Hari Ke - 28

615 62 10
                                    

"Kak Jeff, kan?" tanyaku.

"Lo inget gue?" Dia balik bertanya.

Aku mengangguk.

"Ternyata bener yang dibilang Marie," ungkapnya lalu menghela napas panjang. "Gimana rasanya bisa inget semua lagi?" tanyanya.

"Aneh," jawabku.

Dia terkekeh. "Gue seneng lo balik lagi, jadi lo yang dulu."

Aku menaikkan sebelah alisku. "Memangnya, aku nggak seperti aku?"

"Lo nggak tau sih gimana rasanya ketika orang yang lo kenal baik, tiba-tiba lupa sama diri kita. Gue, Dodit, Haikal dan Julian, sedih banget waktu denger ingatan lo hilang sebagian." Dia melanjutkan, "berpapasan sama lo, tapi lo sama sekali nggak nyapa karena ingatan lo tentang kita hilang."

Dia benar, karena ingatan terakhirku saat sadar pasca kecelakaan itu adalah ketika aku dilantik menjadi sekretaris BEM. Aku belum mengenal Jodi saat pelantikan itu, otomatis aku menjadi tak mengenal satu lingkaran pertemanannya saat memori tentangnya lenyap.

"Jodi, di mana Kak?" Tiba-tiba aku teringat lagi bahwa laki-laki ini adalah sumber jawaban atas pertanyaanku. "Teman-teman aku nggak ada yang kasih tau di mana Jodi."

Pandangan mata kak Jeff berubah sendu, senyum yang sejak tadi tak segan dia perlihatkan padaku kini lenyap.

"Mereka nggak tega kasih tau ke lo," ungkapnya.

"Kenapa?"

"Gue nggak bisa jelasin di sini, sebaiknya ikut gue aja, gue antar ketemu Jodi. Nanti lo juga tau alasannya."

Aku mengangguk.

Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, mengetuk-ngetuk layarnya beberapa kali lalu mendekatkannya ke telinga.

"Bro, semuanya ya ke tempat Jodi, si Mima sama gue, sekarang."

Dia berkata entah dengan siapa membuatku semakin penasaran, siapa 'bro' yang dia tujukan ketika menelepon seseorang.

"Kak, mau nunggu sebentar, kan?"

"Kenapa? Lo ada perlu?" tanyanya dengan heran.

"Mau sholat dulu, Kak," kataku.

Seulas senyum merekah lagi dari wajah Kak Jeff. "Oh, iya gue tunggu."

__________

Bau obat-obatan yang khas, orang yang berlalu lalang, beberapa orang yang mengenakan jas putih dan perempuan-perempuan berseragam biru muda menjadi pemandanganku saat ini. Berjalan di sebelahku kak Jeff yang sejak tadi tak banyak bersuara, hanya mengarahkanku ke mana harus melangkah.

Sekarang, aku berada di sebuah rumah sakit swasta ternama yang lokasinya di luar Jakarta. Mengikuti langkah kak Jeff masuk ke dalam lift aku melihatnya memencet angka tiga di deretan papan tombol lift itu. Pintu lift terbuka tepat di lantai yang kami tuju, berjalan sedikit di koridornya sebelum masuk ke bagian kamar perawatan, seorang petugas keamanan yang menunggu di depan pintu masuk memeriksa kami.

Sangat ketat. Pikirku.

Kak Jeff memperlihatkan kartu aksesnya bertuliskan "Family VIP 1" kepada petugas itu. Dengan senyum ramahnya, petugas itu mempersilakan kami masuk.

Kami melewati nurse station dan koridor-koridor lain di sana. Terdapat banyak ruang berpintu-kamar rawat dengan beragam kelas dan kami berhenti di sebuah kamar bertuliskan Merak 301 pada pintunya.

"Yuk, masuk!" ajak kak Jeff.

Saat pintu dibuka aku terkejut, karena di dalam ruangan yang luas itu, ada mereka. Kak Ditya, Haikal, Dodit, Kak Tazky, Julian, juga Dira dan Jenita.

28 Hari Mencari Cinta [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang