Hari Ke - 26 | Ingatanku 4

256 52 0
                                    

"Sayang..." lirihnya saat menghampiriku duduk sendiri di perpustakaan.

Atensi tak kualihkan dari layar laptop bahkan ketika dia sudah duduk di sebelahku.

"Ih, dipanggil nggak nyaut!" protesnya. "Kamu marah?" tanyanya.

"Menurut kamu?" Aku balik bertanya.

"Iya, aku minta maaf, aku jadi jarang quality time sama kamu. Gimana cara aku nebusnya?" tanyanya.

Aku mengangkat kedua bahuku, lalu mendengar dia mengembuskan napasnya dengan kasar. Dari sudut mataku aku melihat dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Entah apa yang dia lihat di sana, aku tak terlalu peduli, karena fokusku masih tertuju pada layar laptop di hadapanku, menyusun naskah dan rangkuman untuk lomba debat beberapa minggu lagi.

"Sayang, cek email kamu deh," pintanya.

"Memangnya ada apa di email aku?"

"Buka dulu, aku barusan kirim email."

Dengan malas kubuka kotak masuk surat elektronik yang jarang aku gunakan, karena hanya kugunakan untuk membuat akun media sosial. Dua buah kotak masuk yang berasal dari alamat surel KAJ(at)gmail.com langsung kubuka, tidak ada bodytext hanya lampiran di dalamnya. Kotak masuk pertama berisi brosur wisata balon udara di daerah Ciwidey, kotak masuk yang kedua berisi tiket elektronik kereta api Parahyangan tujuan Bandung dengan namaku tercetak di sana.

Aku menoleh ke arah Jodi.

"Gimana?" tanyanya.

"Gimana apanya? Ini tiba-tiba ada tiket kereta gini?" tanyaku.

"Iya barusan aku pesen tiket kereta buat kita ke Bandung, kan kamu juga udah lama nggak pulang ke rumah, nggak kangen apa sama ayah dan ibu kamu?"

"Terus?"

"Nah sekalian, kita jalan-jalan ke Ciwidey naik balon udara."

"Aku nggak mau!" jawabku lalu berpaling memandang layar laptop lagi.

"Yah, kenapa?" tanyanya kecewa. "Aku udah pesen itu tiket keretanya masa dibatalin?"

"Yah, batalin aja. Tinggal dateng ke Stasiun Gambir terus minta pengembalian dana." Aku mengucapkan dengan enteng dengan mata yang tak lepas dari layar laptop.

"Kenapa sih? Kamu segitu marahnya ya sama aku?" tanyanya.

Pertanyaannya membuat aku sontak menoleh lalu menutup layar laptopku dengan kasar.

"Coba kalau sekarang kondisinya aku balik, kita lagi nonton di bioskop lalu aku terima telepon dari Kak Ditya, terus aku tinggalin kamu sendirian di bioskop, gimana perasaan kamu?" tanyaku.

Jodi terlihat berpikir sejenak. "Ya, aku nggak mau kalau kamu tinggal. Lebih baik aku ikut kamu samperin si Ditya, sekalian aku anterin kamu."

Bener juga, sialan.

"Ya, pokoknya aku nggak suka kamu tinggalin aku kayak waktu itu," kesalku lalu meninggalkan dia di dalam perpustakaan karena tidak nyaman membuat keributan di dalamnya.

"Sayang..." lirihnya sambil mengikuti berjalan di belakangku. "Maaf," ucapnya lalu berjalan mendahuluiku dan menghentikan langkahku.

Jodi mengambil dua telapak tanganku. "Maafin ya, aku lebih utamain menghabiskan waktu sama Kanaya dibanding sama kamu, tapi bulan depan Kanaya juga udah pulang lagi ke Aussie. Ini cuma selama dia ada di sini aja, kok," terangnya.

Aku menarik tanganku dari genggamannya tak berkata apapun hanya memandang wajahnya. Ingin rasanya berkeras hati tak mau luluh dengan raut wajahnya dan tatapan matanya yang memelas dan bentuk bibirnya yang dengan sengaja dia majukan sehingga mirip seperti ujung buah belimbing.

28 Hari Mencari Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang