chapter 7

520 61 0
                                    

Mikasa terbangun karena alarmnya berbunyi dengan nyaring. ia mengintip keadaan di luar jendela, matahari sudah mulai menampakkan sinar cerahnya. ia pun bergegas untuk mandi dan bersiap siap untuk menuju ke sekolah.

sama seperti keadaan 2 hari yang lalu, rumah masih sepi. kedua orang tua Mikasa masih belum pulang dari luar kota. ia berjalan menuruni tangga lalu disapa halus oleh Bi Tuti.

"sarapannya sudah ada di meja makan ya mbak." ucap Bi Tuti sambil menyapu ruang tamunya.

"eh iya Bi, ayo Bi temenin Mikasa makan, pasti bibi belum makan ya?" tanya Mikasa yang hanya dibalas anggukan saja oleh Bi Tuti.

mereka sudah selesai sarapan dan Mikasa sedang kebingungan hari ini, bagaimana ia akan berangkat sedangkan kedua orang tuanya keluar kota dan ia sendirian dirumah? ia ingin menelpon salah satu dari ketiga temannya, tapi rumah mereka terlalu jauh sedangkan 10 menit lagi upacara akan segera dimulai.

terpaksa, ia naik angkot dan lebih bersabar karena harus menahan macet.

'ya Tuhan, bagaimana ini upacara akan segera dimulai tetapi aku masih stuck disini?!' batin Mikasa menunjukkan ekspresi paniknya.

-----

upacara telah berlangsung di lapangan sekolah sekitar 15 menit yang lalu dan juga gerbang sekolah yang sudah ditutup rapat dan dijaga oleh bapak satpam.

Mikasa berlari menuju gerbang namun terlambat, gerbang sudah tertutup rapat.

"pak, tolong bukain pintu ini pak. saya tadi kena macet dijalan pak, karena saya naik angkot pak. bapak, tolong saya pak," ucap Mikasa dengan nada merengek dan memegangi pagar.

"tidak bisa nak, upacara sudah dilakukan 15 menit yang lalu, dan kamu terlambat. kamu harus menunggu diluar gerbang sampai upacara selesai."

Mikasa pasrah, tidak ada gunanya melawan. ia akan mendapat hukuman dan ia tahu akan hal itu.

45 menit kemudian, upacara telah usai. pak satpam membukakan gerbang untuk Mikasa. ia jalan dengan lemas menuju kelasnya.

-----

"Mikasa kemana sih? upacara ga ikut, sekarang ga dateng sekolah, kemana dia?" racau Annie melihat tempat duduk disebelahnya yang masih kosong dan bersih.

"dia ga dateng sekolah kali Ann, padahal kemarin juga baik baik aja dia." ucap Hitch.

"atau dia diculik kak Levi buat diajakin kencan?!" ucap Sasha yang refleks mendapat jitakan dari Annie.

"apa apaan sih lo, kalo kak Levi baik dia ga mungkin nyulik Mikasa monyet!" sarkas Annie kepada Sasha.

tak lama kemudian, muncul sosok gadis dengan seragam yang bagian kerahnya basah mungkin karena keringat, tasnya tidak disampirkan ke punggungnya melainkan dibawanya dengan tangan kirinya. Mikasa terlihat lemas.

"lah lah itu Mikasa... woi sini masuk!!!" Annie bergegas berdiri kemudian membawakan tas Mikasa sedangkan Sasha dan Hitch membantunya berjalan.

"dih lo kenapa dugong?! kaya abis berantem lu!" tukas Hitch.

"gue, telat, dan gue harus nunggu diluar gerbang yang mana banyak polusi, dan panasnya minta ampun, mana halte penuh lagi jadi gue berdiri selama kalian upacara." Mikasa menjelaskan dengan panjang lebar lalu meminum air mineral yang diberikan oleh Sasha.

jam pelajaran sudah dimulai. Mrs. Nindy, selaku guru pelajaran matematika wajib yang terkenal dengan guru killer pun memasuki ruangan kelas Mikasa.

3 jam telah berlalu, belajar matematika dengan guru tersebut sangatlah menguras pikiran. Annie, Sasha, dan Hitch lagi lagi mengajak atau lebih tepatnya memaksa Mikasa untuk ikut ke kantin. mau tak mau, Mikasa mengikutinya dengan perasaan malas.

ketika mereka hampir sampai di kantin, Mikasa merasa tangannya dicekal oleh seseorang. ia menoleh dan mendapati Levi yang sedang mencekal pergelangan tangannya.

"ada apa kak?" tanya Mikasa datar.

"jangan harap lo bisa enak enak setelah lo ga ikut upacara. balik nanti, ke ruangan gue. hukuman tetap berlaku." ucapnya dingin dan datar kepada Mikasa. sedangkan Mikasa yang mendengarnya hanya memutar bola matanya jengah. ia hanya mengiyakan perkataan kakak kelasnya tersebut.

"lo dan temen temen lo duduk disebelah kita berempat! ga ada penolakan." lanjut Levi sambil melepas cekalannya.

"iya." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Mikasa. entah mengapa, dia sangat kesal dengan lelaki disampingnya ini.

"kita duduk disana, Levi nyuruh gue. buruan!" suruh Mikasa kepada ketiga temannya.

"buset, dah berani aja manggil Levi lo, biasanya ada kak-nya!" ucap Sasha kemudian berlari kecil menghampiri meja Connie.

Annie, Sasha, dan Hitch sudah berada di meja milik Levi dan teman temannya. Mikasa hanya berjalan malas menuju mereka. seperti tidak ada semangat sama sekali.

"lo semua pesen, kali ini gue traktir." ucap Levi tiba tiba yang disoraki gembira oleh seluruh teman temannya.

"lo ga beli apapun? ini mumpung gue yang traktir?!" tanya Levi pada Mikasa.

"udah dipesenin Annie." jawab Mikasa singkat.

mereka semua berjalan menghampiri kedai yang mereka tuju. entah mengapa Levi menjadi berbaik hati hari ini. Jean, Armin, dan Hitch sudah kembali ke meja.

"tumben banget lo traktir kita, ada apa nih?" tanya Jean dengan nada senangnya.

"ada calon." jawab Levi singkat yang sukses membuat Mikasa tersedak.

"kenapa lo? ngerasa lo sama omongan Levi?" tanya Connie dengan wajah penasarannya.

Mikasa hanya menggeleng lalu mengembalikan wajah datarnya dan lanjut menyantap makanan didepannya.

Levi merasa terhentak ketika Mikasa menggelengkan kepalanya. mengapa? mengapa ia tidak merasa jika kakak kelasnya itu menyukainya? pikiran Levi penuh dengan pertanyaan.

'siapa calon yang dia maksud? gue? kok gue ga merasa tapi ya? trus juga, mana mungkin si pendek itu suka sama gue?, kan gue pendiem, dingin, bahkan wajah gue menunjukkan kalau gue ga suka sama si Levi.' batin Mikasa yang membuat ia termenung mendiamkan makanannya.

Levi mengetahui jika Mikasa memikirkan perkataan dirinya beberapa detik yang lalu. Levi benar benar menyadarinya. tetapi, ia tak ingin cepat cepat menunjukkan perasaannya kepada perempuan itu. ia ingin lebih dekat lagi. ia ingin mengulang satu hari seperti waktu itu, jika boleh menawar, setiap hari.

Mikasa tiba tiba berdiri dan ijin kepada mereka semua menuju kamar mandi. jalannya terlihat tergesa gesa.

sesampainya dikamar mandi, ia menatap wajahnya di kaca. banyak pertanyaan mengenai lelaki itu di pikirannya. apa yang lelaki itu inginkan darinya? Mikasa mencuci wajah dan tangannya. ketika ia kembali berkaca, terlihat sosok perempuan di sebelah kanan dan kiri Mikasa dengan postur yang lebih pendek darinya tersenyum menyeringai ke arah Mikasa.

"hello, bitch!" sapanya kepada Mikasa.

Mikasa masih tetap pada wajah datarnya. ia tak berkutik dan tak mengeluarkan sepatah kata apapun.

"kenapa lo diem aja, jalang? ga berani sama kita karna lo udah ngerebut Levi dari gue?" tanyanya kepada Mikasa yang masih tetap ditatap datar oleh Mikasa.

'ah, jadi lo suka sama Levi! demi apapun, gue bukan siapa siapanya dan gue bahkan ga deket sama sekali dengan dia sialan.' Mikasa mengumpat didalam hati, ia tidak akan mengumpat atau tersulut emosi dengan cepat. ia akan membaca pikiran dan gerak gerik musuhnya. mereka hanya tidak tahu saja dengan siapa mereka berurusan.

'kalo lo berdua suka Levi, ambil aja! gue ga butuh sama sekali.' batin Mikasa.

tiba tiba. . .

-----

semoga anda suka, mohon kritik dan sarannya

I'm Hers [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang