Hari Ke - 23 | Ingatanku

272 51 5
                                    


Masih akan menceritakan flashback
Chapter ini dan beberapa chapter ke depan
_______________________________________

Seperti terbangun dari tidur yang panjang, seperti itu rasanya saat aku mendapatkan lagi ingatan yang hilang. Aku menilik satu persatu wajah teman-temanku yang terpaku saat kukatakan aku ingat semuanya. Begitu pula dengan Dira yang saat ini telah basah dengan air mata.

"Lo inget? Semua?" ulang Dira.

Aku mengangguk.

Tanpa bisa kucegah semua tubuh berkerumun, lalu memelukku yang berada di tengah.

"Alhamdulillah!" seru Adel.

Saat mereka melepas pelukan, saat itulah satu buah tanya muncul di benak ini...

"Mereka ngapain kirim ulang surat yang sudah pernah gue terima?" tanyaku.

"Mereka siapa, Kak?" tanya Riana.

"Kak Tazky, Dodit, Haikal, kak Jeff," jawabku.

"Supaya lo inget lagi sama Jodi." Jenita ikut menjawab.

"Min..." lirih Dira sembari mengambil telapak tanganku untuk digenggamnya. "Jodi..." Dia menggantung kalimatnya.

"Kenapa sama Jodi? Dia baik-baik aja, kan?" tanyaku.

Setelah aku menanyakan hal itu, semua wajah menunduk dan tak ada yang berani menatapku.

"Kenapa malah pada nunduk? Jodi baik-baik aja, kan?" ulangku.

Melihat Dira yang menggelengkan kepala aku seperti paham dengan apa yang terjadi pada Jodi. Spontan, aku menutup bibirku karena aku ingat melihatnya dengan mata kepalaku bagaimana kondisi Jodi saat itu.

Hatiku seperti diremas duka membuat air mata tak malu-malu menampakkan dirinya. Pipiku basah karena tak berhasil menahan emosi yang membuncah.

Aku diliputi rasa bersalah, akulah penyebab kecelakaan itu terjadi.

🐧🐧🐧

Depok, November 2019....

Setiap hari, sebelum masuk kelas untuk memulai kuliah aku selalu mampir ke lokerku di Lantai tiga gedung kampus, bersama dengan Dira yang memang kebetulan lokernya bersebelahan denganku. Namun kali ini, tak ada Dira yang menemani karena gadis itu sedang ijin tak masuk karena demam.

Sepucuk amplop kecil terselip di sela-sela loker, amplop bergambar Winnie The Pooh seperti amplop angpau yang biasa dijual di pinggir jalan menjelang Idul Fitri.

Semoga isinya uang. Pikirku.

Saat kubuka, sepucuk kertas kecil yang berserabut seperti kertas daur ulang ada di dalamnya. Terdapat tulisan tangan di dalamnya, begitu rapi, bertuliskan...

Kata Albert Einstein, "Kamu nggak bisa menyalahkan gravitasi untuk jatuh cinta."

Bagaimana bisa aku menyalahkan gravitasi? Kalau gravitasiku itu adalah kamu.

-Pengagum Rahasiamu-

"Norak banget, sih?" cibirku.

Setelah membaca tulisan itu, aku memasukkan lagi amplop kecil itu di loker, tapi belum sempat aku mengembalikan ke dalam loker, Jenita yang kebetulan lewat mengambil amplop kecil itu hingga terlepas dari tanganku.

28 Hari Mencari Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang