Hari Ke - 5

412 72 26
                                    

"Paket, jienti!"

Suara mas-mas kurir pengantar barang terdengar dari lantai bawah. Tepat di depan pintu pagar rumah kos, pria yang menggunakan jaket merah dan silver—jaket seragam khusus perusahaan ekspedisi itu, menunggu.

"Buat siapa mas?" aku bisa mendengar suara khas Dira yang baru keluar dari dalam rumah utama yang berada satu lantai di bawah kamar kosanku.

"Buat mba Jenita Nozaria."

"Oh, sini mas saya terimain aja, yang punya paket masih molor palingan."

"Dengan kak Dira, kan?" tebak sang kurir.

"Kok tau?" Dira bertanya heran.

"Kan saya sering anter ke sini jadi hapal sedikit orang-orang di rumah kos ini, Kak," jawab sang kurir.

"Oh, oke makasih ya, Pak!" seru Dira.

Aku bisa mendengar suara kaki Dira yang menghentak-hentak ketika menaiki tangga menuju ke lantai dua dari samping garasi, yang merupakan satu-satunya akses menuju ke lantai atas.

"Bengek! Paket lo dateng nih!" sorak Dira ketika memasuki pintu lantai kami. "Jen?" panggilnya sambil mengetuk pintu kamar kos Jenita.

"Udah ke kampus kali?" Aku bisa mendengar celetuk suara Adel menyambut suara sorakan Dira.

"Nggak mungkin, jadwal kelas dia hari ini bareng gue semua."

"Palingan masih molor," terka Adel.

Aku yang mendengar kehebohan pagi-pagi, mau tidak mau keluar dari dalam kamarku untuk melihat sumber keributan secara langsung.

"Ada apa sih, jam segini udah heboh?" tanyaku sembari mengunci pintu kamar kosanku karena hendak berangkat ke kampus.

"Widih, princess jam segini udah cakep," goda Adel.

"Iya dong, janjian mau ketemu koordinator acara LDKM FT."

"Oh, yang namanya Haikal-Haikal itu?" tanya Dira.

"Iyes, lo kenal?" tanyaku penasaran.

Dira menggelengkan kepalanya. "Janjian di mana?" tanyanya ingin tahu.

"Nggak tau, gue sama Kak---"

Suara klakson motor terdengar dari bawah, memotong kalimat yang belum selesai kuucapkan.

Baik Adel maupun Dira, menatap ke arahku dengan penuh tanya.

"Cie, sama kak Ditya," goda Adel. "Curiga gue, kalian modus!" serunya.

"Jadi, lo mau ketemu Haikal atau mau jalan sama kak Ditya sih?" tanya Dira.

"Mau ketemu Haikal, beneran mau ngomongin LDKM ini. Ya, karena kemaren kak Ditya nawarin mau anter, masa iya gue tolak." Aku tersipu malu setelahnya.

"Ah, ini mah modus." Dira berkelakar.

Aku terkekeh menanggapi candaan keduanya.

"Udah ya, gue jalan dulu. By the way, Jenita belum bangun masih ada di kamarnya itu. Coba aja buka pintunya palingan nggak dikunci," usulku.

Mendengar saranku, Dira mencoba membuka kenop pintu. "Oh iya, nggak dikunci. Nanti gue tinggal aja paket ini di kamarnya."

"Oke, bye," pamitku.

"Hati-hati!" seru Dira dan Adel berbarengan.

Kak Ditya yang telah menunggu di bawah, memamerkan senyumnya ketika melihatku keluar dari pintu pagar.

"Nih, helmnya dipake," pintanya

Aku tersenyum melihat helm biru bergambar Doraemon itu lagi.

"Apa aku bilang, mestinya kamu nggak usah kembaliin dulu ini helm, bisa dipakai lagi kan?" ungkapnya.

28 Hari Mencari Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang