rencana, kita ingin mengajakmu pergi ke club. Perusahaan tempat kakakmu bekerja sedang naik pesat akibat mereka lagi-lagi memenangkan tender."
"Benarkah? Itu sangat bagus, aku senang mendengarnya. Kenapa Darren belum memberitahuku?"
Kepala Lala menggeleng perlahan, "Darren mengatakan padaku bahwa ia akan memberitahumu siang ini. Semalam ia menghubungiku pukul 1, untung saja aku belum terlelap. Kakakmu itu memang sedang sibuk belakangan ini." jelas Lala.
Ya, aku bisa mengerti itu. Darren dan Austin memang sedang bekerja keras untuk memajukan perusahaan yang Austin dirikan. Sebenarnya perusahaan itu sudah cukup berkembang, namun Austin memang memiliki ambisi yang sangat besar dalam hal pekerjaan. Ia tidak akan puas sebelum meraih kata 'sukses' menurut definisinya.
"Baiklah, pukul berapa?"
"9. Cepatlah pulang dan aku akan membuatmu terlihat cantik malam ini, sayang." Lala berkata dengan antusias.
![](https://img.wattpad.com/cover/235051083-288-k547864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [End]
RomanceAku, Arabella Agatha Winston, hanya wanita sederhana yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit menjadi seorang editor. Mencoba beradaptasi dengan lingkungan baruku di Colorado, Amerika Serikat. Insiden pada satu malam membawaku berkelana dalam...