chapter 36

247 29 3
                                    

beberapa hari kemudian...

tidak seperti biasanya, Levi terlambat 20 menit untuk menjemput Mikasa untuk berangkat ke sekolah. untung saja kakaknya, Eren, bersedia mengantarkan adiknya ke sekolah. Levi benar benar merasa bersalah karena ia terlambat menjemput wanitanya. Levi berharap semoga kekasihnya memakluminya dan memaafkannya.

semenjak mengetahui pamannya yang berada di masa kritis, Levi menjadi sering tidak fokus. ia terlihat terus menerus merenung dengan pandangan kosongnya. ketika sampai di sekolah pun, ia tak begitu banyak bicara dengan orang orang di sekitarnya. kondisi pamannya memang merubah kondisi mental Levi.

"oi, lo lesu banget? kenapa?" tanya Connie yang mana Levi sudah duduk di bangkunya dan langsung menunduk sambil meremas rambutnya kasar.

Levi menggeleng pelan, "paman gue di vonis kanker getah bening stadium akhir." ujar Levi pelan namun masih bisa di dengar oleh ketiga temannya.

"hah? sejak kapan? waduh, semoga lekas sembuh deh buat paman lo!" ujar Jean sambil merangkul Levi dan mengusap kedua pundak Levi.

"kita boleh jenguk ga? gue udah kangen paman lo. gue terakhir ketemu paman lo waktu gue main ke rumah lo sekitar 2 tahun lalu." tanya Armin yang diikuti anggukan oleh Connie.

Levi mengangguk. menandakan mengiyakan apa yang ketiga temannya minta. "g-gue sampe telat jemput Mikasa cuma karena gue semalam ga tidur gara gara gue harus gantian sama bokap gue buat jagain paman gue dan sialnya tadi pagi gue kesiangan. gue belum ketemu sama dia." curhat Levi pada mereka.

"minta maafnya entaran aja, abis ini bel masuk. Mikasa pasti juga ngerti gimana keadaan lo sekarang ini." ucap Jean menenangkan sohibnya.

bel masuk berbunyi. Mr. Kennedy, selaku guru geografi datang memasuki kelas Levi dan segera memberi mereka pelajaran. lagi lagi, yang biasanya Levi fokus dan menunjukkan wajah antusiasnya ketika belajar geografi, kini menjadi tidak fokus. wajahnya muram. manik matanya menatap kosong papan tulis hitam di depannya. pikirannya hanya dipenuhi tentang paman dan wanitanya. ia memikirkan kondisi pamannya yang sedang kritis dan juga ia memikirkan wanitanya, apa wanitanya akan marah padanya karena ia tidak menjemput dan bahkan tidak mengabarinya sama sekali.

pukul 9 tepat, bel istirahat berbunyi. Levi berniat menuju kelas wanitanya, diikuti ketiga temannya. sesampainya mereka disana, Levi memanggil Mikasa lalu mengajaknya ke taman tersembunyi yang pernah mereka datangi bersama. sedangkan teman teman mereka yang lain membiarkan pasangan tersebut.

"m-mas pendek?" panggil Mikasa di samping Levi ketika mereka berjalan menuruni tangga. Levi hanya diam dan fokus pada jalan di depannya. Mikasa juga ikut diam mengetahui kekasihnya tidak menjawab panggilannya.

"mas pendek." panggil Mikasa lagi ketika mereka sudah berada di taman tersembunyi tersebut. Levi menunduk di depan Mikasa.

Levi bernapas lega karena Mikasa ternyata tidak marah padanya karena ia terlambat menjemputnya. "iya sayang?" jawabnya sambil mendongakkan kepalanya dan berusaha tersenyum di depan kekasihnya.

"k-kamu, ngapain bawa aku kesini?" tanya Mikasa heran pada kekasihnya.

"kamu nggak marah sama aku kan?" Levi balik bertanya mengalihkan pembicaraan Mikasa.

Mikasa mengernyitkan dahinya, "marah? kenapa aku harus marah?" tanya Mikasa yang benar benar tidak mengetahui arah pembicaraan Levi.

"aku cuma takut kamu marah sama aku karena aku ga jemput kamu tadi. aku semalam harus gantian sama papa buat jagain paman di rs. maaf," lirih Levi pada Mikasa.

Mikasa ingin tertawa keras keras melihat wajah Levi yang sungguh menggemaskan ini. tapi ia urungkan niatnya, ia hanya tertawa kecil.

"mas pendek ah, ngapain juga aku pake acara marah atau kesel atau apalah itu cuma karena kamu ga jemput aku. aduh mas pendek, dengerin aku nih, aku itu ga ada hak buat marah marah ke kamu cuma karena hal itu, sepele banget sih hahaha." jawab Mikasa dengan kekehan kecilnya.

I'm Hers [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang