chapter 35

251 31 6
                                    

Mikasa duduk terdiam di kursi ruang tamu milik Levi. ia masih tidak mengerti siapa yang Levi peluk. jangankan mengerti siapa seseorang itu, Mikasa bahkan tidak mengerti apa yang sedang terjadi di rumah Levi.

Levi masih menangis di pelukan seseorang itu. mamanya menenangkan anak tunggalnya itu. papanya duduk di kursi yang tak jauh dari Mikasa dan terlihat sedang menundukkan kepalanya sambil meremas rambutnya.

seorang wanita paruh baya yang dipeluk Levi tersebut perlahan melepaskan pelukannya. ia tersenyum lembut pada Levi. air mata masih tetap mengalir di kedua pipi Levi. sesekali wanita paruh baya tersebut mengusap air mata yang mengalir dari pipi Levi.

"udah nak, jangan nangis ya!" ujar wanita paruh baya tersebut yang masih setia mengusap air mata yang menetes di pipi kekasih Mikasa.

"se-sekarang dimana paman Kenny?" kalimat pertama Levi yang ia keluarkan setelah ia menangis.

Kenny Ackerman. adik dari Kuchel Ackerman atau paman Levi yang dulu begitu dekat dengannya. sejak kecil, Kenny dan Levi memang tidak dapat dipisahkan. Levi saja sampai sering menginap di rumah Kenny dan mamanya selalu mengiyakan permintaan anaknya itu. walaupun Levi dan Kenny terpaut usia sekitar 18 tahun, tetapi tidak membuat mereka terpisah. saat Levi kelas 10 dan 11 dulu, ia selalu menghabiskan waktu senggangnya hanya untuk melakukan hobi mereka bersama sama. saat Levi masih kecil pula, Kenny mengajarkannya bagaimana cara bertarung, cara melindungi diri, dan mengajarkan hal yang belum pernah Levi ketahui saat itu.

Kenny menikah dengan Agatha, yang mana Agatha merupakan seseorang yang Levi peluk saat ia menangis tadi. Kenny dan Agatha memang belum dikaruniai anak. Kenny dan Agatha tinggal di Washington karena perusahaan besar milik Kenny yang berada disana.

sekitar 4 tahun yang lalu, Kenny divonis mempunyai kanker getah bening. saat ini, penyakitnya sudah memasuki stadium III. beliau sudah dibawa ke rumah sakit manapun. tetapi masih tetap saja, sel kankernya masih berkembang biak dengan cepat. beliau juga sudah menjalani kemoterapi berulang kali, namun hasilnya hanya 20% dari 100% total kesembuhan. kini, Kenny sedang berada di rumah sakit di Jakarta. beliau sudah dinyatakan memasuki stadium IV sejak beberapa jam yang lalu. maka dari itu, Agatha terbang dari Washington ke Jakarta hanya demi mengabari jika suaminya sedang kritis.

"paman Kenny ada di rumah sakit Ciptomangunkusumo nak, dia di rawat disana. entah pihak rs bisa menangani atau tidak, tapi kita hanya bisa berdoa semoga paman kamu diberi kesembuhan dan bisa bertarung melawan sel kankernya." ujar Agatha; tante Levi sambil memegang kedua bahu Levi yang masih terisak.

"a-aku rindu paman Kenny. ayo kita ke rumah sakit sekarang mah pah!" ajak Levi menarik lengan kedua orang tuanya. sepertinya, ia melupakan keberadaan Mikasa yang duduk di seberang Agatha.

"Mikasa. apa kamu tidak antar Mikasa pulang terlebih dahulu? siapa yang akan menunggu dia jika kita semua ke rumah sakit? siapa yang akan mengantarnya jika bukan kamu?" tanya papa Levi pada anaknya.

Levi memberhentikan langkahnya. ah iya, ia baru sadar bahwa ada kekasihnya sedari tadi disana, mengamati apa yang sedang terjadi pada keluarga Levi. Levi membalikkan badannya lalu menggangguk pelan ke arah orang tuanya. ditariknya lengan Mikasa dengan tidak terlalu keras menuju mobil hitamnya.

"m-mas pendek." panggil Mikasa pelan tapi Levi masih bisa mendengarnya.

Levi berhenti, menoleh pada wanitanya. "iya sayang?" jawabnya sambil tersenyum. dari wajahnya, Levi benar benar terlihat berantakan. matanya sembab, hidungnya merah, dan bibir yang selalu memaksakan tersenyum padahal hatinya sedang hancur berkeping keping.

"a-aku bisa pulang sendiri. mas pendek, anu, mas pendek bisa langsung ke rumah sakit." ujar Mikasa sambil tertunduk. Levi melepas genggamannya lalu menarik Mikasa ke dalam pelukannya. dipeluknya Mikasa dengan erat. Mikasa merasa bingung dengan sikap tiba tiba Levi.

I'm Hers [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang